Top Menu

Main Menu

Sabtu, 09 Agustus 2025

Hari Raya Maria Diangkat Ke Surga 15 Agustus 2025 Dirayakan Tanggal 10 Agustus 2025, (Romo Very Ara) Aku Gembira, karena Engkau Datang Meneruskan Kegembiraan Luk. 1:39-56.

 


Hari Raya Maria Diangkat Ke Surga

15 Agustus 2025

Dirayakan Tanggal 10 Agustus 2025

Aku Gembira, karena Engkau Datang

Meneruskan Kegembiraan

Luk. 1:39-56

Mamo adalah seorang anggota angkatan perang, berpangkat kopral. Dalam ekspedisi terakhir untuk memberantas pasukan gerilya pengacau keamanan, Mamo bergabung dengan satu dari dua batalion yang diutus, di bawah pimpinan komandan regu Sersan Jono. Ekspedisi tersebut merupakan ekspedisi terpanjang dan melelahkan bagi pasukan tempur pimpinan sersan Jono. Betapa tidak! Sudah hampir 3 minggu mereka berada di medan pertempuran untuk mengejar sisa-sisa anggota gerilya yang beberapa minggu sebelumnya menyerbu perkampungan penduduk dan merampok semua harta milik mereka.

Hari itu merupakan hari terakhir ekspedisi yang memuakkan bagi kopral Mamo sebab di sepanjang pengalaman tempurnya, ekspedisi inilah dinilai paling kejam. Menurut perhitungannya, dia sendiri sudah menewaskan 15 orang; dan yang paling banyak memakan korban adalah pertempuran terakhir ketika mereka mengobrak-abrik markas perkampungan gerilya.

Pada pertempuran yang terakhir, ia tidak mampu menghitung berapa jumlah korban yang jatuh, sebab pertempuran itu terjadi di malam hari. Hanya di pagi hari, ketika mereka menghitung berapa jumlah peluru yang sudah dipergunakan dalam penyerbuan malam itu, kopral Mamo sendiri menghabiskan 45 butir peluru. Serangan itu dilancarkan menjelang subuh. Mereka memperkirakan, semua anggota pengacau keamanan yang bermarkas di perkampungan itu tewas beserta seluruh keluarganya.

Untuk memastikan itu, komandan regu memerintahkan kopral Mamo memasuki wilayah perkampungan untuk mengecek situasi yang sebenarnya. Sepuluh menit kemudian, ia pulang dengan wajah muram; tidak seperti biasanya. Ketika ditanya bagaimana keadaannya, sang kopral menjelaskan hampir semua penghuni markas itu tewas. Hanya ada seorang ibu bersama kedua anaknya yang masih hidup. Sang ibu sendiri terluka di paha kanan dan di lambung kirinya.

Ketika menyampaikan laporan itu, air mata menetes di pipi sang kopral. Melihat itu, sang komandan bertanya, “Apakah mereka sudah kau habisi? Tersekat lehernya karena terharu, sang kopral hanya menggelengkan kepalanya. “Sekarang, kuperintahkan, segera habiskan ketiga nyawa itu sebelum kita angkat kaki dari tempat”. Kerjakan! perintah sang komandan. Tanpa menjawab, “Siap Kerjakan”, sang kopral langsung berbalik menuju perkampungan.

Di saat sang kopral mengarahkan moncong senjatanya kepada ibu dan kedua anaknya, terdengarlah olehnya suara iba terpatah-patah dari mulut sang ibu, “Tuhan, ampun… jangan menembak kami! Sang kopral tertegun; Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Sementara itu, dari luar perkampungan, terdengar teriakan sang komandan, “Ayo cepat!. Tanpa berpikir panjang, sang kopral menarik pelatuk senjata… dooooorrrrr hanya sekali tembakan. Mendengar letupan senjata dari perkampungan, teman-temannya bersorak kegirangan. Perintah sang komandan sudah dilaksanakan; hukum perang ditaati.

Namun 10 menit kemudian, sang kopral tidak nongol-nongol juga. Mereka berusaha memanggil, namun tak ada sahutan. Mereka mulai curiga,,,jangan sampai sang kopral tertembak musuh. Mereka pun mulai bergerak masuk. Mereka sangat terkejut ketika menemukan tubuh sang kopral lunglai ditembus peluru. Ketika mereka kebingungan, sang ibu dengan berlinang air mata berusaha menjelaskan, “Dia tidak sampai hati menembak kami…maka ia menembak dirinya sendiri.”

**************************

Berempati……berpartisipasi dapat diungkapkan dengan pelbagai macam cara. Namun intinya tetap sama: ingin berbagi dengan orang siapa saja yang berada dalam kesulitan. Jika kita tidak sanggup meringankan beban sesama yang berada dalam kesulitan; dibalut derita, sekurang-kurangnya kita tidak menambah berat beban derita dan kesulitan yang dialami sesama sebagaimana yang dilakukan oleh kopral Mamo.

*******************

 

Maria adalah sosok manusia yang peka menanggapi kesulitan Elisabet, saudaranya: Ketika menerima kabar dari malaikat Tuhan, kepada Maria juga diberitakan bahwa Elisabet sedang mengandung enam bulan. Maria sungguh-sungguh memahami kesulitan yang dialami saudaranya dalam keadaan seperti itu. Karena itu, Maria mengunjungi saudaranya; bukan untuk melepaskan rasa rindu, melainkan untuk menunjukkan satu sikap dasar keibuannya, yaitu: ia merasa terlibat dan bertanggung-jawab atas kehidupan dan kesulitan yang dialami saudaranya.

Bagi Maria, Elisabet, saudaranya adalah bagian dari kehidupannya sendiri sehingga dia merasa bertanggung-jawab atas kehidupan Elisabet. Karena itu, Maria datang untuk berjumpah dan berbagi beban dengan Elisabet, saudaranya.

 

Maria mengunjungi Elisabet karena:

 

o   Dia dipilih, diberkati dan dikunjungi oleh Allah sendiri. Allah memberikan kepercayaan kepadanya untuk membagikan; menyeringkan hidup dan pengalaman hidup yang menggembirakan; yang membahagiakan dan membawa damai sejahtera kepada Elisabet, saudaranya, yang sedang hamil di usia tua.

o   Dia merasa terdorong untuk membagikannya kepada saudaranya, karena dia sadar bahwa hidup dan kegembiraan yang ada dan memenuhi dirinya, bukan untuk dimiliki dan dicecapi sendiri, melainkan untuk dibagikan kepada sesama yang lain. Kehadiran Maria membawa kegembiraan besar bagi Elisabet sebab berkat kehadirannya, Elisabet mendapat kehormatan untuk mengalami dan merasakan hidup yang menggembirakan dan membahagiakan dari Allah sendiri.

 

Panggilan, pilihan dan perutusan Maria:

 

o   Bukanlah keharusan atau kewajiban, melainkan sebuah kehormatan khusus dari Allah sendiri. Jika panggilan, pilihan dan perutusan Maria dilihat sebagai suatu keharusan/ kewajiban, maka karya perutusan Allah dalam dirinya kerap dilaksanakan secara terpaksa, bukan dengan kesadaran dan kehendak bebas; bukan dengan kebebasan batin penuh kesukaan.

o   Kehormatan khusus dari Allah: Allah memandang Maria layak untuk mambagikan kekayaan rahmat-Nya kepada sesama yang menderita dan berada dalam kesulitan; membagikan kegembiraan dan kebahagiaan, damai dan kebaikan Allah kepada sesama manusia dengan penuh kepercayaan dan tanggung-jawab.

 

Karena sikap iman Maria yang peka atas situasi sesama, kesediaannya untuk mengandung, mendampingi dan menyertai Putra Allah dan semua insan beriman, maka Allah menganugerahkan kepadanya kemuliaan surgawi. Hidup Maria tidak berada pada level duniawi, tetapi surgawi.

 

Maria Diangkat ke Dalam Kemuliaan Surgawi. Dia “Diangkat” berarti:

o   Seluruh diri dan totalitas kemanusiaannya “Ditinggikan” Allah ke dalam level kemuliaan surgawi” karena seluruh hidupnya terarah kepada Allah, setia mendengarkan Sabda Allah dan taat melakukan pekerjaan Allah. Dia rela dan terbuka menyerap tawaran kasih Allah; setia kepada panggilannya untuk menghadirkan dan mendampingi Yesus, Putera-Nya serta hadir dalam situasi sulit yang dialami manusia untuk menyalurkan rahmat Allah yang berdaya pembebasan”.

o   Diangkat ke dalam kemuliaan surgawi berarti seluruh diri Maria, yaitu kemanusiaan dan keberadaan duniawinya tidak terkurung di dunia fana ini, tetapi ditinggikan, disempurnakan, beralih ke dalam cara berada yang baru, yaitu “cara berada yang bermartabat di hadapan Allah; cara berada surgawi”.

o   Maria tidak menjalani proses “pengadilan terakhir” karena tidak ada unsur hakiki dalam dirinya yang harus dihakimi, yaitu dosa. Maria tidak berdosa. Semua manusia harus menjalani proses pengadilan terakhir karena memiliki dosa.

o   Maria tidak memiliki halangan apa pun untuk berada dalam Kemuliaan Surgawi; tidak memiliki halangan apa pun untuk memandang Wajah Allah-Bersatu dengan Allah karena dia tidak memiliki dosa. Semua manusia masih terhalang untuk mengalami Kemuliaan Surgawi-Terhalang untuk Memandang Wajah Allah-Bersatu dengan Allah karena memiliki dosa.

o   Apabila diterima bahwa Maria mengalami kematian fisik-biologik dan dibangkitkan oleh Allah, maka perlu diingat bahwa:

 

·        “Kebangkitan badan” bukanlah “perkara mayat” yang harus diapakan atau dibagaimanakan.

·        “Kebangkitan badan” merupakan perkara keberadaan jasmani manusia yang ikut serta dalam keadaan baru dan definitif.

 

o   Melalui peristiwa pengangkatan ini, Maria bersekutu dan menyatu dengan Allah karena tubuh insaninya tidak dikorupsi, tidak dibusukan oleh dosa karena Maria tidak berdosa. Tawaran diri-kasih Allah yang ditanggapi dan dihidupi Maria dengan seluruh keberadaan manusiawi-duniawinya mempersatukannya secara utuh dengan Allah dalam diri Putra-Nya dan sesama.

o   Dalam keutuhan keberadaan duniawi Maria tidak ditemukan halangan negatif yang menghubungkan dirinya dengan Allah: Maria tidak memiliki dosa pribadi dan dosa asal sehingga seluruh keberadaan manusiawinya diserap dan diintegrasikan ke dalam relasi uniknya dengan Allah.

o   Pembebasan Maria dari segala gangguan dan kerusakan dalam relasinya dengan Allah ini merupakan buah keterarahan, kesetiaan dan ketaannya kepada Allah serta buah dari karya penebusan Yesus Kristus yang wafat dan bangkit; menjadi senasib dengan manusia (wafat) supaya manusia menjadi senasib dengan Dia (bangkit).

 

Berbeda dengan Maria, di dalam diri kita selalu ada unsur negatif, yaitu dosa yang menghambat pergerakan kita untuk menyatukan/mengintegrasikan diri mansiawi kita dengan Allah, Sang Penyelamat. Konsekuensinya:

 

o   Seluruh diri manusiwi kita “belum” bisa beralih ke dalam cara berada yang baru, yang definitif sebab masih ada “sisa” negatif yang menghalangi kita untuk mewujudkan keberadaan kita secara utuh dan sempurna di dalam Allah.

o   Dalam diri kita, manusia umumnya, cara berada yang baru itu belum diintegrasikan secara total, utuh dan penuh, sejauh keberadaan kita itu belum dikuduskan, belum diserap diserap seutuhnya oleh Roh Ilahi, kendati kita semua dipanggil untuk menjadi peserta dalam cara berada yang baru Yesus Kristus yang bangkit dari dunia orang mati (bdk. Roma 6:5; Kolose 2;12; Filipi 3:11).

o   Unsur penghambat ini menyebabkan tawaran diri Allah (kasih-Nya) tidak meresap ke dalam seluruh kemanusiaan kita sehingga kita belum bisa beralih ke dalam cara berada kita yang baru, yaitu bersatu dengan Kristus yang bangkit.

 

Walaupun demikian, seperti Maria:

o   Kita semua dipanggil dan dipilih, diberi kepercayaan dan diutus Allah untuk membagikan kekayaan rahmat-Nya yang ada di dalam diri kita kepada sesama yang lain sehingga siapa pun boleh mengalami dan merasakan kebahagiaan dan damai seperti yang kita alami dan kita rasakan dari Allah sendiri...

o   Kita akan menerima anugerah berupa pembebasan dari kerusakan badaniah, yaitu keselamatan kekal apabila kita kita terarah kepada Allah, setia mendengarkan Sabda-Nya dan taat melakukan kehendak-Nya dengan berbuat baik, mengasihi sesama dan melayani Allah dalam diri sesama dengan penuh cinta.

 

****************************

Begitu banyak manusia, baik yang berada di luar lingkungan hidup kita maupun dalam keluarga dan komunitas iman kita yang sedang menantikan cinta dan perhatian, persahabatan dan persaudaraan, penghormatan dan penghargaan kita; uluran tangan dan kasih sayang di saat kesulitan menimpa mereka. Siapa dan kapan saat yang tepat untuk membagikan, memberikan perhatian dan kasih kepada mereka, kalau bukan kita dan saat ini?

Kita adalah orang pilihan Allah. Kita adalah sarana, alat dan tempat perjumpaan dan pertemuan antara Allah dan manusia. Kita adalah tanda yang hidup dan berkat yang melimpah dari Allah bagi sesama yang mungkin sedang mencari Allah dengan penuh perjuangan; yang berada dalam dalam kesulitan dan kesukaran seperti yang dialami Elisabet. Namun, seperti Maria, kita dituntut peka, bersedia membantu sesama yang berada dalam keluarga saya dan dari sini kita bergerak ke luar.

 

***************************

Seorang pemuda melihat seorang gadis kecil di pinggir jalan. Dia kedinginan dan gemetar dalam pakaian yang basah. Tampaknya, dia juga kelaparan. Pemuda itu marah dan berkata: “Tuhan, menganggap Engkau membiarkan semuanya ini terjadi atas diri gadis kecil ini? Mengapa Engkau tidak melakukan sesuatu untuk menyelamatkan gadis kecil ini?

 

Pada malam harinya, sang pemuda itu mendengar gemuruh suara di dalam hatinya, “Anakku, Aku sudah melakukan sesuatu untuk menyelamatkan gadis kecil itu. Aku menciptakan engkau. Apa yang sudah engkau lakukan untuk menyelamatkan sesamamu, terutama gadis kecil ini?

 

 

Selamat Bermenung...

Salam Kasih...

Buona Domenica!

Dio Ti Benedica!

 

Alfonsus Very Ara, Pr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.