Juni 2024

Gambar diambil dari Wikipedia 


Keb.1:13-15;2:23-24; 

Kor.8:7.9.13-15; 

Mrk.5:21-43

Minggu, 30 Juni 2024

Kita berada dalam minggu biasa ke-13 dalam kalenderium liturgi Gereja. Meja Sabda kita pada hari minggu biasa XIII ini mengajak kita merenungkan pengalaman iman yang menggerakkan kita untuk maju dalam pelayanan kasih yang menghidupkan dan menyelamatkan. Setidaknya ada tiga point pesan inspirasi dapat kita petik menjadi pegangan perjalanan hidup rohani kita;

1. Hidup adalah Anugerah:

Kitab Kebijaksanaan mengajarkan bahwa Allah tidak menciptakan maut. Allah menciptakan segala sesuatu untuk hidup, bukan untuk binasa. Maut masuk ke dunia karena iri hati iblis, bukan karena kehendak Allah. Pemahaman ini mengajak kita untuk memahami hidup sebagai anugerah yang harus dijaga dan dipelihara. Pengalaman iman mengajarkan bahwa kita dipanggil untuk hidup dalam kasih dan kebaikan, serta menjauhi segala bentuk kejahatan. Misalnya; Selalu luangkan waktu bersyukur atas hidup yang kita miliki dengan menyadari bahwa hidup adalah anugerah, menjaga kesehatan, disiplin diri, bersekutu bersama sesama berdoa bersama di KBG, menjauhi tindakan yang merugikan, dan menghargai setiap momen.

2. Memiliki Kasih yang Tulu bagi Sesama:

Rasul Paulus dalam Surat kepada Jemaat Korintus mengajak jemaat untuk membagikan kasih karunia yang telah mereka terima. Kasih karunia ini bukan hanya berupa materi, tapi juga dalam tindakan nyata yang mencerminkan kasih Kristus. Paulus menekankan penting berbagi dengan sesama yang membutuhkan, sehingga tidak ada yang berkekurangan. Ini panggilan bagi semua orang untuk saling membantu dan menguatkan, terutama dalam masa-masa sulit. Kasih dari Tuhan harus mengalir, menghidupkan dan menyelamatkan sesama di sekitar kita. Misalnya; membantu tetangga yang kesulitan, menyumbangkan sebagian rezeki bagi yang membutuhkan, atau memberikan waktu mendengarkan dan memberikan dukungan moral, atau lebih sederhana adalah menyapa dan melempar senyum manis bagi sesama yang kita jumpai dan lain sebagainya.

3. Iman menyembuhkan dan menyelamatkan:

Yesus dalam Injil penuh belas kasih dan kuasa menyembuhkan. Ia menyembuhkan perempuan yang sakit pendarahan selama dua belas tahun dan membangkitkan anak perwira Yairus dari kematian. Kedua mukjizat ini menunjukkan betapa besar kuasa kasih Yesus yang menghidupkan dan menyelamatkan. Perempuan itu sembuh karena imannya, dan anak Yairus dibangkitkan karena iman ayahnya (aspek komuniter). Kita diajak untuk memiliki iman yang sama, iman yang menggerakkan untuk mendekati Yesus dan percaya bahwa kasihNya mampu mengubah hidup kita. Misalnya; teguh menghadapi tantangan hidup. Saat kita atau orang yang kita kasihi sakit, kita tekun berdoa dan percaya bahwa Tuhan selalu hadir dan bekerja dalam hidupnya atau saling mendukung dan menguatkan dalam komunitas kita.

Saudara-saudari terkasih, pengalaman iman harus menggerakkan kita untuk maju dalam pelayanan kasih. Kasih yang kita terima dari Tuhan menjadi sumber kekuatan untuk menghidupkan dan menyelamatkan sesama karena Allah menghendaki hidup, bukan maut atau kematian. Mari kita saling berbagi kasih secara konkret dengan apa yang ada pada kita sekecil apa pun itu, dan dengan iman yang teguh, mendekati Yesus, sumber kasih sejati kita, agar Ia menjadikan kita alat-alat kasihNya di dunia ini, kini dan di sini. Kita bermenung, Allah menolong kita. Amin.

(Ditulis oleh Rm Wilfridus Vinsen Sarah, Pr)

 

Dokumentasi Rm Adytia OCarm 

Minggu, 30 Juni 2024

Pekan Biasa XIII/B

Mrk. 5:21-43 

(引きこもり, ひきこもり, atau 引き籠もり, arti harfiah: menarik diri, mengurung diri) adalah istilah Jepang untuk fenomena sosial -saat ini di kalangan remaja atau dewasa muda di Jepang-yang menarik diri dan mengurung diri dari kehidupan sosial. Inilah paradoks kehidupan, justru ketika konektivitas tidak terhindarkan lewat media dan gaya hidup, selalu ada saja pribadi yang memutusnya karena ke-putus-asa-an.

Fenomena kebalikannya kita temukan dalam Injil hari ini. Tatkala konektivitas secara fisik maupun kepercayaan jadi media penyembuhan: bagi wanita yang sakit -setelah menyentuh jubah Yesus- dan anak yang telah mati jadi bangkit -setelah dipegang Yesus-. 

Saudara-saudari terkasih,

Pengalaman keputusasaan membutuhkan solusi yang prioritas. Iman adalah jawabannya. Iman menyelamatkan pribadi yang putus asa (wanita sakit) tetapi juga dari luar pribadi yg mengalami persoalan (melalui orang tua anak yg mati). Sadarkah Anda bahwa iman menyelamatkan kita sendiri, bahkan orang lain yang kita bawa dalam iman itu? Mari menjadi berkat dalam kehidupan yg dilanda keputusasaan dengan kesaksian iman yang nyata.

Tuhan memberkati. 

(Ditulis oleh Rm.Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

 

Dokumentasi Rm Adytia OCarm 


Sabtu, 29 Juni 2024

Hari Raya St Petrus & Paulus


Mat 16:13-19

Memberi Kesempatan Kedua Bukan Berarti Mengizinkan Terulangnya Kesalahan yang Sama. Mungkin Anda pernah mengalami kegagalan, namun diberi kesempatan kedua untuk MEMPERBAIKI? Tentu pengalaman ini akan sangat berkesan. apalagi kesempatan ini berkaitan dengan HIDUP. 

Perayaan Hari Raya St. Petrus dan Paulus telah ditetapkan menurut tradisi sejak tahun 67M, pada tanggal yang sama yaitu 29 Juni, untuk memperingati hari kedua rasul itu dibunuh sebagai martir (Rasul Petrus disalibkan terbalik, dan Rasul Paulus dipenggal kepalanya dengan pedang).

Rasul Petrus dan Rasul Paulus adalah dua pribadi yang berbeda. Tetapi memiliki pengalaman yang sama akan kesempatan kedua. Rasul Petrus pernah menyangkal Yesus namun diberi kesempatan utk MENGGEMBALAKAN umat-Nya. Khususnya kaum Yahudi yang menjadi pengikut Kristus. 

Demikian pula Rasul Paulus yang sebelumnya menangkap umat Kristiani dan bertobat akhirnya menjadi pewarta bagi kaum non-Yahudi.

Saudara-saudari terkasih,

Kiranya secara global kita diberi kesempatan kedua dalam hidup ini ketika menjadi penyintas mampu melewati Covid-19 yang lalu. Secara pribadi kita disadarkan akan kesempatan kedua yg diberikan Tuhan. Masa Lalu Anda bisa hitam pekat.. tapi hari ini dan kedepan masih putih.. mari kita teladani rasul Petrus dan Paulus.. 

Tuhan memberkati 

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

 

Dokumentasi dari Rm. Adytia OCarm 

Jumat, 28 Juni 2024

Peringatan St Ireneus Uskup dan Martir

Mat 8:1-4


Pada suatu hari di RSJ, ada 7 orang gila yang bermain gandengan tangan. Namun setelah itu mereka berdebat mempersoalkan tangan. Sebab mereka tidak lagi mengetahui yang mana tangan mereka. Kemudian datanglah dokter Jiwa mengambil jarum dan menusuk tangan mereka sambil berkata:  “Siapa yg merasa sakit dia berhasil menemukan tangannya.” Akhirnya semua pasien menemukan tangannya kembali, setelah setiap orang gila disadarkan lewat sakit yang dialami pada tangannya. 

Dalam Injil hari ini Mukjizat terjadi ketika seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."

Saudara-saudari terkasih, 

Si Kusta bisa sembuh karena SADAR ia sakit. Ada banyak yang tidak sadar kalau dirinya sakit sehingga tidak akan pernah sembuh. Bahkan sering ia melihat semua yang di luar dirinyalah yang sakit. Apakah kita datang ke pada Yesus secara tahu mau dan sadar? Atau hanya karena formalitas belaka? Sehingga tidak menemukan apa-apa? 

Mari datang kepada Tuhan secara tahu mau dan sadar sehingga rahmat-Nya efektif bekerja. 

Tuhan memberkati🙏


Sekilas tentang St. Ireneus

Ireneus (atau Irenæus, Irenaeus; ±130-202M) adalah seorang Kristen mula-mula yang dikenal menjabat sebagai Uskup di Lugdunum, Gallia, (sekarang Lyon/Lyons, Prancis). Ia dihormati sebagai salah satu Bapa gereja perdana dan pakar apologetik Kristen mula-mula. Tulisan-tulisannya sangat kaya akan informasi mengenai perkembangan awal teologi Kristen. Ia merupakan murid (atau "pendengar"; hearer) dari Polikarpus, yang secara tradisional merupakan murid langsung dari Yohanes sang Penginjil, yaitu salah seorang dari Keduabelas Rasul pertama yang menyertai Yesus Kristus.


(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki Pinangsori)

 

Gambar diambil dari independennews.com

IIRaj.25:1-12; Mat.8:1-4

Jumat, 28 Juni 2024

Hari ini, Gereja memperingati Santo Ireneus, seorang uskup dan martir. Cara hidupnya memberikan teladan bagi kita yaitu setia mengajarkan kebenaran iman, melawan ajaran sesat, dan memimpin umatnya dengan kebijaksanaan. Ketekunannya dalam mengajarkan kebenaran hingga mengalami kemartiran, menunjukkan betapa penting hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan.

Apa yang diteladankan St. Ireneus sejalan dengan dua bacaan hari ini yang memiliki makna sangat kuat.  Bacaan pertama kisah lanjutan hancuran Yerusalem dan penawanan Raja Zedekia. Zedekia adalah raja yang tidak mengikuti teladan baik dari Yosia ayahnya, dan Daud nenek moyangnya yang setia pada Tuhan. Akibat ketidaktaatan dan ketidaksetiaannya, Zedekia dan bangsanya mengalami kehancuran dan pembuangan.

Sebaliknya, dalam Injil, kita bertemu contoh iman yang tulus dari seorang penderita kusta. Ia datang kepada Yesus dengan penuh kerendahan hati, bersujud dan memohon penyembuhan. Yesus, dengan belas kasihNya, menyentuh dan menyembuhkan orang itu, sekaligus menunjukkan kuasaNya yang membawa keselamatan dan penyembuhan bagi yang percaya. Pelajaran berharganya adalah, bahwa buah dari Ketidaksetiaan dan ketidakpercayaan adalah kehancuran, sedangkan iman tulus dan rendah hati, membawa penyembuhan dan keselamatan.

Mari kita belajar teladan baik dari iman tulus penderita kusta, sekaligus meneladani St. Ireneus dalam upaya mempertahankan iman yang benar, mengajarkannya dengan setia, dan hidup dalam ketaatan pada Allah, agar kita pun dimahkotai penyembuhan dan keselamatan yang dijanjikan Yesus. kita bermenung, Allah menolong kita. Amin

(Ditulis oleh Rm. Wilfridus Vinsen Sarah, Pr)

Gambar diambil dari Internet 

 Kamis, 27 Juni 2024

IIRaj. 24:8-17; Mat. 7:21-29

Bacaan pertama mengisahkan kehancuran Yerusalem oleh Kerajaan Babel di bawah pemerintahan Raja Nebukadnezar tahun 586 sM. Israel mengalami kehancuran dan pembuangan. Bait Suci yang dibangun Raja Salomo dihancurkan, dan orang Israel diasingkan ke Babel. Latar belakang kehancuran ini bukan hanya karena kekuatan tentara Babel, melainkan juga karena dosa dan ketidaksetiaan Israel pada Yahwe. Mereka berpaling dari Allah Batu Karang perlindungan mereka.

Yesus dalam Injil, mengajarkan kita tentang kebijaksanaan dan iman. Ia berkata bahwa orang yang bijaksana akan membangun rumahnya di atas batu, sehingga tetap berdiri teguh. Batu melambangkan fondasi iman kuat dan teguh pada Allah. Bagi Yesus hal itu tidak cukup hanya mendengar firmanNya, tapi harus melakukannya dalam hidup.

Maka pesan inti meja Sabda hari ini adalah panggilan untuk tetap setia kepada Tuhan dan membangun hidup di atas fondasi iman yang kokoh. Seperti Israel yang mengalami kehancuran karena berpaling dari Tuhan, kita pun akan mengalami kesulitan jika kita tidak menjadikan Tuhan sebagai pusat hidup.

Mari kita merenungkan sejauh mana kita membangun hidup kita, sambil meneladani St. Sirilus dari Aleksandria, uskup agung dan Bapa Gereja. Dia dikenal sebagai Pujangga Gereja. Kontribusinya bagi Gereja dan umat Kristiani adalah pembelaannya yang teguh terhadap iman dan kebenaran Allah, terutama melawan ajaran sesat Nestorius dan pengikutnya. St. Sirilus menolak ajaran sesat Nestorius dan bersama Konsili menegaskan kesatuan sifat ganda Tuhan Yesus, yaitu manusiawi dan ilahi, serta mengakui Maria sebagai Bunda Allah. St. Sirilus berani menghadapi tantangan dan penganiayaan, bekerja dalam iman hingga akhir hidupnya. Marilah kita terinspirasi oleh iman dan komitmennya, untuk membangun hidup kita di atas fondasi iman. Allah menolong dan memberkati kita. Amin.

(Ditulis oleh Rm. Wilfridus Vinsen Sarah, Pr)

 

Dokumentasi Rm Adytia OCarm 

Kamis, 27 Juni 2024

Pekan Biasa XII/B

Mat 7:21-29


Humor 

Sari: (ketakutan) "Mak, mana Bapak?"

Ibu: "Ke luar kota, kenapa kau?"

Sari: (dengan nada pelan) "Maaf ya, Mak. Kayaknya aku hamil, deh."

Ibu: (kaget). "Apa? HAMIL!?!" Gak mungkin kamu HAMIL anakku”

Sari: (tersedu-sedu) "Hikss, hikss. Tapi kenapa pula sekarang aku suka makan yang asem-asem ya, Mak?"

Ibu: (dengan kesal sambil teriak) "Berhentilah kau mengkhayal SARIPUDIN! Laki-laki mana pula bisa hamil dan melahirkan!"

🤣🤣🤣

Yesus bersabda: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Kiranya melalui Sabda ini, Yesus menekankan pentingnya bukan hanya memanggil-Nya dengan nama, tetapi juga melakukan perbuatan baik dan hidup sesuai dengan ajaran-Nya.

Saudara-saudari terkasih,

Yesus menekankan bahwa pengakuan dan tindakan harus berjalan bersama-sama dalam hubungan dengan Tuhan. Kita harus memiliki bukan hanya pengakuan verbal, tetapi juga hidup yang sesuai dengan ajaran-Nya. Demikianlah Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati (Yak2:17). Mari kita bersaksi iman lewat perbuatan 🙏

Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari grid.id


IIRaj. 22:8-13; 23:1-3; Mat. 7:15-20

Rabu, 26 Juni 2024

Sabda Tuhan hari ini mengajak kita menyadari penting dikenal melalui pikiran, sikap, dan perbuatan kita yang baik. Dalam bacaan pertama kita mendengar kisah Raja Yosia menemukan kembali Kitab Taurat di rumah Tuhan. Ketika dia mendengar isinya, dia merobek pakaiannya sebagai tanda penyesalan dan pertobatan. Yosia kemudian memimpin rakyatnya untuk memperbarui perjanjian mereka dengan Tuhan, berjanji untuk mengikuti segala perintah Tuhan dengan sepenuh hati dan jiwa.

Raja Yosia dikenal karena benar dan setia pada Tuhan, sikap penyesalan dan pertobatannya, serta perbuatannya yang membawa pembaruan bagi seluruh bangsa. Dia pemimpin yang setia pada Tuhan dan komit melakukan yang benar.

Yesus memberikan peringatan tentang nabi-nabi palsu yang berlaku seperti domba, tapi berhati serigala buas. Yesus berkata bahwa kita mengenal mereka dari buahnya, yaitu dari apa yang mereka lakukan. "Demikianlah tiap-tiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.”

Bagi Yesus identitas sejati seseorang bukan hanya dari kata-kata atau penampilannya, tapi juga dari tindakan dan perilakunya. Kita dikenal dari buah yang kita hasilkan, dari bagaimana kita berpikir, bersikap, dan bertindak. Buah yang baik berasal dari hati yang baik, pikiran yang murni, dan niat yang tulus.

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menghasilkan buah yang baik, pikiran dibalut kebijaksanaan dan kebenaran firman Tuhan, sikap mencerminkan kasih dan kerendahan hati, serta perbuatan lahir dari rasa keadilan dan kebaikan.

Maka mari kita selalu berusaha untuk: 

Berpikir positif: Pikiran yang baik akan mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Bersikap rendah hati penuh kasih: yang tampak melalui ramah, sabar, dan pengertian. Bertindak dengan integritas dan keadilan: yang tampak melalui jujur, adil, dan berbelas kasih sebagai murid-murid Kristus yang setia. Semoga Tuhan menolong kita. Amin.

(Ditulis oleh Rm. Wilfridus Vinsen Sarah, Pr)

 

Dokumentasi Rm. Adytia OCarm 

Rabu, 26 Juni 2024

Pekan Biasa XII/B

Mat 7:15-20


Prisiden Pertama RI, Ir. Soekarno pernah berkata:

"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tetapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri".

Kiranya ungkapan ini telah, sedang dan akan terbukti, dalam sejarah bangsa kita. Kita tak tahu siapa kawan dan lawan? 

Jauh sebelum Proklamator mengatakan ungkapan di atas, Yesus pernah bersabda, seperti yang kita dengar dalam Injil hari ini: “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar sebagai domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala buas.”

Saudara-saudari terkasih, 

Ungkapan "Serigala Berbulu Domba" adalah ungkapan yang tepat bagi orang yang jika di depan mata Anda "tampak baik, benar, suci dan santun", tetapi ketika ia berada dibelakang Anda, "ternyata  seorang penyesat dan mencari keuntungan pribadi". 

Serigala berbulu domba ada di mana-mana. Bagaimana mendeteksinya? Lihatlah buah-buahnya. Artinya, jangan terlalu mudah menilai seseorang dari pandangan mata. Bagaimana menghindari bahkan memberantas serigala jenis ini? Mulailah dari diri kita untuk tidak menjadi serigala berbulu domba.

Tuhan memberkati. 

(Ditulis oleh Rm Adytia OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

 

Dokumentasi Komsos Sibolga 

Asosiasi pers media Katolik Romo yang ada di Indonesia atau Signis Indonesia kembali mengadakan Rapat Tahunan Anggota (24-28 Juni 2024). Tahun ini rapat diadakan di Keuskupan Ruteng dan merupakan rapat yang ke-50 sejak tahun 1974 yang lalu. Dengan diadakannya di Keuskupan Ruteng, maka Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Ruteng menjadi panitia pelaksana untuk kesuksesan kegiatan tersebut. Lokasi kegiatan berada di Rumah Ret-ret Maria Bunda Karmel Wae Lengkas.


Rapat tahunan dibuka dengan Perayaan Ekaristi bersama di Kapel Santa Maria Bunda Karmel. Perayaan Ekaristi dipimpin langsung oleh Mgr. Kornelius Sipayung OFM Cap yang juga merupakan Ketua Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (Komsos KWI).

Dokumentasi Komsos Sibolga 



Seusai Perayaan Ekaristi, kegiatan berlanjut dengan kegiatan penyambutan peserta Signis Indonesia. Penyambutan dilaksanakan secara adat Ruteng.


Dalam penyambutan itu, Bapa Uskup Kornel dan Presiden Signis Indonesia, RD Antonius G Lalu atau yang sering dipanggil Romo Steven menerima Sopi dan ayam putih. Setelah itu, bapa Uskup dan Romo Steven beserta seluruh peserta Signis Indonesia menerima pengalungan syal yang bernuansa adat Ruteng.

Dokumentasi Komsos Sibolga 



Keesokan harinya, para peserta Signis berkumpul di aula Bunda Karmel Wae Lengkas untuk mengikuti hari studi bersama. Tema rapat tahunan ini ialah Media dan Pastoral Ekologi Integral: Jalan Bersama Membangun Alam Ciptaan yang Utuh dan Harmonis.


Dalam hari studi ini, Mgr. Kornel menyampaikan keynote Speakernya. Beliau mengajak setiap peserta Signis dan juga pegiat Komsos dari berbagai paroki yang ada di Keuskupan Ruteng untuk melakukan aksi nyata ekologis, yakni dengan menggunakan media untuk memengaruhi banyak orang untuk mencintai ekologi.

Dokumentasi Komsos Sibolga 



Keynote Ketua Komsos KWI tersebut didasarkan pada dua ensiklik dari Paus Fransiskus yakni Laudato Si dan Laudato Deum.


Keynote Bapa Uskup tersebut ditanggapi Romo Steven dengan menceritakan kisah Almarhum Romo Frans de Sales SCJ, Ketua Komsos Keuskupan Agung Palembang yang menggalakkan semangat ekologi dengan menanam sayur. Dari hasil jual sayur tersebut, Komsos Palembang berhasil membeli kamera.


Seusai keynote Speaker dari Bapa Uskup Kornel, hari studi dilanjutkan dengan materi yang disampaikan oleh RD. Stanis Harmansi, Ketua Komisi Kateketik Keuskupan Ruteng dan juga Dosen Kitab Suci Unika St. Paulus Ruteng. Beliau mengambil topik tentang Program Tahun Ekologi Integral Keuskupan Ruteng.

 

Dokumentasi Rm. Adytia OCarm 

Selasa, 25 Juni 2024

Pekan Biasa XII/B

Mat 7:6.12-14


Pada suatu hari Guru anak-anak SEKAMI di gereja stasi menceritakan kisah kitab Suci Perjanjian lama: “Yosua meruntuhkan tembok Yerikho.” Kemudian Guru SEKAMI menguji murid-muridnya dengan sebuah pertanyaan: “Siapakah yang merobohkan tembok kota Yerikho?” Nampaknya para murid tidak ada yang tahu jawabannya. Maka sang guru mengancam tidak akan mengajar lagi kalau mereka tidak tahu jawabannya. 

Maka murid-murid SEKAMI minta izin untuk menanyakan hal itu pada orang tua mereka. Ada yang menemui ibunya yang sedang masak, ada yang di ladang, ada juga bertanya kepada bapaknya yang sedang di kedai tuak, dan seterusnya … dengan pertanyaan: “Siapa yang merobohkan tembok Yerikho? Dan para orang tua tidak tahu jawabannya. Maka anak-anak mereka menangis karena takut sang guru tidak mau mengajar lagi. 

Menyadari situasi makin ricuh, para orang tua meminta pertemuan dengan ketua stasi untuk mendiskusikan perihal tembok yang roboh!! Dan hasil pertemuannya adalah: “Mulai minggu depan kolekte ke III akan dikumpulkan untuk membangun tembok Yerikho yang roboh.” 🤣🤣🤣

Dalam Injil hari ini Yesus bersabda: “Masuklah melalui pintu yang sempit itu, … sempitlah pintu dan sesaklah jalan yang menuju kehidupan, dan sedikitlah orang yang menemukannya.”

Saudara-saudari terkasih, 

Ada kecenderungan yang melekat dalam diri manusia, yakni menyukai hal mudah dan menghindari hal susah. Namun Yesus berprinsip kebalikannya. Sebab segala sesuatu yang diraih dengan susah tentu akan lebih dihargai. Laksana hidup baru yang Ia anugerahkan pada kita lewat pengorbanan di kayu salib. 

Apakah Anda mengalami kesulitan dalam hidup? Hadapilah, kita tidak akan pernah tahu karunia yang tersembunyi di dalam diri kita, bila kita tidak mengerahkannya sampai sejauh dan sedalam  yang belum pernah kita kerahkan selama ini. 

Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

 

Dokumentasi Rm. Adytia OCarm 

Senin, 24 Juni 2024

Luk 1:57-66.80


Istilah “zona nyaman” dipopulerkan oleh Alasdair White (ahli teori manajemen dari Inggris). Menurutnya, zona nyaman adalah keadaan saat segalanya terasa akrab dan mudah. Zona ini memberikan Anda kepastian, rasa aman, dan perasaan familier saat menjalani suatu aktivitas atau kebiasaan, baik di tempat kerja, bersama teman, atau dalam kehidupan sehari-hari.

Hidup seakan terasa lebih mudah dan menyenangkan. Ini disebabkan karena otak memproduksi zat kimia yang disebut dopamin dan serotonin saat Anda merasa nyaman. Namun zona nyaman sering dianggap sebagai sesuatu yang buruk karena membuat manusia kehilangan kemampuan untuk berkembang dan adaptasi. Teori ini terbukti ketika kita melewati pandemi Covid-19 yang membutuhkan adaptasi dan keluar dari zona nyaman. 

Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Kelahiran St Yohanes Pembaptis. Injil mengkisahkan kelahiran dan pemberian namanya di luar dari kebiasaan.  Kiranya kehadiran Yohanes Pembaptis hendak membawa kita keluar dari Zona nyaman, yang dieksplisitkan dalam gerakan kenabiannya: “bertobatlah kerajaan Allah sudah dekat!”

Saudara-saudari terkasih,

Sebagai pengikut Kristus, kembali kita disadarkan bahwa dunia bukanlah zona nyaman kita. Dunia adalah sebuah tempat peziarahan yang menuntut kita untuk adaptif dan bertumbuh pada tujuan akhir perjalanan iman yakni kedamaian abadi di Surga. 

Selamat mengawali hari pekan dengan semangat perubahan. 

Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh Rm Adytia OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

 

Dokumentasi Komsos

Para devosan Kerahiman Ilahi dari Paroki Katedral St. Theresia Lisieux Sibolga mengadakan Misa Bersama di Pantai Kapusin, Kecamatan Sosor Gadong Kabupaten Tapanuli Tengah. Para devosan tersebut berasal dari Stasi St. Ignatius Loyola Ketapang, Stasi Kristus Raja Semesta Alam Sarudik dan Pusat Stasi atau wilayah kota.

Dokumentasi Komsos 


Perayaan Ekaristi dipimpin oleh RP. Sergius Lay, OFM Cap. Sebelum Ekaristi dimulai, devosan berdoa Koronka terlebih dahulu.

Tujuan dari kegiatan ini ialah untuk berbagi cerita bersama tentang pengalaman iman yang dialami selama menjadi devosan Kerahiman Ilahi. Kiranya, apa yang telah dibagikan mampu menjadi inspirasi dan juga penyemangat rohani di antara para devosan. 


Ilustrasi diambil dari pxhere.com

 Hari Minggu Biasa XII/B

Ay.38:1.8-11, IKor.5:14-17, Mrk.4:35-41

Hari ini kita merenungkan cara Tuhan menghentikan gelombang-gelombang congkak dalam diri manusia. Bacaan pertama dan Injil memberikan pesan-pesan penting bagi kehidupan iman. Mari kita simak bersama empat pesan singkat ini: 

1. Tuhan Berkuasa atas Alam Semesta; Dalam bacaan pertama, Tuhan berfirman dari dalam badai: "Siapa yang membendung laut dengan pintu, ketika membual dan keluar dari kandungannya?" Ini menunjukkan bahwa Tuhan memiliki kontrol penuh atas kekuatan alam. Saat kita menghadapi badai dan masalah dalam hidup, kita harus ingat bahwa Tuhan mengendalikan segala sesuatu. Tugas kita adalah menyerahkan diri dan percaya pada perlindunganNya.

2. Rendah Hati dan Sadar akan Keterbatasan Kita; Tuhan menetapkan batas-batas bagi lautan dan berkata, "Aku menetapkan batasnya, dan memasang palang dan pintu." Bahwa segala sesuatu memiliki batasnya, termasuk kecongkakan dan ambisi. Kesadaran akan keterbatasan manusiawi mengajak kita untuk rendah hati dan mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah hidup kita. 

3. Kebijaksanaan Tuhan Menghentikan Kecongkakan; Tuhan berfirman, "Engkau boleh sampai di sini, tetapi tidak lebih jauh; di sinilah gelombang congkakmu dihentikan." Kebijaksanaan dan otoritas Tuhan menghentikan kecongkakan. Kecongkakan sering membuat orang lupa Tuhan, namun kebijaksanaanNya mengajarkan kedamaian sejati.

4. Tantangan Iman di Tengah Badai Kehidupan; Dalam Injil, Yesus meredakan badai di tengah laut. Murid-murid yang ketakutan membangunkan Yesus, dan Yesus menghardik angin dan danau, sehingga menjadi teduh. "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" Kita diingatkan bahwa dalam menghadapi badai kehidupan, masalah keluarga, pekerjaan, kesehatan, kita perlu iman. Sebab Yesus bersama kita. KuasaNya mampu meredakan segala badai.

Cara Menyikapi Tantangan Iman:

1. Berdoa dan Berserah: Ketika menghadapi masalah, datanglah kepada Tuhan dalam doa, Percayakan segala kekhawatiran dan ketakutan kepadanya sambil berjuang, karena Dia peduli dan mendengarkan kita.

2. Sabda Allah-pelita langkah kita. Kita diajak membaca dan merenungkan Sabda Allah untuk mendapat kekuatan dan petunjuk praktis menghadapi persoalan hidup.

3. Terlibat dalam Komunitas Gereja: menjadi bagian dari komunitas gereja secara aktif untuk saling berbagi dan saling mendukung.

4. Melakukan Hal Nyata: Iman tanpa perbuatan adalah mati. Selain berdoa dan berserah, tindakan nyata merupakan jalan mengatasi masalah.

Mari kita belajar untuk menghadapi setiap badai kehidupan dengan iman. Tuhan Yesus menyertai kita. Amin.

(Ditulis oleh Rm. Wilfridus Vinsen Sarah, Pr)

 

Dokumentasi Rm. Adytia OCarm

Minggu, 23 Juni 2024

Pekan Biasa XII/B

Markus 4:35-40.41


Prof Salim Said (Universitas Pertahanan Indonesia), dalam siaran ILC (Indonesia lawyers club), mengatakan: “Negara yang maju adalah negara yang punya rasa takut: Taiwan takut sama China daratan, Korea selatan takut sama Korea Utara, Singapore takut karena warganya mayoritas Tionghoa di tengah lautan Melayu, Israel takut karena berada di tengah lautan Arab! Tapi Indonesia? Tuhan pun tidak DITAKUTI, sehingga banyak pejabat yang disumpah atas nama Tuhan melanggar sumpahnya dan masuk penjara! Akibatnya negara sulit maju dan berkembang. 

Injil hari ini sangat menarik. Justru karena para murid ketakutan di tengah badai lautan, maka mereka membangunkan Yesus. Seandainya mereka tidak takut bagaimana? Mungkin kisah ini akan berlalu begitu saja? 

Saudara-saudari terkasih..

Merefleksikan renungan hari ini dengan metode antitesis membuat kita menemukan sebuah pencerahan. Karena manusia justru sering JATUH ketika dia tidak memiliki rasa takut sehingga menjadi arogan. Raja Salomo dalam kitab Amsal mengatakan bahwa takut akan Tuhan merupakan permulaan pengetahuan, namun orang yang kurang pandai menghina hikmat dan didikan (Ams. 1:7). 

Tuhan memberkati🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Mgr. Frans 



Hari ini, Sabtu 22 Juni 2024, Bapa Uskup, Mgr. Fransiskus memimpin Perayaan Ekaristi Penerimaan Kaul Kekal  Suster-suster Kongregasi KSFL di Desa Bane Pematangsiantar.

Dokumentasi Mgr. Frans 


Jumlah suster yang mengikrarkan kaul kekal sebanyak enam orang. Keenam suster tersebut berasal dari Keuskupan Sibolga, dari Paroki St. Fransiskus, Pangaribuan sebanyak dua orang, dari Paroki St. Ludovikus, Sipeapea sebanyak dua orang, dan dua orang suster lainnya berasal dari Paroki St. Yosef Pandan dan Paroki St. Maria Bunda, Padangsidempuan. 

Dokumentasi Mgr. Frans



Para Pastor Paroki asal dari ke-6 suster yang berkaul juga hadir dalam perayaan penuh syukur tersebut. Selain dari umat beriman lainnya, perayaan ini juga dihadiri oleh keluarga dari para suster jubilaris.

Nama-nama suster yang berkaul kekal:

1. Sr. Maria Riska, KSFL

2. Sr. Febyola Silaban, KSFL

3. Sr. Fidelia Malau, KSFL

4. Sr. Eliana Sinaga, KSFL

5. Sr. Blandina Pasaribu, KSFL

6. Sr. Gloria Habeahan, KSFL.

Seusai Perayaan Ekaristi, kegiatan dilanjutkan dengan acara ramah tamah

 

Dokumentasi Rm. Adytia OCarm

 

Sabtu, 22 Juni 2024

Pekan Biasa XI/B

Mat 6:24-34

Suatu ketika gadis kecil berjalan bersama ayahnya hendak melewati sebuah jembatan di atas sungai yang sangat deras. Sang ayah takut bila putrinya akan terjatuh, maka ia berkata kepada sang putri "Sayang, pegang tangan bapak  erat-erat ya, supaya kamu tidak jatuh ke sungai." Tapi si Gadis kecil berkata, "Jangan! Bapak saja yang menggenggam tanganku." "Apa bedanya, sayang ?" tanya sang ayah. "Berbeda sekali, Pa. Kalau aku yang memegang tangan papa, kalau ada sesuatu terjadi padaku, besar sekali kemungkinannya aku akan melepaskan genggamanku. Tetapi kalau bapak yang memegang tanganku, pasti bapak tidak akan membiarkan tanganku terlepas dari genggaman bapak. 

Injil hari ini menggaungkan tentang kekhawatiran. Rasa khawatir menjadi masalah yang umum ditemukan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Ketidakpastian hari esok memicu munculnya rasa khawatir.

Saudara-saudari terkasih, 

Di dunia kita berjalan dalam “kabut”ketidakpastian. Hal ini berlaku mulai dari dalam keluarga, pekerjaan, persahabatan, perkumpulan dan sejenisnya. Apa yang kita persiapkan dengan baik belum tentu menghasilkan kebaikan. Tapi kita harus tetap berbuat baik. Mengapa? karena tangan Tuhan selalu memegang tangan orang yang percaya padaNya.

Tuhan memberkati 🙏

(Ditulis oleh Rm. Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

 

Tangkapan Layar Komsos Ruteng yang diambil oleh Mathias Hariyadi (sesawi.net)

Paus Fransiskus mendirikan Keuskupan Labuan Bajo sebagai Keuskupan baru di Gereja Katolik Indonesia. Dengan pendirian tersebut maka Labuan Bajo menjadi Keuskupan ke-38 di Indonesia.


Selain itu, Bapa Suci juga memilih RD. Maksimus Regus sebagai Uskup pertama untuk Keuskupan yang baru tersebut. 


Kabar gembira ini diumumkan di Gereja Paroki Roh Kudus Labuan Bajo oleh Mgr. Siprianus Hormat, Uskup Ruteng pada Jumat, 21 Juni 2024 pukul 18.00 WITA dan pukul 12.00 waktu Vatikan.


Pengumuman ini termuat dalam buletin Vatikan: "Osservatore Romano", Rinunce e nomine (vatican.va).


Berikut data diri RD. Maksimus Regus:


Tempat & Tanggal Lahir : Todo, 23 September 1973Tahbisan Imamat : 10 Agustus 2001

Latar Belakang Pendidikan

Studi Filsafat STFK Ledalero, 1993-1997

StudiTeologi STFK Ledalero, 1999-2001

Studi S2 Sosiologi, Universitas Indonesia, lulus tahun 2009

Studi S3 Sosiologi, Graduate School of Humanities, Tilburg catholic University Belanda, lulus tahun 2017.

RD. Maksimus Regus juga sudah menerbitkan beberapa artikel ilniah dengan tema politik, filsafat, dan hak asasi manusia.


Pengalaman Pastoral

Pelayanan Diakon di Paroki Kristus Raja, Ruteng, Mei-Agustus 2001

Imam Kapelan di Paroki Kristus Raja, Ruteng, September 2001-Agustus 2007

Ketua Komisi Antaragama, Keuskupan Ruteng, 2002-2007.

Koordinator Dialog Antaragama, Keuskupan Ruteng, 2005-2007, didukung oleh Kirch in Not, Jerman.

Koordinator untuk Kegiatan Kaum Muda Lintas Agama, Keuskupan Ruteng, 2005-2007, didukung oleh Kirch in Not, Jerman

Dosen di Unika St. Paulus Ruteng, 2018-2019

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unika St. Paulus Ruteng, 2019-2023

Rektor Unika St. Paulus Ruteng, Juni 2023-2027

Koordinator Imam Diosesan, Keuskupan Ruteng, 2020-2023

Koordinator Imam Diosesan, Keuskupan Ruteng, 2023-2026. 


(Dikutip dan disarikan dari https://www.mirifica.net/paus-fransiskus-mendirikan-keuskupan-labuan-bajo-dan-memilih-romo-maksimus-regus-sebagai-uskup-pertama/)

 

Dokumentasi Rm. Adytia OCarm

Jumat, 21 Juni 2024

PW St Aloysius Gonzaga 

Mat 6:19-23


Seorang anak pernah mengeluh Pada bapaknya. Dia dianggap tidak produktif Karena lebih banyak menghabiskan waktu dgn kegiatan sosial di gereja dan berdoa sendiri, padahal waktu adalah uang. Menanggapi keluhan sang anak si bapa berkata: “Benar anakku banyak waktu yang hilang karena pengabdian saya di gereja dan berdoa. Tapi aku menemukan apa yang tak bisa dibeli dengan uang l, yakni Hati yang Damai”. 

Dalam Injil hari ini Yesus bersabda: “Di mana hartamu berada di situ hatimu berada.” Umumnya orang menilai kesuksesan dari apa yang dilihat. Mobil yang dipakai, merek baju yang dikenakan, teman pergaulan sosial. Tapi akan tiba saatnya orang akan jenuh dgn ukuran kebahagiaan yang dinilai dengan pandangan mata yang belum tentu menghadirkan Hati yang damai. 

Saudara-saudari terkasih,

Apa yang dilihat mata menentukan persepsi hidup kita. Sebagai umat kristiani kita diarahkan untuk melihat dengan mata iman, bahwasanya ukuran nilai kebahagiaan sejati itu bukan apa yang dilihat oleh mata duniawi semata-mata, tetapi oleh mata hati yang membuat kita hidup dalam damai. Itulah harta yang sejati. Saudara-saudariku.. di manakah hartamu? 

Tuhan memberkati🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin, OCarm: Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori)

 

Dokumentasi Rm. Adytia Peranginangin OCarm 


Kamis, 20 Juni 2024

Pekan Biasa XI/B

Mat 6:7-15


Antony de Melo dalam buku “burung berkicau”mengisahkan ilustrasi Ketika kapal seorang Uskup berlabuh di sebuah pulau yang terpencil, Ia berjumpa tiga orang nelayan yang sedang memperbaiki pukat. “Kami orang Kristen,” kata mereka sambil menunjuk dada. Uskup amat terkesan. Dan bertanya: “Apakah kalian tahu doa Bapa Kami?”Ternyata mereka belum tahu. Uskup sangat terkejut , karena mereka  menyebut diri Kristen, tapi tidak tahu doa dasariah seperti doa Bapa Kami. “Lantas, apa yang kamu ucapkan bila berdoa?” :tanya bapa uskup. “Kami memandang ke langit. Kami berdoa: “Kami bertiga, kamu bertiga, kasihanilah kami.”Uskup heran akan doa mereka yang primitif. Maka sepanjang hari ia mengajar mereka berdoa Bapa Kami.

Beberapa bulan kemudian kapal Uskup kebetulan melewati kepulauan itu lagi. Tiba-tiba ia melihat seberkas cahaya di arah Timur bergerak mendekati kapal. Sambil memandang keheran-heranan, Uskup melihat tiga sosok tubuh manusia berjalan di atas air, menuju ke kapal. Hanya Yesus dan para Kuduslah yang bisa berjalan di atas air!!! Sampai-sampai Kapten kapal menghentikan kapalnya dan semua pelaut berjejal-jejal di pinggir geladak untuk melihat mukjizat  ini.

Ketika mereka sudah dekat, Uskup mengenali tiga sahabatnya, para nelayan dulu. “Bapak Uskup”, seru mereka, “Kami dengar kapal Bapak melewati pulau kami, maka cepat-cepat kami datang.”

“Apa yang kamu inginkan?” : tanya Uskup tercengang-cengang.

“Bapak Uskup,” jawab mereka, “kami sungguh-sungguh amat menyesal. Kami lupa doa yang bagus itu. Kami berkata: “Bapa kami Yang ada di surga, dimuliakanlah namaMu; ...” lantas kami lupa. Ajarilah kami sekali lagi seluruh doa itu!'

Uskup merasa rendah diri dan berkata: “Sudahlah, pulang saja, saudara-saudaraku yang baik, dan setiap kali kamu berdoa, katakanlah saja: Kami bertiga, kamu bertiga, kasihanilah kami.” 

Dalam inji Yesus mengajar para murid-Nya berdoa “Bapa Kami”. Inilah doa yang paling populer di hati umat Kristiani. Di dalam doa Bapak Kami, kita diajak untuk melihat diri kita dalam hubungan dengan Bapa dan sesama. Ada tujuh permohonan, tiga permohonan pertama berupa: 

-harapan agar Bapa dimuliakan, 

-kerajaan-Nya datang, 

-dan kehendak-Nya terjadi. Empat permohonan selanjutnya diarahkan untuk diri sendiri,: 

-berupa mohon rejeki, -mohon pengampunan, -mohon agar dijauhkan dari cobaan, 

-dan mohon agar dibebaskan dari yang jahat. 

Saudara-saudari terkasih,

Cukup menarik bahwa permohonan ampun kepada Bapa disertai dengan kesediaan mengampuni. Inilah Spirit dari doa yang diajarkan Kristus: “Bahwa berdoa itu memiliki konsekwensi sosial. Berdoa  bukan hanya seputar altar tapi penghayatannya nyata dalam relasi hidup sehari-hari.”karena doa yg indahnya seputar kata-kata takkan mengubah apapun bila tidak ada penghayatan. Mari kita hayati doa ini dengan saling mengasihi satu sama lain🙏

Tuhan memberkati.

Rm Adytia OCarm…. Salam dari Pinangsori

Dok. Rm. Adytia Peranginangin OCarm 

 

Rabu, 19 Juni 2024

Pekan Biasa XI/B


Mat 16:1-6.16-18


Setelah menjual tanahnya 2 hektar, Paijo membeli sepeda motor sport favoritnya. Begitu keluar dealer dia langsung tancap gas, di persimpangan jalan dia melihat mobil Pajero. Paijo memepet mobil itu lalu menggedor-gedor kaca mobil tersebut. Yang punya mobil kaget dan menambah kecepatan. Tapi Paijo lagi-lagi melomba mobil itu lalu berteriak: “woy lo punya motor kayak gini gak?” 

Pengendara mobil diam saja tak tak mau terprovokasi orang yang pamer sepeda motor baru.  Tapi lagi-lagi Paijo mengejar mobil itu sambil teriak: “Woy lo punya gak motor kayak gini?” sambil nunjukin motornya. Yang punya mobil Marah langsung banting stir ke kanan. Si Paijo tersrempet mobil dan jatuh tersungkur. Lalu pengendara mobil merasa iba langsung menolong si Paijo. Lagi-lagi  Paijo bertanya : “Woy lo punya motor kayak gini gak? Aku cuma mau nanya rem-nya di mana?!?” Si pengendara mobil menyangka Paijo flexing (pamer) ternyata karena sepeda motornya  terlalu canggih dia tak tahu cara meremnya 🤣

DALAM khotbah di bukit Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Kiranya Yesus memberikan penekanan pada tiga hal penting dalam membangun relasi dengan diri sendiri, sesama dan Tuhan.

Saudara-saudari terkasih, 

Era Media sosial tak jarang merubah persepsi dan karakter hidup manusia. Sering lebih mengutamakan penampilan daripada kualitas. Memamerkan hanya sebagian diri yang diinginkan lupa bahwa jati diri dibangun dari keseluruhan  unsur diri, Jiwa-raga, kuat - lemah dan seterusnya Jadilah pribadi yang asli di mana manusia adalah Citra Allah. Semua hanya demi kemuliaan Tuhan 🙏

Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori

 

Dok. Rm. Adytia OCarm


Selasa, 18 Juni 2024

Pekan Biasa XI/B

Injil Mat 5:43-48


Alkisah seorang menantu sangat membenci ibu mertuanya, karena omongannya sering menyakitkan hati. Ia ingin meracun mertuanya. Tapi racun yg diberi tukang obat butuh waktu dan berkelanjutan diberi agar tidak kentara kematiannya. Maka sang menantu mendekati sang mertua hari demi hari, menonton bersama, ngobrol bersama, makan bersama agar ia bisa memberi racun secara simultan. Tapi lama kelamaan sang menantu malah menjadi akrab  dengan mertua. Ia jadi takut kalau racun yg diberi bekerja dan sang mertua -yg kini soulmate-nya- akan wafat. Tapi ternyata tidak terjadi karena obat yang ia beri ternyata bukan racun, karena “racun” permusuhan sebenarnya ada di dalam dirinya sendiri.

Dalam Bacaan Injil hari ini Yesus mengajak para murid-Nya untuk menjalankan perintah kasih. Yesus mengatakan: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”Ini sebuah perintah dan bukan pilihan. Setiap murid Yesus harus melakukan hal ini dengan sungguh-sungguh. 

Saudara-saudari terkasih, Anda tidak bisa mengasihi dengan sempurna dengan kekuatan anda sendiri, tetapi sebagai anak-anak Allah hal itu mungkin. Sehingga segala perlakuan kita terhadap pribadi lain dilakukan dalam kesatuan dengan Allah. Dan Yesus sendiri mengajari kita: “Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada Kami.” 

Tuhan memberkati🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori)

 


Hari Raya Idul Adha 1445 H menjadi kesempatan bersilaturahmi dengan jajaran Korem 023 Kawal Samudra.

Pada kesempatan ini Senin, 17 Juni 2024 Bapa Uskup Sibolga Mgr. Fransiskus Sinaga menyerahkan hewan kurban berupa dua ekor kambing jantan yang diterima langsung oleh Danrem Kolonel Inf. Lukman Hakim.
Bapa Uskup didampingi Pst. Barto Sihite dan Pst. Ignatius Purwo OSC disambut langsung oleh Danrem 023 KS di pendopo setelah selesai sholat Ied. Turut hadir Mayor Inf. J. Situmeang umat Katolik Stasi Sarudik bersama rombongan.
Meski cuaca hujan, tidak mengurangi suasana kemeriahan Hari Raya Idul Adha dengan pemotongan hewan kurban.
Tampak ada 4 ekor sapi dan 9 ekor kambing sebagai hewan kurban.
Kepada para saudara kaum muslimin, selamat merayakan Hari Raya Idul Adha 1445 H.



 

Dokumentasi Penulis 

Senin, Pekan Biasa XI/B

17/6’24. Injil Mat 5:38-42


Pada masa Kerajaan Singosari ada kisah Keris Mpu Gandring yang melegenda. Kisah diawali dari Ken Arok yang berniat membunuh Tunggul Ametung agar bisa memperisteri Kendedes (istri Tunggul Ametung). Maka ia meminta Mpu Gandring menempah keris dengan waktu tertentu. Namun belum saatnya, Ken Arok sudah meminta Keris namun karena belum waktunya dan keris masih kasar, Mpu Gandring tidak menyerahkan keris itu. Ken Arok tak bisa menerima alasan itu, maka menusuk Mpu Gandring dengan keris yang sedang ia tempa. Sebelum mati Mpu Gandring mengutuk keris itu akan meminta balasan 6 nyawa. Dan benar “nyawa ganti nyawa”, Keris itu melenyapkan 6 nyawa: Mpu Gandring, Tunggul Ametung, Ken Arok, Ki Pengalasa, Anusapati dan Tohjaya.  

Dalam codex Hamurabi (1780 SM) di Kerajaan Babilonia hukum pembalasan ini sudah menjadi undang-undang.

Namun Injil Hari ini Yesus mengganti Hukum pembalasan dengan hukum cintakasih. “Aku berkata kepadamu, Janganlah kalian melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.”

Saudara-Saudari terkasih, 

Naluri balas-membalas  yang menjerat kita dalam spiral dendam yang tak berkesudahan diretas oleh Yesus dgn hukum Kasih. “Ampunilah mereka karena mereka tak tahu apa yg mereka perbuat” Berani mengatakan cukup adalah langkah awal yg membebaskan kita dari jerat abadi dendam. Krn membalas kejahatan dgn kejahatan baru mengubah kita menjadi sama jahatnya dengan si jahat. 

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm: Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori)

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget