Ini tentang Si Perintis Jalan Bagi Tuhan (Terinspirasi dari Lukas 1:5-25)
Gambar diambil dari karangpanas.org |
Pertama, ia lahir dengan proses yang sangat mengagumkan. Kedua orangtuanya sudah lanjut usia, bahkan ibunya yang bernama Elizabet disebut mandul. Namun sesuatu yang di luar nalar terjadi bagi mereka berdua. Saat ayahnya, Zakaria, mendapat undian untuk membakar ukupan di Bait Allah, Allah mengutus Malaikat Gabriel kepadanya untuk memberitakan kabar sukacita. Kabar itu ialah bahwa mereka akan dikaruniai seorang anak. Ia bahkan disebut sebagai anak yang spesial karena tugasnya mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan.
Zakaria, ayahnya, tidak sanggup menerka berita yang demikian mengagumkan tersebut. Ia bahkan menjadi bisu sampai waktu semuanya terbukti menjadi nyata.
Kedua, keadaan ayahnya yang sebelumnya bisu menjadi bisa berbicara setelah ayahnya menuliskan nama untuk dirinya, yaitu Yohanes.
Apa arti sebuah nama? Demikian pertanyaan kita sebagai respon atasnya. Namun saat Zakaria menuliskan nama untuk anaknya ialah Yohanes, itu berarti ia telah beralih menjadi percaya atas pemberitaan Malaikat Gabriel. Upah yang diterimanya, selain mendapatkan keturunan, juga disembuhkan dari kebisuan. Lantas kita pun memiliki seruan yang sama dengan orang banyak: “Menjadi apakah anak ini nanti, sebab tangan Tuhan menyertai” (Luk 1:66)
Ketiga, ia hidup sangat asketis dan mengajak semua orang untuk bertobat dan memberi diri dibaptis. Itu ia lakukan sebagai upaya untuk mempersiapkan semua orang dalam menantikan kedatangan Tuhan. Dialah si perintis jalan bagi Tuhan yang selalu berseru: Luruskanlah jalan bagi Tuhan. (Luk 3:4)
Keempat, sebagaimana ia lahir melalui proses yang sungguh mengagumkan, demikian pula dengan matinya. Ia mati dengan dipenggal kepalanya sebagai upah yang ia terima akibat pembelaannya terhadap kebenaran: Herodes memperistri istri saudaranya. (Luk 9:7-9).
Namanya Yohanes, namun kita akrab menyebutnya Yohanes Pembaptis. Seumur hidupnya selalu demi karya Tuhan. Baik lahir maupun matinya, semuanya demi kelancaran karya Tuhan.
Kita memang bukan Yohanes Pembaptis. Namun panggilan kita tidak persis beda dengan panggilannya. Kita juga, dalam seluruh hidup kita di dunia, dipanggil untuk berkarya bersama Tuhan.