INSPIRASI KOTBAH BLN JULI 2020
P. Bonifasius Simanullang, OFMCap |
MINGGU BIASA A14:
SEGALA KUASA DALAM NAMA YESUS
Za 9:9-10; Rm
8:9.11-13; Mt 11:25-30
Ulasan Bacaan:
Nabi Zakaria menubuatkan masa pemulihan bagi Yerusalem yang sempat dihukum
Allah dengan pembuangan Babel. Masa pemulihan itu ditandai dengan munculnya
seorang raja yang adil dan berbelas kasih kepada rakyatnya. Dalam permenungan
orang-orang Kristen, nubuat Zakaria itu telah terpenuhi dalam diri Yesus,
Mesias yang telah diutus Allah menjadi penguasa atas seluruh ciptaan. Yesus itu
bukan seperti penguasa dan raja-raja yang muncul selama ini. Siapa saja yang
datang kepada-Nya akan merasa terbebaskan dari segala beban dan kesesakan.
Karena itu dengan murah hati Dia mengundang semua orang datang kepada-Nya. Yesus
memiliki segala kuasa itu karena Allah Bapa sendiri telah menganugerahkannya
kepada-Nya. Dan dalam bacaan kedua, ditegaskan oleh rasul Paulus melalui
suratnya kepada Jemaat di Roma, segala yang dianugerahkan Allah Bapa kepada
Yesus, Putera-Nya, akan dikaruniakan-Nya juga kepada orang yang percaya kepada
Yesus itu. Semua itu dilaksanakan Allah melalui Roh-Nya, yang juga telah
melaksanakan segalanya itu dalam diri Yesus. Maka di atas segalanya, setiap
orang yang percaya kepada Yesus harus membiarkan dirinya dituntun oleh Roh
Allah yang telah dianugerahkan ke dalam dirinya.
Pengenaan Untuk Hidup Sekarang:
Setiap masa dan setiap daerah mempunyai kesulitannya sendiri. Dalam masa
sekarang ini, di saat seluruh dunia dilanda oleh virus corona yang amat
menakutkan itu, tidak gampang memaknai nubuat Zakaria dan undangan penuh kasih
dari Injil Matius tadi. Bagaimana bisa merasakan enak dan ringannya ajakan
Yesus itu di saat virus yang amat menakutkan itu sudah secara nyata hadir di
tengah-tengah kita. Kita sungguh tidak diberi waktu untuk bersiap dan lari dari
situasi ini. Kita tidak bisa menghindar. Segala relasi dan perangai kita mesti
diobah sama sekali atas cara yang tak bisa kita prediksi sebelumnya. Justru di
sinilah kita dituntut berani keluar dari zona aman yang telah kita ciptakan
selama ini. Kita dipaksa bersandar kepada tindakan eksperimental, yang dengan
maksud baik dicoba dianjurkan entah oleh pemimpin Gereja maupun oleh pemimpin
pemerintahan dan lainnya. Di sinilah kesanggupan kita berharap dalam situasi
yang paling buruk sekali pun diuji. Di sinilah kemampuan kita beriman di
tantang. Masihkah kita berani mengandalkan Allh sementara situasi konkrit kita
berada di ambang maut? Mampukah kita mengakui-Nya: Penyayang? Semoga!
MINGGU BIASA A15:
MENJADI LAHAN SUBUR
Yes 55:10-11; Rm
8:18-23; Mt 13:1-23
Ulasan Bacaan:
Salah satu metode mengajar Yesus yang amat populer dalam Injil adalah
perumpamaan. Dalam bacaan Injil hari ini diperdengarkan kepada kita perumpamaan
Yesus tentang benih yang ditabur orang di ladangnya. Tentu saja tidak akan
semua benih itu bertumbuh dengan baik; itu akan sangat tergantung pada keadaan
tanah di mana benih itu ditanam. Yesus sendiri menerangkan makna perumpamaan
itu. Benih itu melambangkan firman sedangkan tanah tempat menabur benih itu
adalah setiap orang yang mendengar pewartaan tentang firman itu. Maka,
sebagaimana dalam perumpamaan itu, ada benih yang gagal tetapi juga ada yang
berhasil, demikian juga dalam pewartaan firman ada yang berhasil dan ada juga
yang percuma begitu saja. Orang yang membuka hati untuk memelihara dengan
mengamalkan firman yang didengarnya itu tentu saja akan menghasilkan buah.
Tetapi orang yang mengabaikan firman itu tentu saja tidak akan menghasilkan
buah apa-apa. Namun, sebagaimana telah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya, tak
mungkinlah warta tentang firman itu akan sia-sia begitu saja. Allah sendiri
yang membuatnya demikian. Memang tak mungkinlah Allah menciptakan kesia-siaan
begitu saja di dunia ini.
Pengenaan Untuk Hidup Sekarang:
Pewartaan tentang firman Allah tidak mungkin sia-sia begitu saja. Oleh
karena itu, kita yang mendengar pewartaan itu harus berusaha agar firman itu
berbuah dalam diri kita. Karena tentu saja hanya jika pewartaan itu berhasil
dalam diri kita, kita akan ikut menikmati buahnya yang lezat dan menyelamatkan
kita. Kita menjadi orang yang malang, jika sebenarnya kita ikut meneriam warta
tentang Kerajaan Allah itu, tetapi kita sendiri tersingkir dan tak ikut di
dalamnya. Betapa malang nasib kita jika kita hanya bisa menjadi penonton dalam
kerajaan yang amat membahagiakan itu. Oleh karena itu, kita mesti mengusahakan
agar kita bisa ikut menikmati bahagia yang tersedia di Kerajaan Allah yang
diwartakan dalam firman yang disampaikan kepada kita itu. Memang dari usaha
diri sendiri kita tidak akan mampu membuat diri kita berhasil, tetapi kita
harus membiarkan diri dituntun oleh Roh Allah, sebagaimana disampaikan Rasul
Paulus dalam bacaan kedua. Maka usaha yang paling baik ialah membuka hati bagi
bisikan Roh Tuhan yang dicurahkan dalam diri kita masing-masing karena Roh
itulah yang akan menuntun kita kepada kehendak Allah. Semoga!
MINGGU BIASA A16:
KUASA YANG MEMELIHARA
Keb 12:13.16-19;
Rm 8:26-27; Mt 13:24-43
Ulasan Bacaan:
Sifat Allah yang disebut dalam bacaan pertama ini luar biasa dan amat
berbeda dengan sifat manusia yang biasanya makin berkuasa makin berbuat
sewenang-wenang. Sifat Allah justru amat berbeda dari itu: justru karena Allah
berkuasa untuk berbuat semau-Nya, Dia amat menyayangi umat manusia. Tujuan
Allah ialah untuk memberi pelajaran berharga ini kepada manusia, yakni: orang
benar harus sayang akan manusia. Dan justru dalam sikap seperti itulah pengharapan
bertumbuh dalam diri manusia. Pengajaran kitab Kebijaksanaan ini menghantar
tiga perumpamaan yang disampaikan dalam bacaan Injil: tentang lalang di antara
gandum, tentang biji sesawi dan tentang ragi. Ketiganya menggambarkan kasih
Allah yang memberikan pertumbuhan kepada manusia sampai dapat menghasilkan
buah. Kebaikan Allah itu begitu mencolok, bahkan kepada lalang saja pun diberi
pertumbuhan juga. Sedangkan biji sesawi menggambarkan betapa pun seseorang itu
kelihatan kecil dan tanpa arti tetapi mampu juga menghasilkan buah yang besar,
hal yang sama ditunjukkan oleh ragi: meskipun amat kecil tetapi dapat
mengkhamiri seluruh adonan. Demikianlah juga Allah mampu menumbuhkan hal yang
besar dari seorang hamba yang amat kecil dan hina.
Pengenaan Untuk Hidup Sekarang:
Firman hari Minggu ini mengajak kita untuk percaya kepada Allah sekaligus
mengikuti jalan-Nya dalam bersikap kepada kita, umat ciptaan-Nya. Kuasa yang
Dia miliki justru dipakai bukan untuk menindas atau menekan manusia tetapi
justru untuk memeliharanya. Kita cenderung memakai kuasa kita untuk menguasai
dan berbuat semau gue terhadap yang lain. Kuasa kita cenderung dipakai untuk
menundukkan orang lain kepada kita. Tetapi bukan demikian cara dan sikap Allah
terhadap kita. Kuasanya justru dipakai untuk menghidupkan kita, memelihara
serta menganyomi kita. Itulah kuasa yang sejati. Orang yang benar-benar hebat
bukanlah yang mampu berbuat semau gue dan menindas orang lain. Untuk merusak tak
perlu orang yang kuat dan berkuasa cukuplah orang bodoh. Sifat itu berlaku
sampai sekarang dan selama-lamanya. Dan sifat seperti itulah yang mesti kita
pelajari dan kita biasakan. Siapa pun yang bertemu dengan kita harus menjadi
punya pengharapan hidup di dalam dirinya. Sebaliknya, jika dengan kehadiran
kita orang menjadi kerdil dan tak mampu menghasilkan apa-apa berarti kita masih
amat jauh dari maksud bacaan hari ini.
MINGGU BIASA A17:
HIKMAT DI ATAS SEGALA-GALANYA
1Raj 3:5.7-12; Rm
8:28-30; Mt 13:44-52
Ulasan Bacaan:
Berdasarkan petunjuk dari bacaan pertama, tentang permintaan Salomo kepada
Allah, kita boleh mengerti makna harta terpendam yang disebut Yesus dalam
perumpamaan-Nya dalam bacaan Injil. Salomo dibenarkan oleh Allah atas
permohonannya meminta hikmat menimbang perkara. Salomo tidak mementingkan harta
kekayaan, nyawa musuhnya, tidak! Justru yang dia minta adalah hikmat menimbang
perkara agar dia dapat menyejahterakan rakyat yang dipercayakan kepadanya. Dan
ternyata Allah sangat senang atas permintaannya itu. Tuhan langsung mengabulkan
permohonan yang sangat baik itu. Atas dasar itu, kita dapat mengerti apa
kiranya yang dimaksud Yesus dengan harta terpendam dan mutiara yang amat
berharga dalam perumpamaannya, yaitu kebijaksanaan hidup yang sangat
dikehendaki oleh Allah. Orang berhikmat adalah orang yang senantiasa
mengutamakan kehendak Allah. Dan tiada hal yang paling utama dari itu. Sebab
satu-satunya yang membawa keselamatan dan kebahagiaan bagi manusia adalah
kehendak Allah itu. Semua yang lain hanya membahagiakan manusia secara semu.
Harta, popularitas dan sukses hanya secara semu membawa kegembiraan bagi
manusia karena hal-hal itu akan sirna dan berlalu sebentar saja.
Pengenaan Untuk Hidup Sekarang:
Takut akan Allah adalah permulaan dan sumber kebijaksanaan. Karena itu,
dalam hidup harian, tidak ada yang paling utama dari takut akan Allah. Takut
akan manusia hanya menimbulkan hikmat yang palsu karena tidak bertahan di saat
tidak ada lagi orang yang mengawasi. Orang yang takut akan manusia hanya
berbuat baik jika dilihat oleh manusia; selekas tidak ada orang yang melihat,
segala perbuatan baiknya akan menghilang karena yang dipentingkan orang itu
hanyalah penilaian manusia. Sebaliknya orang yang takut akan Allah akan tetap
berbuat baik sebab Allah yang mengetahui segala-galanya tak mungkin dianggap
tak melihat apa yang dibuat seseorang. Dengan kata lain, orang yang takut akan
Tuhan akan selalu berbuat baik sebab Allah tak pernah tidak melihat apa yang
dibuat oleh orang itu. Dan karena itu,
takut akan Allah itulah hikmat yang sejati. Tidak ada orang yang takut akan
Allah yang berani berbuat jahat kepada sesamanya bahkan kepada segenap ciptaan
sebab jika seorang mengasihi Allah pastilah dia juga mengasihi segala sesuatu
yang diciptakan manusia, khususnya manusia yang adalah citra Allah sendiri.
Semoga!