September 2024

Dokumentasi Penulis 


Senin, 30 September 2024

PW St Hieronimus, Imam & Pujangga Gereja

Luk 9:46-50


Kebajikan itu berada di tengah. Dalam hirarki “kemalaikatan,” kebajikan berada di urutan tengah, bukan yang tertinggi, tetapi juga bukan yang terendah. 

Inilah yang membuat “dunia” permainan anak-anak menjadi hidup. Ketika hanya satu anak yang selalu mendominasi permainan dan tidak ada kesempatan bagi yang lain untuk turut bermain, maka permainan usai sudah. 

Pun demikian juga terhadap penyelenggara kebijakan  yang tidak “berat sebelah.” Keberpihakan kebajikan adalah terhadap nilai-nilai positif: kebijaksanaan, kerendahan hati, keberanian dan sebagainya.

Injil hari ini menceritakan, tentang kerendahan hati dan kedewasaan iman. 

Yesus bersabda: "Barangsiapa menerima anak ini dalam nama-Ku, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar." 

Lalu ketika Yohanes memberi tahu Yesus tentang seorang pria yang tidak dikenal mengusir setan dalam nama Yesus, mereka menyuruh pria itu untuk berhenti. Yesus menjawab bahwa mereka harus membiarkan pria itu; mereka tidak perlu bersikap curiga atau sombong.

Saudara-saudari terkasih. Memang sangat menggoda untuk menggunakan Yesus untuk meningkatkan citra diri kita. Namun, periksalah kenyataan terlebih dahulu, ini bukanlah yang Yesus inginkan bagi kita. Keinginan Yesus bagi kita semua adalah untuk selalu rendah hati. 

Mereka yang diam-diam memberikan waktu mereka untuk membantu-Nya memajukan ajaran-ajaran-Nya, merekalah yang terbesar di mata Yesus. 

Jika Anda memberikan waktu Anda untuk Yesus tanpa tujuan untuk menyombongkan diri dan keinginan egois untuk menjadi populer, Anda sudah menjadi yang terbesar di mata Yesus.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Minggu, 29 September 2024

Pekan Biasa XXVI/B

Mark 9:38-43.45.47-48


Dalam perjalanan ke desa tampak sang bapak menggendong anak dan memikul banyak sekali beban. Sang istri kemudian mengeluh dan menegur suaminya agar menyerahkan sebagian beban pada adiknya. Tapi sang suami menjawab sambil tersenyum :"Aku rasa tidak perlu kita mengeluh dan beradu argumentasi untuk sesuatu yang sepele seperti ini, toh perjalanan bersama kita ini terlalu singkat.“

Jawabannya sederhana, tapi kalau direnungkan sangat mendalam. 

Kalau kita tahu bahwa perjalanan hidup ini begitu singkat, maka jangan membuang tenaga dengan terus mengeluh, mencari-cari kesalahan... karena semua tujuan sama dan hanya membuang waktu kita di perjalanan hidup yang singkat ini.

Dalam Injil, Yohanes mencoba mencegah orang yang menggunakan nama Tuhan untuk membuat mukjizat (Markus 9:38). Namun, Yesus berkata kepada Yohanes: “Janganlah kamu cegah dia, Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita” (Mrk 9:39). Di sini jelaslah bahwa segala yang baik selalu dikehendaki oleh Yesus. 

Saudara-saudari terkasih, Tahu atau tidak tahu tentang Yesus, sesuai dengan agama menurut putusan hati nurani masing-masing. Apabila seseorang  berbuat baik, itu berarti ia berpihak pada Yesus! Maka perjalanan hidup kita terlalu singkat untuk memperdebatkan ajaran iman yang paling sempurna. Mari kita isi hidup ini dengan rasa syukur, bahagia dan selalu berbuat baik untuk sesama. Di mana ada pelayanan & kasih, di situ Tuhan hadir. (Ubi Caritas et amor Deus ibi est)

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Sabtu, 28 September 2024

Pekan Biasa XXV/B

Luk 9:43b-45


Apakah Anda terkadang merasa sulit memahami jalan Tuhan dalam hidup Anda? Bahkan mungkin sampai  mempertanyakan ini di hadapan Yesus: "Mengapa saya harus mengalami PENDERITAAN   dalam hidup saya ketika saya mengikuti-Mu?"

Paus Yohanes Paulus II pernah mengatakan bahwa dengan adanya  banyak penderitaan di dunia, manusia  bertanya, “Mengapa? Mengapa ada kejahatan di dunia?” Kadang pertanyaan-pertanyaan semacam ini dapat menjadikan orang frustasi dan akhirnya menolak adanya Tuhan.

Dalam Injil hari ini YESUS bersabda: “Putera Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Para murid sulit memahami Yesus yang mereka kenal sebagai Mesias, ditangkap dan mengalami penderitaan di tangan manusia. Mengapa  Yesus seolah-olah “ditaklukan dan menderita” di tangan manusia? 

Saudara-saudari terkasih, Jalan keselamatan yang dibawa Kristus pada dunia adalah sebuah Totalitas. Penyerahan diri dan setia pada jalan derita sampai akhir hidup-Nya menjadi sebuah jalan keselamatan. 

Dalam perspektif iman Kristiani, penderitaan bukanlah sesuatu yang buruk yang harus selalu dihindari. Sebab adakalanya penderitaan itu justru mendatangkan pertobatan, pemurnian jiwa, dan bahkan keikutsertaan kita dalam penderitaan Kristus yang mendatangkan keselamatan kekal bagi banyak orang. 

“Jikalau Gandum Tak Jatuh Di Tanah,

Tetap Sebiji Tiada Buahnya.

Sesungguhnya Telah Difirmankan Tuhan,

Jikalau Mati Akan Banyak Buahnya.” (PS 715)


 Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Saya terlahir dari rahim seorang Ibu (mama), yang merawat, mendidik dan membesarkan aku,  hingga sekarang aku hidup di dunia ini. Doa (Salam Maria) adalah doa yang sangat sederhana, namun luar biasa dan banyak MUKJIZAT yang terjadi bila kita berdoa melalui perantara Bunda Maria. 

Bunda Maria mempunyai tempat tersendiri di hati saya sejak kecil.

Untuk berbicara dengan bunda, saya sering mendoakan rosario setiap hari. Namun, di beberapa kesempatan, aku mencoba memakai kedua tanganku sambil mengikuti doa. Tangan kiri untuk menghitung peristiwa, sedangkan tangan kanan untuk dasa Salam Maria. Selebihnya, sudah diingat-ingat dalam kepala.

Setelah mencoba kedua cara yang berbeda, aku menemukan sesuatu. Ada perbedaan menarik antara menggunakan tangan dengan menggunakan untaian Rosario. Mungkin, karena aku telah lama terbiasa dengan kalung, mendoakan Doa Rosario dengan tangan memberikan sensasi baru. Aku lebih terjaga dalam mengikuti setiap peristiwa dan Salam Maria karena selalu siaga mengingat doa dan bagian apa yang selanjutnya didoakan.

Akan tetapi, menggunakan tangan dalam doa ini juga mengajarkan padaku sesuatu yang lain. Aku tidak menggunakan sebuah kalung untuk berdoa, melainkan tubuhku sendiri. Tubuhku adalah alat untuk mendoakan Rosario. Dengan kata lain, akulah Rosario yang sedang aku doakan. 

Doa Rosario memang sering diidentikkan dengan kalung Rosario. Akan tetapi, aku memutuskan untuk membaktikan hidupku sebagai pendoa. Oleh sebab itu, setiap doa harus menyatu dengan hidupku, termasuk Doa Rosario. Aku harus menjadi Rosario yang hidup, dan doa Rosario harus menjadi hidup dalam diriku.

Keajaiban doa Rosario juga sangat saya rasakan ketika mama saya mengalami stroke,yang dimana mama divonis tidak bisa berjalan,namun dengan berdoa rosario setiap hari, mama bisa jalan,meskipun stroke nya harus tetap menjalani terapi .

Sampai hari ini saya masih terus terbangun dan berdoa Rosario. Kehidupan doa saya pun berkembang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, hingga detik ini saya tak pernah bosan atau jenuh berdoa Rosario, karena selalu ada hal baru yang Tuhan tambahkan kepada saya. Yang dulunya terbangun-berdoa Rosario-tidur lagi, kemudian bertambah menjadi sehabis doa Rosario lalu doa pagi. 

Lalu setelah itu bertambah dengan membaca bacaan Alkitab sesuai kalender liturgi gereja. Lalu bertambah lagi dengan meditasi. Setelah meditasi bertambah lagi berdoa Devosi kepada Santa Perawan Maria Pengurai Simpul Masalah. Lalu di akhir doa yang kurang lebih 1 jam yang saya lakukan saya tutup dengan lagu Ambilah Ya Tuhan (Doa Suscipe Santo Ignatius Loyola). 

Sampai detik ini saya menghidupi kehidupan doa pagi saya seperti Petrus, Yakobus dan Yohanes yang sedang diajak Tuhan Yesus naik ke gunung Tabor. Saya belum sampai puncaknya, masih terus berjalan bersama Yesus dan saya berharap kelak bisa sampai puncak dan Tuhan Yesus mendapati aku masih tetap setia.

Ku berjuang sampai akhirnya Kau dapati aku tetap setia.”

Setialah seperti pelayan-pelayan yang sudah mempersiapkan bejana-bejana kosong untuk siap diisi air kehidupan! Kelak saat Yesus mengisi bejanamu, kamu sudah siap.

Salve

(Ditulis oleh Vera Sylvia Nainggolan, OMK Paroki Santa Maria Bunda Padangsidimpuan)

Dokumentasi Penulis 


Jumat, 27 September 2024

PW St Vincensius a Paulo, Imam

Luk 9:18-22


Dalam pelajaran Agama. Anak-anak diajarkan untuk mengenal Yesus melalui pekerjaan orang tuanya. Seorang anak yang bapaknya dokter mengatakan: “Yesus adalah dokter sempurna karena menyembuhkan semua orang sakit.”

Seorang anak yang bapaknya Polisi berkata: “Yesus adalah polisi sejati. Ia menjagai kita sepanjang masa.” 

Seorang anak lagi enggan menjawab karena bapaknya Tukang botot (pembeli barang bekas). Maka sang guru mengatakan: “anakku gak usah malu, karena Yesus itu sangat mirip dengan tukang botot bahkan pemulung… sebab meskipun dunia sudah membuang kita karena kesalahan, tapi Ia tetap memungut kita bahkan mengubah kita menjadi anakNya yang terkasih.”

Dalam Injil, Yesus mengajukan pertanyaan ini kepada para murid, "Menurut orang banyak, siapakah Aku ini?" Di antara mereka, hanya Petrus yang menjawab dengan benar. Mengapa? Ini karena di antara para rasul, Petruslah yang selalu bersama Yesus. Artinya  ketika kita selalu bersama-Nya, kita akan jauh lebih dalam mengenal-Nya. 

Hari ini Gereja memperingati St Vincensius a Paulo. Ia mengenal dan menyaksikan Yesus dalam  kaum miskin. Ia melayani kaum miskin dengan mendirikan banyak yayasan dan rumah  sakit, serta mengumpulkan dana untuk daerah-daerah miskin.

Saudara l-saudari terkasih. 

Apakah Anda juga ingin mengenal Yesus lebih dalam? Oleh karena itu, Anda harus menemukan lebih banyak tentang Yesus melalui doa Anda, kehadiran Anda dalam Misa Kudus, kehadiran Anda di Kapel Adorasi, dan dengan membaca lebih banyak tentang kehidupan dan pelayanan-Nya dalam Alkitab, maupun dalam media sosial.

(Ditulis oleh Rm. Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Kamis, 26 September 2024

Pekan Biasa XXV/B

Luk 9:7-9


Dalam pertandingan “joget balon,” setiap pasangan harus mempertahankan posisi balon tetap utuh dan tidak terjatuh. Namun apa daya tiba-tiba balon salah satu peserta meledak, pecah terkena penjepit rambut sang anak. Si anak begitu sedih dan tak mau dihibur siapapun krn ia merasa bersalah terhadap dirinya sendiri. 

Rasa bersalah merupakan emosi yang melibatkan perasaan menyesal dan menghakimi diri sendiri. Perasaan ini ada dalam diri setiap pribadi manusia, karena tiada manusia yang sempurna. 

Injil hari ini bercerita tentang, Herodes, raja wilayah, yang sangat terganggu ketika berita tentang Yesus sampai kepadanya. Mengapa? Karena Herodes membunuh orang yang tidak bersalah, yaitu Yohanes. 

Raja Herodes tersiksa oleh hati nuraninya karena kesalahan yang dilakukannya terhadap Yohanes. Inilah alasan mengapa Herodes berkata, "Yohanes telah kupenggal. Siapakah Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian (Lukas 9:9)?"

Saudara-saudari terkasih, 

Apa obatnya agar kita tidak diganggu oleh hati nurani kita, sehingga kita tidak bisa tidur? Marilah kita hindari melakukan kesalahan di hadapan Tuhan dan sesama kita, dengan mendengar suara hati yang selalu menggemakan suara: “lakukan yg benar hindari yang jahat.” Inilah satu-satunya obat yang tersedia bagi kita agar kita dapat terhindar dari siksaan hati nurani kita dan jatuh dalam dosa.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)


Gereja Katolik St. Antonius Padua - Batu Pulut Paroki Santa Maria Bunda, Padang Sidimpuan Desa Tindoan Laut, Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuli Selatan diberkati oleh Vikjen Keuskupan Sibolga Pastor Gregorius Fau, OFMCap pada Minggu, 15 September 2024. Pada perayaan pemberkatan gereja ini, Pastor Vikjen juga menerimakan Sakramen Krisma kepada 109 orang dari wilayah Sangkunur.

Dokumentasi Penulis 


Rabu, 25 September 2024

Pekan Biasa XXV/B

Luk 9:1-6

Dalam perjalananku ke stasi terdalam, ketika nafas tersengal-sengal dan tujuan masih belum tahu entah di mana, sering ada pertanyaan nakal muncul: “Apakah aku bergantung pada diri sendiri atau Tuhan?“ Itulah dua pertanyaan dasar yang kita hadapi setiap hari. 

Apa artinya bergantung pada diri sendiri? Itu berarti Anda bergantung pada diri sendiri saja. Anda bergantung pada kekuatan dan pemahaman Anda sendiri dan Tuhan tidak memiliki tempat di hati Anda.

Dalam Injil hari ini, Yesus memberi tahu para rasul untuk tidak membawa apa pun untuk perjalanan misi mereka (Lukas 9:3). Apakah Dia memberi tahu mereka untuk tidak membawa apa pun karena semua yang dibutuhkan akan jatuh begitu saja dari surga ke pangkuan mereka? Tentu saja tidak! Yesus justru memberi tahu mereka bergantung pada-Nya saja dan tidak perlu khawatir, karena Dia akan menggunakan orang-orang beriman untuk menyediakan kebutuhan mereka.

Saudara-saudari terkasih.

Ketika Anda bergantung pada Tuhan, itu tidak berarti Anda akan bersantai dan membiarkan berkat Tuhan datang ke depan pintu Anda seperti Paket COD yang diantar ke hadapan Anda. Ketika Anda bergantung pada Tuhan, Anda hanya melakukan segala sesuatu yang  mampu Anda dapatkan atau mencapai apa yang Anda inginkan. Namun pada akhirnya Anda dengan rendah hati menyerahkan segalanya kepada kehendak Tuhan dan bukan kepada keinginan egois Anda sendiri. Kita berusaha semampu kita selanjutnya kehendak Tuhan yang menentukan. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Selasa, 24 September 2024

Pekan Biasa XXV/B

Luk 8:19-21


Sedih hati ini menyaksikan seorang anak lebih mudah ditentramkan tangisnya ketika ia lebih menggenggam HP dari pada genggaman tangan mamaknya yang mencoba menghiburnya. 

Keluarga di era disrupsi teknologi (perubahan besar-besaran dalam cara masyarakat, bersikap akibat penerapan teknologi baru), memerlukan kearifan, sebab masa depan Gereja ada dalam ancaman dan bahaya. 

Penggunaan kemajuan teknologi sering melanggar tujuan yang sebenarnya dan menyebabkan orang-orang dalam kehidupan emosional dan keluarga mereka semakin kurang mendapatkan dukungan dari struktur masyarakat yang cenderung mengedepankan teknologi dan budaya individualistis secara berlebihan, sehingga memunculkan kekerasan dan berakhir dengan kehancuran keluarga.(“Spiritualitas Keluarga Katolik di Era Disrupsi Teknologi”: Chatarina , Elisabeth Marsella, Departemen Informatika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Injil hari ini membawa kita pada sebuah permenungan: “Siapa yg tidak ingin menjadi kerabat Yesus?" Tentu saja kita semua ingin menjadi kerabat-Nya. Namun, Yesus memiliki satu persyaratan penting bagi kita semua agar kita dapat menjadi kerabat-Nya: Dengarkan firman-Nya dan lakukanlah (Lukas 8:21). 

Kiranya keluarga bukan hanya sekedar label nama ataupun marga, namun kesatuan dalam ikatan hati dan perbuatan.

Saudara-saudari terkasih, 

Sebagai keluarga Yesus, apakah kita sudah mendengar firman Tuhan dan melakukannya? Misalnya: mengasihi musuh kita dan berbuat baik kepada mereka yang menyakiti kita? (Matius 5:44). Atau kita langsung mengikuti naluri alami kita untuk tidak mengasihi mereka bahkan menyakiti mereka yang menyakiti kita. 

Namun, apa yang akan terjadi jika kita mengikuti naluri manusia kita yang egois? Akan ada lebih banyak kebencian dan rasa sakit, lebih banyak tembok daripada jembatan. Mahatma Gandhi pernah berkata: Mata ganti mata hanya akan membuat seluruh dunia buta.

Memang sulit untuk menjadi saudara Yesus karena itu membutuhkan kerendahan hati dan melupakan diri sendiri. Meskipun demikian, kita harus bercita-cita untuk menjadi saudara Yesus dan ini hanya bisa dimulai dari keluarga-komunitas kita dengan menerapkan bahasa khalbu melalui ucapan: terima kasih, maaf dan saling menyapa.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Senin, 23 September 2024

PW St Pius (Padre Pio), Imam

Luk 8:16-18


Santo Padre Pio adalah seorang santo abad ke-20 yang dikenal karena karyanya bersama orang miskin dan kesalehan serta kerendahan hatinya yang luar biasa. Ia menerima banyak karunia rohani, termasuk karunia bilokasi, membaca jiwa, dan stigmata. Banyak mukjizat yang dikaitkan dengannya baik selama hidup maupun setelah kematiannya. 

Namun semua cahaya keutamaan di atas tidak serta merta menyeruak begitu saja. Karena beliau juga pernah mengalami masa “pemurnian” di dalam dinding selnya dari tahun 1923 hingga 1933, sepenuhnya terisolasi dari dunia luar. Serta, ada tiga dekrit dan yang terakhir mengutuk, melarang kunjungan ke Padre Pio atau menjaga hubungan apa pun dengannya, bahkan melalui surat. 

Namun kodrat cahaya tak terbendung oleh gelapnya dunia. Malah semakin menunjukkan jati diri terang sesungguhnya. Beliau  dikanonisasi pada 16 Juni 2002, di Roma, oleh Paus Yohanes Paulus II, yang pernah menerima sakramen tobat dan nasehat dari st Pio dari Pietrelcina. 

Dalam Injil hari ini, Yesus menceritakan perumpamaan tentang pelita di bawah tempayan. Ketika seseorang menyalakan pelita, mereka melakukannya agar orang lain melihat cahayanya. Ketika seseorang membagikan kebaikan, maka kebaikan adalah tetap kebaikan, kodrat kebaikan pasti akan disaksikan dan diterima, hanya masalah waktu saja. 

Saudara-saudari terkasih, Ketika orang melihat seseorang yang penuh kasih dan pemaaf, gembira dan murah hati, mereka akan memperhatikannya. Dan itulah kesempatan terbesar Anda untuk memberi tahu mereka siapa yang mengubah Anda. Yesus mengatakan bahwa ketika orang melihat terang Anda bersinar, mereka akan memuliakan Bapa Anda di surga. Mari menyalakan cahaya kebaikan di awal pekan ini.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Minggu, 22 September 2024

Pekan Biasa XXV/B

Mark 9:30-37


Pada saat “tourne” ke stasi pedalaman, saya bertemu dengan umat yang menggendong anaknya. Posisi sang anak persis menempel di punggung sang bapak, duduk di “takhta singgasana”. Memang benar UMUM-nya anak adalah  belahan jiwa yg orang tua. Bahkan belahan yang lebih besar. Sehingga seluruh perhatian, upaya, waktu & materi adalah sesuatu yang tidak bisa dibatasi. Semua diberikan pada sang anak meskipun sang anak belum bisa membalas… atau bahkan tak kan pernah mengingatnya…

Dalam Injil, ketika melakukan perjalanan melalui Galilea, Yesus mendengar murid-murid-Nya berdebat, jadi Yesus bertanya kepada mereka ketika mereka berada di sebuah rumah di Kapernaum. "Apakah yang kamu perbincangkan di tengah jalan?" (Markus 9:33) Mereka tidak dapat menjawab karena mereka berdebat tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Diamnya para murid dijawab Yesus dengan mengambil anak kecil,  menempatkannya di tengah mereka lalu memeluknya. 

Saudara-saudari terkasih

Siapa yang terbesar di mata Tuhan? Bagi Yesus, yang terbesar adalah orang yang bersedia dan siap melayani dan bukan dilayani. Yang terbesar adalah orang yang merendahkan diri di tengah godaan untuk menyombongkan diri. Yang terbesar adalah mereka yang diam-diam melakukan panggilan mereka untuk Tuhan tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Dan ini sudah dilakukan org tua “umumnya”pada anak-anak mereka, atau -paling tidak- umumnya, kita alami sendiri ketika masih kanak-kanak dulu. Maka anjuran Yesus bukanlah sesuatu yg mustahil.. pandanglah  & layanilah sesamamu laksana anak kecil, karena merekalah “Gerbang surga.” 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Sabtu, 21 September 2024

Pesta St Matius Rasul & Pengarang Injil

Mat 9:9-13


Dalam sebuah “talk Show”  dengan thema Korupsi. Seorang pembicara  kontroversial “Rocky Gerung” menjelaskan makna korupsi dengan sebuah lontaran  statement:  “Binatang kalau lapar dia mencuri, tapi manusia meski  sudah kenyang masih tetap mencuri.” Hasrat pribadi yang tak terpuaskan dengan keputusan “CUKUP”  adalah embrio korupsi.  

Dalam Injil hari ini dikisahkan seorang tokoh bernama Matius pemungut cukai korup yang dipanggil oleh Yesus untuk mengikuti-Nya. Orang-orang Farisi mengecam Yesus, tapi Ia tahu Matius orang yang butuh bantuan dan MAU DIBANTU. Sehingga Yesus berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.”

Matius adalah pribadi yang sudah selesai dengan dirinya sendiri dan sampai akhir hayatnya berani mengambil keputusan CUKUP, sehingga menjadi Rasul dan Orang Kudus yang kita Pestakan hari ini dalam liturgi. 

Saudara-saudari terkasih, 

Pendidikan yang dilandasi dengan hukuman, membuat kita menilai seorang pribadi dari sisi kelemahan dan dosa. Persepsi di atas membuat kita tidak punya waktu lagi untuk mengasihi. Namun Yesus melandasi ajarannya dengan kasih bukan hukuman. Ia mengutus kita untuk membebaskan sesama dari akar dosa, yakni hasrat pribadi yang tak terpuaskan dengan keputusan “CUKUP.” Namun rumus dasar yang dibutuhkan sebagai “pembebas” adalah berani memulai dari diri sendiri untuk berprinsip CUKUP dan bersyukur. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Jumat, 20 September 2024

PW St Andreas Kim Taegon Imam & St Paulus Chong Hasan dkk Martir Korea

Luk 8:1-3


Foto di atas adalah perjalanan tim pastoral paroki dan umat saat ke stasi kemarin. Tampak seorang ibu menggendong anaknya dan umat melalui sungai. Perjalanan kaki kami tempuh selama 2 (dua) jam dari tempat penitipan kendaraan. Perjalanan melalui hutan penuh tantangan mulai dari hujan, jalanan curam, mendaki bukit, bahkan tak jarang menyaksikan teman seperjalanan terpelesat dan jatuh. Semua perjalanan ini dilalui hanya dengan tujuan mewartakan Sabda Tuhan lewat pelayanan ekaristi, baptis, pengobatan dan kunjungan. Kiranya kekuatan keyakinan akan Kristus membuat Gereja tetap bersinar di tengah-tengah belantara Aek Kuala Luar Tapanuli Tengah.

Injil hari Jumat ini membuka mata kita terhadap pelayanan  Yesus. “Ia pergi dari satu kota ke kota lain dan dari satu desa ke desa lain untuk memberitakan Kerajaan Allah dan memberitakan Injil”. 

Hari ini gereja memperingati kemartiran Santo Andreas Kim Tae-gon dan Santo Paulus Chong Hasang dan kawan-kawannya. Mereka menunjukkan teladan keberanian umat Katolik Korea yang telah membayar mahal cinta mereka kepada Kristus. Semangat kemartiran mereka menjadi pintu gerbang bagi pewartaan iman kristiani selanjutnya. Militansi iman semacam ini yang dibutuhkan oleh Gereja sepanjang masa.

Saudara-saudari terkasih.

Jangan takut untuk mewartakan Yesus karena dengan membagikan Yesus Anda meluruskan kehidupan yang bengkok. Dengan membagikan Yesus Anda dapat memberi harapan kepada yang putus asa dan dengan membagikan Yesus Anda menyelamatkan nyawa. Yesus hidup dan menjiwai kita semua hingga saat ini karena Dia tinggal di hati Anda. Sudahkah Anda mewartakan ajaran Yesus? Misalnya melalui hidup Anda, melalui khotbah atau sharing iman dgn sesama atau bahkan menulis di internet yang berhubungan dengan Yesus?

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Kamis, 19 September 2024

Pekan Biasa XXIV/B

Luk 7:36-50


“Diam Saat Dirampok”

Mendengar kabar suami kena jarah, istri memaki-maki sang suami: "Kamu sungguh-sungguh pengecut! Perampok menjarah dompetmu, mengapa kamu tak berteriak minta tolong?"

Suami dengan marah berkata: "Kamu betul-betul goblok! Masak kamu sudah lupa di dalam mulutku masih ada sebuah gigi emas yang besar?"🤣🤣🤣

Apapun bisa menjadi alasan tetapi tetap saja, tidak berbuat apa-apa (diam) tidak menyelesaikan masalah. 

Injil hari ini menimbulkan tanda tanya bagi kita: “Apa yang mendorong perempuan itu sehingga menyeka kaki Yesus dengan rambutnya dan air matanya?“ Mengapa ia sampai mencium kaki Yesus serta mengurapinya dengan minyak wangi? Sang wanita melakukan segalanya untuk mendekati Yesus. Dia menunjukkan sikap tobat bukan lewat kata-kata tapi PERBUATAN.

Saudara-saudari terkasih, 

Yang penting bagi Yesus saat ini kiranya bukan dosa-dosa masa lalu, tapi kerendahan hati untuk meminta pengampunan. Wanita itu berbicara kepada Yesus melalui tindakan nya yang rendah hati. Dan Yesus mendengar keinginan hatinya yang bertobat. 

Dunia saat ini dipenuhi “polusi” kata-perdebatan, info-hoax, berita-viral, yang membuat kita makin “gemuk” dalam ke-pasif-an. Tuhan melihat perbuatan itu sebagai doa. Mari berbuat… karena Gereja bisa musnah bukan karena musuh tapi karena semua anggotanya pasif. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Komsos



Pusat Koperasi Kredit Nias Tapanuli (PUSNITAP) mengadakan rapat anggota luar biasa pada Senin, 16 September 2024 di Rumah Postulan SCMM Sifalaete Humene Gunungsitoli. Rapat tersebut menetapkan RD Januarius Bondar sebagai Ketua Pengurus Pusnitap Periode 2024-2029.

Rapat tersebut dihadiri oleh sebanyak 32 orang yang terdiri dari 21 orang utusan dari 6 Credit Union anggota PUSNITAP, ditambah 2 orang Pengurus dan 3 orang Pengawas PUSNITAP, 1 orang utusan dari YCPSE dan 1 orang dari CU Cinta Kasih Sipea-pea.

Dalam rapat tersebut juga, RD Donatus Tarihoran ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas Pusnitap dan RD Mikael Runggu Sitanggang ditetapkan sebagai Penasehat PUSNITAP.

Berikut susunan kepengurusan PUSNITAP dari hasil rapat anggota luar biasa tersebut:

Pengurus PUSNITAP periode 2024 – 2029 sebagai berikut:
Ketua : P. Januarius Bondar, Pr.
W. Ketua : Sonti Simamora
Sekretaris : Jhoni Kharisman Zebua
W. Sekretaris : Onesimus Ndraha
Bendahara : Julia Veronika
Anggota I : Hotmarulitua Simamora
Anggota II : Stefanus Zamili

Badan Pengawas PUSNITAP periode 2024 – 2029 sebagai berikut,
Ketua : P. Donatus Tarihoran, Pr.
Sekretaris : Setiawan Ndruru
Anggota : Lulus Daya

Penasehat PUSNITAP periode 2024-2029: RD Mikael Runggu Sitanggang.

Gambar diambil dari Internet 


Rabu, 18 September 2024

Pekan Biasa XXIV/B

Luk 7:31-35

 

Seorang pengendara mobil  ketika hendak masuk ke kampung, tiba-tiba diteriaki “BABI!!!” oleh seorang pengendara sepeda motor yang berpapasan dengannya di jalan. Tentu saja dia langsung emosi dan menghentikan mobilnya, siap-siap memutar mobil dan mengejar si pengendara sepeda motor utk “MENGHAJARNYA!!” Tapi apa yang terjadi ketika dia berhenti? Dari arah tikungan jalan, sekawanan kelompok babi melintas di jalan yang akan ia lalui. Sesaat ia menjadi malu sendiri… ternyata si pengendara tadi mau mengatakan: “ada babi di depan.” Tapi di dalam benaknya ada stigma yang negatif terhadap sesama pemakai jalan raya yang penuh dengan umpatan dan amarah. 

Bila kita mendengar  Injil hari ini tentu ada sebuah pertanyaan: “Kenapa orang Farisi dan ahli Taurat menolak mendengar pesan pertobatan dan harapan dari Yohanes dan Yesus? Kiranya mereka memiliki stigma  negatif terhadap Yesus dan Yohanes bahwa mereka bukan siapa-siapa bagi mereka. Orang Farisi dan  ahli Taurat menganggap diri kelas penguasa dan pemimpin pada zaman mereka. Stigma dapat mengakibatkan penolakan, penyangkalan, dan penyisihan dari orang sekitar.

Saudara-saudari terkasih.

Stigma adalah label negatif yang disematkan kepada seseorang atau kelompok tertentu oleh lingkungannya. Stigma merupakan fenomena sosial yang dapat menimbulkan ketidaksetaraan sosial. Menyadari makna kata stigma di zaman modern ini, ternyata dunia masih belum “move on” dari apa yang dialami Yesus lebih dari 2000 tahun lalu. 

Stigma bisa hadir dalam berbagai wujud yang ujung-ujungnya mendiskriminasi. Hadirnya iman membebaskan kita dari jerat diskriminasi. Iman akan Kristus membuat pribadi kita lepas bebas dari belenggu negatif dan membawa pesan positif bagi dunia dengan bahasa  KASIH. 

Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

 

Gambar diambil dari Internet 

Selasa, 17 September 2024

Pekan Biasa XXIV/B

Luk 7:11-17


Sebagai imam sangat sering saya memberi renungan tentang kematian di saat misa arwah. Namun ketika kematian itu menimpa orang tua yang saya kasihi, sungguh kematian itu begitu mencekam, kata-kata seakan menguap dalam lautan sedih yg tak bertepi. Hanya rasa sepi, kosong dan terasing yang tersisa saat itu. Butuh waktu yang lama untuk bisa bangkit dari perasaan duka karena kehilangan orang tercinta.

Dalam Injil hari ini dikisahkan belas kasihan Yesus terhadap janda, ini menunjukkan bahwa Allah merasa kasih dan kepedulian yang khusus bagi para janda atau siapapun yang sebatang kara di dunia ini. Alkitab mengajarkan bahwa Allah adalah Bapa bagi anak yatim dan pelindung bagi para janda (Mzm 68:6).

Saudara-saudari terkasih.

Kita semua pernah mengalami perasaan sepi, kosong, dan seolah-olah tidak ada yang peduli lagi dengan keadaan kita. Kisah hari ini mengingatkan kita agar jangan putus asa. 

Yesus sangat peduli bagi siapa saja yang sebatang kara di dunia ini. Pesan ini sangat indah bagi kita yang sedang dirudung duka yang menjerat kita dalam keterasingan. Ke mana kita pergi kalau bukan pada Yesus? Dia akan membangkitkan kita kembali dari kematian masa kelam kita.  

Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Senin, 16 September 2024

PW St Kornelius Paus & Martir; St Siprianus Uskup & Martir

Luk 7:1-10


Altruisme adalah sikap atau naluri untuk memperhatikan dan mengutamakan kepentingan dan kebaikan orang lain. Seseorang yang melakukan altruisme disebut sebagai altruis.

Gereja bertumbuh kembang lewat tindakan altruis yang sejak semula ditekankan oleh Yesus. Santo Kornelius Paus (tahun 251), memberikan diri dalam pelayanan secara total walaupun penganiayaan mengancam nyawanya. Pun pula Santo Siprianus (tahun 249), sangat giat menekankan pentingnya kasih sebagai pemersatu Gereja Kristus. Kedua pribadi ini kita peringati hari ini, guna menjiwai hidup kita.

Injil hari ini mengkisahkan sikap altruis  yang sangat mengagumkan seorang perwira militer terhadap budaknya;. Bayangkan ia pergi kepada Yesus untuk meminta kesembuhan bagi budaknya yang sakit parah. Kasih perwira militer kepada budaknya sangat menyentuh hati Yesus, itulah sebabnya Yesus mengabulkan keinginannya untuk kesembuhan bagi budaknya.

Saudara-saudari terkasih.

Siapakah budak di zaman modern ini? Yakni orang-orang miskin, terabaikan dan tidak punya daya untuk mempertahankan kehidupannya sendiri. Bisa jadi para budak zaman modern itu ada di sekitar kita. Sebagai pengikut Kristus yang altruis kita diundang untuk berbuat bagi mereka. “Bantuan meski kecil, sangat berarti bagi yang membutuhkan” 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Minggu, 15 September 2024

Pekan Biasa XXIV/B

Mark 8:27-35


Waktu Perang Dunia ke 2, suatu keluarga Yahudi telah mengalami penyiksaan. Lalu anak sulung dan anak bungsunya melarikan diri pergi mencari bantuan. Anak sulungnya pergi mencari orang yang dulu pernah membantu dirinya, sedangkan anak bungsunya pergi mencari orang yang dulu pernah dibantu oleh dirinya. Akhirnya anak sulungnya tertolong, sedang anak bungsunya bukan hanya tak mendapat bantuan bahkan dikhianati oleh orang yang dulu ia bantu.

Dalam kehidupan nyata manusia di dunia ini, orang yang benar-benar setia kepada dirimu biasanya adalah orang yang pernah menunjukkan kebaikan hatinya kepadamu. 

Injil hari Minggu ini menceritakan tentang Yesus yang meminta murid-murid-Nya untuk menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut-Nya.

Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.

Saudara-saudari terkasih, tiada manusia yg hidup bagi dirinya sendiri. Keberadaan kita saat ini tak lepas dari rentetan kebaikan yang telah diberikan pada kita. Kebaikan pasti akan bertumbuh kembang bila ada yang mau memulai dan meneruskannya. Yesus adalah pribadi yg setia dia telah memberikan kebaikan lewat pengurbanan di Kayu Salib. Yesus meminta kita menjadi pribadi yang menumbuh-kembangkan kebaikan dengan menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut-Nya. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Sabtu, 
Dokumentasi Penulis 

Pesta Salib Suci
Yoh 3:13-17

Tanda Salib bukan lagi sebuah lambang eksklusif umat Katolik. Bila kita menoleh ke lapangan sepak bola, ada banyak pemain sepak bola membuat tanda salib… “agar mirip Messi” : sahutnya, sambil membayangkan wajah pemain sepak bola Argentina yang mendunia saat ini. Bahkan banyak yang memakai tanda salib yang di tato atau pun kalung belum tentu pemakainya orang Kristen.. apalagi menghayati Lambang Salib itu…

Hari ini Gereja merayakan Pesta Salib Suci. Dalam Injil hari ini diceritakan tentang kasih Allah yang luas, pengorbanan Anak-Nya, dan tujuan Allah mengutus Anak-Nya ke dunia. Ia Mengorbankan diri di Kayu Salib keselamatan,  sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Saudara-saudari terkasih.
Bila kita memandang Tubuh Kristus di salib, tangan-Nya selalu terentang seakan-akan hendak merangkul siapa saja yang datang pada-Nya.  Kini dengan memandang salib Kristus pula kita dikuatkan untuk terus mengasihi dan mengampuni sesama; dan juga untuk bertumbuh dalam kerendahan hati, sebab itulah jalan yang dipilih Allah untuk menghantar kita kepada keselamatan kekal. Betapa dalamnya makna Salib itu, sehingga layaklah Tanda Salib itu melekat di batin kita, dan tidak semata kita buat di awal dan akhir doa secara tergesa-gesa.
Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Hampir setiap Minggu saya menghadiri Ekaristi di gereja karena saya selalu rindu bersatu dengan Tuhan lewat Ekaristi. Sayang rasanya melewatkan begitu saja kesempatan untuk bertemu secara istimewa dengan Tuhan Yesus dalam hosti kudus, dan setiap kali menerima hosti, saya membuka diri untuk diubah dalam segi apapun yang Tuhan kehendaki. 

Setiap kali menerima Hosti saya ingat apa yang dikatakan Yesus dalam Injil Yohanes 15 bahwa kita perlu bersatu dengan pokok anggur yang benar, yaitu Kristus.

Ekaristi menyatukan kita dengan Kristus. Penyatuan ini bukanlah sesuatu yang otomatis. Namun,  perlu dipererat dan diperdalam setiap hari hingga kita mencapai persatuan abadi kelak di Surga.

Doa setelah Komuni adalah saat intim bersama Yesus. Ada saat Yesus menghibur, meneguhkan atau membiarkan saya menangis dalam dekapan cinta-Nya. Ada juga saat saya merasa Tuhan sangat memahami dan menyayangi saya.

Saya tidak khawatir kata orang walaupun menangis dalam gereja. Tangisan meluapkan sebagian yang ada dalam jiwa saya. Ada waktunya juga kami saling berdiam dalam keheningan yang memesona seakan waktu terhenti.

Dalam tulisan ini, saya ingin membagikan pengalaman saya tentang mukjizat Ekaristi dalam hidup saya.

Ketika masih duduk di bangku kuliah, saya ikut misa bulanan yang dibuat Komunitas Mahasiswa Katolik (KMK) kampus. Dan ketika misa berlangsung, saya merasakan nyeri di bagian kepala saya sehingga ketika doa Bapa Kami saya harus duduk. Saya berharap sekali Tuhan menyembuhkan nyeri pada kepala saya. Dengan iman saya mengucapkan sungguh-sungguh: “Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh”.

Saya mengucapkan kalimat ini dengan kesungguhan hati dan kesadaran bahwa Kristus yang mau datang padaku berkuasa menyembuhkan.

Saat menyambut Komuni, saya mengimani penuh bahwa Tuhan mengalirkan kasih-Nya dan menyembuhkan saya.

Setelah itu saya mengikuti misa dan tanpa saya sadari saya dapat menyelesaikan misa tanpa terganggu oleh rasa sakit lagi.

Sepanjang sejarah Kristen, Tuhan kita telah menunjukkan kepada kita bahwa Dia benar-benar hadir sebagai Sakramen Mahakudus. Menariknya, banyak mukjizat Ekaristi telah terjadi selama masa-masa melemahnya Iman. Misalnya, banyak mukjizat Ekaristi telah terjadi sebagai akibat dari seseorang yang meragukan Kehadiran Nyata. 

Kebanyakan mukjizat Ekaristi melibatkan kejadian-kejadian di mana Hosti telah "berubah menjadi daging dan darah manusia". Tentu saja kita sebagai umat Katolik percaya bahwa Hosti yang dikonsekrasi berubah menjadi Tubuh, Darah, Jiwa, dan Keilahian Tuhan kita, dalam rupa roti dan anggur. Oleh karena itu, Yesus, melalui mukjizat-mukjizat ini, hanya menyatakan Kehadiran-Nya dengan cara yang lebih nyata.

"Lalu Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkan tanganmu dan masukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.

Memang bagi orang yang sudah percaya, mukjizat- mukjizat tidaklah penting; namun bagi orang yang memutuskan untuk tidak percaya, bahkan mukjizat yang terbesar sekalipun tidak akan pernah cukup. Jadi akhirnya terpulang pada kita masing- masing bagaimana kita menyikapinya, sebab Tuhan juga tidak pernah memaksa.

Semoga kita yang sudah percaya akan kehadiran Yesus dalam Ekaristi, dibimbing oleh Roh Kudus sehingga kita dapat semakin menghayatinya.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan. 

Salve🪷

(Ditulis oleh Vera Nainggolan, OMK Paroki Santa Maria Bunda Padangsidimpuan)

Gambar diambil dari Internet 


Jumat, 13 September 2024

PW St Yoh. Krisostomus Uskup & Pujangga Gereja

Luk 6:39-42


Setiap pagi sang istri mengkomentari kualitas cucian baju tetangga yg dijemur. Ia melihat dari jendela bahwa baju tak pernah bersih dicuci. Namun suatu waktu sang istri kaget karena ternyata sang tetangga ternyata bisa juga mencuci baju dengan bersih!!  Lantas Sang suami berkata, "Saya bangun pagi-pagi sekali hari ini dan membersihkan jendela kaca kita." Ternyata yang kotor selama ini adalah jendela kaca rumah mereka🤣 Begitulah kehidupan.  Apa yang kita lihat pada saat menilai orang lain tergantung kepada kejernihan pikiran (jendela) lewat mana kita memandangnya.

Dalam Injil hari Jumat ini, Yesus memperingatkan tentang menghakimi. Kita  cenderung melihat kesalahan orang lain tetapi tidak memperhatikan kekurangan kita sendiri. Kita cepat menuding orang lain, tetapi tidak punya keberanian dan kerendahan hati untuk menilai diri kita sendiri. kita harus menilai dengan saksama kebenaran dan kebijaksanaan kita sendiri sebelum mencoba menolong orang lain (Lukas 6:41–42).

Saudara-saudari terkasih, 

Hari ini Gereja memperingati St Yohanes Krisostomus. Ia dijuluki si mulut Emas karena memiliki talenta yang luar biasa dalam eksegese dan berkhotbah. Kiranya ini tidak muncul begitu saja. Ia menjalani penjernihan diri lewat hidup tapa yang ekstrem. Kejernihan dalam kata dan interaksi dengan sesama, akhirnya berpulang pada diri sendiri. Seperti doa yang diajarkan Kristus: “Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yg bersalah kepada kami..” 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Kamis, Pekan Biasa XXIII/B

12/09’24, Luk 6:27-38


“Satu-satunya cinta yang layak disebut CINTA adalah cinta tanpa syarat.” John Powell. Beliau menjelaskan kemudian: “Sebab, dengan cara demikianlah kita semua dicintai Tuhan, yang demi kita mengutus Putera-Nya menjadi manusia untuk mengorbankan nyawa-Nya demi kita. Dan karena kita dicipta menurut citra dan gambaran Tuhan itu, maka kita pun tidak dapat benar-benar saling mencintai selain dengan cinta tak bersyarat. 

Yesus memberi tahu kita dalam Injil: “Jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun mengasihi orang yang mengasihi mereka. Dan jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian (Lukas 6:32-33). 

Kasih terhadap musuh adalah perintah Yesus yang radikal karena mengajarkan kasih dan kemurahan hati yang tak terbatas.

Saudara-saudari terkasih.

Apakah cinta tanpa syarat, atau kemurahan hati yang tak terbatas itu nyata? Saya berani mengatakan: “Ya!!” Saya alami dan temukan itu dari orang tua saya sendiri. Cinta mereka semakin nyata ketika mereka bersentuhan dengan keterbatasan akal, materi maupun maupun kemampuan yang ada pada diri mereka. Namun mereka tetap setia  menjadi orang tuaku. Jadilah pribadi yang setia itulah cinta sejati. 

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Rabu, 11 September 2024

Pekan Biasa XIII/B

Luk 6:20-26


Pada saat kunjungan ke Indonesia, Paus Fransiskus diketahui terbang dengan pesawat komersial dan menolak fasilitas mobil mewah hingga duduk di kursi penumpang bagian depan. "Sikap Paus dalam kunjungan kenegaraan dan apostolik ke Indonesia mengajarkan secara langsung kesederhanaan dan membawa pesan kerukunan antara umat beragama, suku bangsa, ras dan golongan yang merupakan semangat persatuan," kata Ketua Umum Jaringan Kemandirian (JAMAN) Iwan Dwi Laksono dalam keterangannya, Rabu (4/9/2024).

Dalam Injil suci hari ini Yesus Kristus menegaskan pandangan banyak orang mengenai keadaan kehidupan setiap orang dewasa ini dimana kita melihat orang yang miskin menjadi sangat miskin, namun di balik kekurangan itu terdapat spiritualitas dan kesetiaan mereka yang kuat kepada Tuhan.

Saudara-saudari terkasih.

Apakah kita rela menjadi miskin untuk merasa lapar, menangis, dan dihina demi iman kita yang teguh kepada Yesus? Pertanyaan ini akan mendorong kita untuk berpikir keras karena tidak mudah untuk menjadi miskin untuk merasa dihina, menangis, dan lapar demi pemuridan kita yang teguh bersama Yesus. Namun Paus Fransiskus telah memberi teladan pada kita, bahwa itu semua bukan mustahil. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Selasa, 10 September 2024

Pekan Biasa XXIII/B

Luk 6:12-19


Pada akhirnya partai final lomba makan kerupuk dalam rangka 17 Agustusan, menyisakan 5 anak.

Beberapa menit sebelum peluit start, panitia memberi kesempatan semua finalis untuk bersiap. Maka ke lima anak berdoa. Ada seorang anak yg nampak serius kali berdoa. Dan akhirnya ia pulalah yg memenangkan perlombaan. 

Maka sang panitia berkata: “anakku sungguh kamu menang karena kamu tadi doa paling serius, apa yang kamu doakan tadi?” Sang anak menjawab dengan polos: “saya meminta agar Tuhan menguatkan saya, seandainya kalah saya tidak menangis…” 

Doa mengubah diri bukan mengubah orang lain. 🙏

Apakah doa merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari Anda? Dalam Injil hari ini, sebelum membuat keputusan yang sangat penting untuk memilih kedua belas rasul-Nya, Yesus terlebih dahulu pergi ke sebuah gunung untuk berdoa. Di sana, Ia menghabiskan malam dalam doa kepada Tuhan (Lukas 6:12).

Saudara-saudari terkasih.

Kebiasaan kita berdoa, membuat kita yang jauh dari Tuhan, kini menjadi  dekat Tuhan yang berjalan bersama kita. Sehingga berdoa itu bukan laksana sulap yang mengubah penampilan maupun materi. Tapi doa mengubah pribadi menjadi lebih siap dan dimampukan menghadapi kehidupan, bukan mengubah kehidupan demi kemauan diri. Doa adalah mukjizat di zaman modern, di mana hati yang ragu dan tidak percaya  menjadi percaya pada Tuhan. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Senin, 09 September 2024

Pekan Biasa XXIII/B

Luk 6:6-11


Pada tanggal 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, pasukan Perancis dan Italia sedang bertempur melawan pasukan Austria dalam suatu peperangan yang mengerikan. Pada hari yang sama, seorang pemuda warga negara Swiss, Henry Dunant , berada di sana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis, Napoleon III. 

Puluhan ribu tentara terluka, sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat 40.000 orang yang menjadi korban pertempuran tersebut. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat, segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong mereka. Inilah momentum yang menjadi penggagas lahirnya PMI (palang merah Internasional). Relawan PMI wajib menolong manusia yg terluka saat perang tidak memandang dari faksi manapun. 

Dalam Injil hari ini, Yesus ingin agar kita meneladani-Nya: Selalu membuat pandangan positif dalam kehidupan sesama kita, bahkan selama hari-hari suci seperti hari Sabat (dalam tradisi Yahudi). Dan janganlah kita juga pilih-pilih orang yang kita beri pertolongan.

Saudara-saudari terkasih.

Getar perasaan Henry Dunant kiranya menggelisahkan hati Yesus jauh sebelum PMI lahir. Kiranya getar rasa ini ditanamkan di dalam gaungan suara hati setiap insan, khususnya pribadi yang mengenal ajaran kasih. 

Bagi umat Kristiani adalah wajib hukumnya menolong mereka yang teraniaya. Tapi  tindakan menolong itu bisa dilakukan siapa saja. Bagi pengikut Kristus panggilan menolong yang teraniaya bukan memandang siapa si korban tapi karena kita memandang wajah Yesus yang hadir dalam setiap diri yang teraniaya. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Minggu, 08 September 2024

Pekan Biasa XIII/B

Mrk 7:31-37


Ada 3 orang pemburu ditangkap suku primitif di tengah hutan karena berburu. Raja primitif memberi mereka kesempatan hidup atau mati dengan cara mengambil sebanyak 10 buah yang harum di hutan. 

Ke-tiga pemburu dengan sigap mencari buah-buahan. Pemburu I dan II datang dengan buahnya, tapi pemburu ke III masih belum datang. 

Si pemburu I dengan bangga menyerahkan mangga harum yang besar-besar pada raja. Raja pun mengambilnya dan berkata: “bila kamu tetap diam selama dilempar dengan mangga ini kamu lolos!” Kekuatan si pemburu hanya tahan sampai mangga ke lima karena pecah di dahinya dan getahnya terkena matanya l, sehingga dia menjerit kesakitan. 

Pemburu II gembira karena dia membawa jambu air yang kecil-kecil. Tapi ketika jambu air ke-10 dilempar, dia malah tertawa dan akhirnya dieksekusi. 

Di alam kematian si pemburu I bertanya ke pemburu II: “kenapa kamu tidak bisa berdiam diri, bukankah buah jambu air yang dilempar itu tidak sakit?” Saya bukan menahan sakit tapi tertawa terbahak-bahak krn saat jambu air ke 10 dilempar, aku melihat pemburu ke tiga membawa 10 buah durian yang akan disetor pada raja primitif 😃😃😃

Dalam Injil kita mendengar, orang bisu tuli disembuhkan oleh Yesus bukan di tengah keramaian. Yesus malah membawa orang bisu tuli itu menjauh dari keramaian. Untuk bersama-Nya sendirian di tempat yang tenang dan dalam keheningan lingkungan, Yesus menyembuhkannya (Markus 7:33-35).

Saudara-saudari terkasih,

Dalam ilustrasi di atas kita menyaksikan nasib tragis pemburu ke II karena tidak bisa hening. Masalah keheningan sering muncul bukan dari luar tapi diri sendiri yang tidak mau masuk ke dalam keheningan. 

Yesus menyembuhkan si bisu tuli di tempat tenang dan hening. Artinya kita yang terlalu hiruk-pikuk dengan media sosial dan beragam kehidupan sekuler membuat kita menjadi bisu bersaksi dan tuli mendengar Sabda Tuhan. Mari mengambil waktu hening dan tenang agar kita disembuhkan oleh-Nya dari kebisuan dan ketulian iman. 

Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Sabtu, 07 September 2024

Pekan Biasa XII/B

Luk 6:1-5


Orang selalu berkata: ADA "bekas istri" & "bekas suami", tetapi TIDAK ADA "bekas anak " ataupun "bekas orangtua"...

Tapi saat pertemuan para menejer, seorang Vice President (VP) melakukan riset kecil kepada para menejer yang sudah berkeluarga saat Rapat di kantor.

Dia meminta seorang menejer maju ke depan white board untuk menulis 3 nama yang paling UTAMA dalam hidupnya. Lantas ia menulis

"ibu", "Istri" & "anak". 

Tiba-tiba sang VP berkata:"Silakan coret 2 nama dari 3 yg kamu tulis..!”

Menejer itu tertegun sementara waktu,... lalu dengan perlahan ia mengambil pilihan yang amat sulit dan mencoret nama IBU-nya! kemudian dengan sangat lambat mencoret nama: ANAK-nya..!!!

Bersamaan dengan itulah sang menejer tidak kuat lagi membendung air matanya, dan..., Ia pun " Menangis "

Setelah suasana tenang, akhirnya sang VP bertanya: “Kenapa kamu tidak memilih orang tua" yg membesarkanmu..?!? Atau "anak" yang adalah darah dagingmu..?!? kenapa kamu memilih "ISTRI??" Toh istri bisa dicari lagi khan..?!?..

Semua orang di kantor terpana menunggu jawaban dari mulut menejer itu...

Lalu sang menejer berkata lirih : " karena Istri saya ikut Rapat di sini Pak ...." 🤣🤣🤣

Dalam Injil hari ini dikisahkan, para murid sedang memetik gandum, dan beberapa orang Farisi menegur mereka karena hari itu adalah hari istirahat atau hari Sabat bagi mereka. Namun, Yesus menegur orang Farisi yang selalu kritis dengan mengutip apa yang dilakukan Daud dan para pengikutnya: Mereka memakan roti persembahan yang khusus untuk imam. Kemudian, Yesus mengakhiri teguran-Nya terhadap orang Farisi dengan mengatakan bahwa DIA berada di atas dan di atas hukum Sabat mereka.

Saudara-saudari terkasih.

Aturan yang Yesus ikuti adalah: kebutuhan dasar manusia yang wajar seperti makanan lebih diutamakan daripada hukum apa pun, bahkan hukum Sabat. Melakukan tindakan belas kasihan lebih penting daripada memenuhi adat istiadat atau tradisi. 

Pada umumnya mayoritas umat manusia sudah mampu memenuhi kebutuhan dasar yang wajar: makan-minum sudah terpenuhi. Namun sering kita tidak mampu mencukupi diri dengan apa yang ada sehingga jatuh pada jerat kebutuhan duniawi yang berakibat tak lagi punya hasrat memenuhi hukum Ilahi. 

Tuhan memberkati.

(Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Jumat, 06 September 2024
Pekan Biasa XII/B
Luk 5:33-39

HP sebenarnya adalah sarana yang membantu hidup tapi bukan tujuan hidup. Kiranya hal ini dimaknai terbalik oleh Seorang pemuda di China, Wang Shangkun (27) asal provinsi Anhui yang menjual ginjalnya hanya demi membeli produk-produk gadget buatan Apple.

Setelah sekian tahun melakukan operasi pengangkatan ginjal, dia harus rela menghabiskan waktu seumur hidup dengan berbaring di atas kasur, karena ginjalnya yang tersisa tidak berfungsi dengan baik.
(Serambinews.com Kamis, 3 Februari 2022 11:33 WIB)

Dalam Injil, Yesus ditanyai oleh para ahli Taurat dan orang Farisi, mengapa para pengikut-Nya tidak berpuasa seperti mereka dan para pengikut Yohanes Pembaptis. Jawaban sederhana Yesus adalah para murid belum bisa berpuasa karena Ia masih bersama mereka. 

Bisakah Anda memastikan kemurnian hati seseorang hanya dengan melihatnya menjalankan tradisi atau ritual seperti berpuasa? Puasa adalah baik tapi harus dipahami secara dewasa, bahwa puasa adalah sarana untuk mencapai tujuan yang lebih luhur. 

Saudara-saudari terkasih.
Kesatuan dengan Tuhan adalah tujuan hidup umat Kristiani. Kesatuan ini akan mengubah kita menjadi pribadi Kristus. Di mana Yesus lebih gampang melihat potensi kebaikan seseorang dari pada keburukan yang menjadi cap dalam pribadi. 

Inilah pesan keras yg disampaikan ketika Ia berkata di kayu salib: “Ampunilah mereka katena mereka tidak tahu apa yg mereka perbuat.” Berpuasa adalah sebuah sarana yang mau membawa kita pada tujuan hidup bersama Yesus. 
Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari vaticannews


Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!


Saya bahagia berada di sini, di Masjid terbesar di Asia, bersama Anda semua. Saya menyapa Imam Besar dan berterima kasih atas sambutannya yang disampaikan kepada saya, yang mengingatkan kita bahwa tempat ibadah dan berdoa ini juga merupakan "rumah besar untuk umat manusia", tempat setiap orang dapat masuk dan meluangkan waktu untuk diri mereka, guna menciptakan ruang bagi kerinduan akan Dia yang tak terbatas yang dibawa oleh kita masing-masing dalam hati kita, dan untuk mencari perjumpaan dengan yang ilahi dan mengalami sukacita persahabatan dengan sesama.


Saya mengenang dengan senang hati bahwa Masjid ini dirancang oleh arsitek Friedrich Silaban, seorang Kristen yang memenangkan sayembara desain. Ini membuktikan bahwa, dalam sejarah bangsa ini dan dalam budaya yang berkembang di sini, Masjid, seperti tempat ibadah lainnya, adalah ruang dialog, ruang untuk saling menghormati dan hidup bersama dengan damai di antara agama-agama dan berbagai kepekaan rohani yang berbeda.


Ini adalah sebuah anugerah besar di mana setiap hari Anda dipanggil untuk merawatnya sehingga pengalaman keagamaan Anda dapat menjadi titik rujukan bagi masyarakat yang damai dan bersaudara dan tidak pernah menjadi alasan untuk menutup diri dan berseteru.


Mengenai hal ini, haruslah disebut terowongan bawah tanah, "terowongan persahabatan" yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga. Ini adalah simbol yang bermakna, yang memperkenankan dua tempat ibadah agung tidak hanya berada "berhadapan" satu sama lain, tapi juga "terhubung" satu sama lain.


Sungguh, lorong ini memungkinkan perjumpaan, dialog, dan kemungkinan nyata untuk "menemukan dan membagikan "mistik" hidup bersama, berbaur dan bertemu ... mengambil bagian dalam gelombang yang, meskipun agak kacau, dapat menjadi pengalaman nyata persaudaraan dalam iring-iringan solidaritas, peziarahan suci" (Anjuran Apostolik Evangelii Gaudium, 87).


Saya mendorong Anda untuk melanjutkan di jalan ini sehingga kita semua, bersama-sama, masing-masing mengembangkan spiritualitasnya dan mengamalkan agamanya, dapat berjalan dalam pencarian akan Allah berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat yang terbuka, yang didasarkan atas sikap saling menghargai dan mengasihi satu sama lain, mampu melindungi diri dari kekerasan hati, fundamentalisme dan ekstremisme, yang selalu berbahaya dan tak pernah dapat dibenarkan. Ini bukan sekadar basa-basi, sesuatu yang formal, tidak!


Ini adalah jalan persahabatan bersama yang telah Anda mulai beberapa waktu lalu, didukung oleh mereka yang memiliki tanggung jawab sipil dan politik di negara ini, didorong oleh berbagai pemimpin agama, tetapi yang mungkin terjadi terutama karena watak orang Indonesia yang indah, karena keterbukaan batin Anda, karena Anda tahu bagaimana saling menawarkan sambutan, karena kemampuan Anda untuk merukunkan yang berbeda. 


Dalam perspektif ini, yang dilambangkan oleh terowongan bawah tanah, saya ingin meninggalkan Anda dua pesan untuk mendukung perjalanan menuju persatuan dan kerukunan yang telah Anda lakukan selama ini. Yang pertama adalah: selalu melihat secara mendalam, karena hanya di sanalah Anda dapat menemukan apa yang menyatukan di balik perbedaan.


Faktanya, sementara di permukaan ada ruang Masjid dan Katedral, yang didefinisikan dengan baik dan sering dikunjungi oleh umat beriman masing-masing, di bawah tanah, di sepanjang terowongan, orang-orang yang sama yang berbeda itu bertemu dan dapat mengakses dunia keagamaan yang lain.


Gambaran ini mengingatkan kita pada sesuatu yang penting: bahwa aspek-aspek agama yang terlihat ritus, praktik, dan sebagainya adalah warisan tradisional yang harus dilindungi dan dihormati; tetapi apa yang "di bawah", yang mengalir di bawah tanah, seperti halnya "terowongan persahabatan", kita dapat mengatakan akar umum dari semua kepekaan keagamaan hanya satu: pencarian perjumpaan dengan yang ilahi, dahaga akan ketidakterbatasan yang telah ditempatkan oleh Yang Maha tinggi di hati kita, pencarian akan kegembiraan yang lebih besar dan kehidupan yang lebih kuat dari kematian apa pun, yang menghidupkan perjalanan hidup kita dan mendorong kita untuk keluar dari ego kita untuk menuju Allah.


Di sini, marilah kita mengingat hal ini: memandang secara mendalam, memahami apa yang mengalir di kedalaman kehidupan kita, hasrat untuk mencapai kepenuhan yang bersemayam di kedalaman hati kita, kita menemukan bahwa kita semua adalah saudara, semua peziarah, semua dalam perjalanan menuju Allah, melampaui apa yang membedakan kita.


Undangan kedua adalah: untuk menjaga ikatan. Terowongan itu dibangun dari satu sisi ke sisi lain untuk menciptakan hubungan antara dua tempat yang berbeda dan berjauhan. Inilah yang dilakukan lorong bawah tanah: menghubungkan, yaitu menciptakan ikatan. Kadang-kadang kita berpikir bahwa perjumpaan antara agama-agama adalah soal mencari titik temu antara doktrin dan pengakuan agama yang berbeda dengan segala cara. 


Kenyataannya, pendekatan semacam itu bisa saja berakhir dengan memecah belah kita, karena doktrin dan dogma masing-masing pengalaman keagamaan berbeda. Yang benar-benar mendekatkan kita adalah menciptakan hubungan antara perbedaan-perbedaan kita, dengan menjaga agar ikatan persahabatan, perhatian, dan timbal balik tumbuh. Itu adalah hubungan di mana masing-masing pihak terbuka kepada pihak lain, di mana kita berkomitmen untuk mencari kebenaran bersama dengan belajar dari tradisi agama pihak lain; untuk saling memenuhi kebutuhan manusia dan spiritual.


Itu adalah ikatan yang memungkinkan kita untuk bekerja sama, untuk maju bersama dalam mengejar suatu tujuan, dalam membela martabat manusia, dalam memerangi kemiskinan, dalam memajukan perdamaian. Persatuan lahir dari ikatan persahabatan pribadi, dari rasa saling menghormati, dari saling mempertahankan ruang dan ide orang ang lain. Semoga Anda selalu menjaganya!! Saudara-saudari terkasih, "meneguhkan kerukunan umat beragama untuk kemanusiaan" adalah


Inspirasi yang harus kita ikuti dan yang juga menjadi judul Deklarasi Bersama yang disiapkan untuk kesempatan ini. Di dalamnya, kita bertanggung jawab menghadapi krisis serius dan terkadang dramatis yang mengancam masa depan umat manusia, khususnya perang dan konflik, yang sayangnya juga dipicu oleh eksploitasi agama, tetapi juga krisis lingkungan, yang telah menjadi hambatan bagi pertumbuhan dan kehidupan bersama masyarakat. Dan menghadapi skenario ini, penting untuk memajukan dan memperkuat nilai-nilai yang sama bagi semua tradisi agama, membantu masyarakat untuk "mengalahkan budaya kekerasan dan ketidakpedulian" (Deklarasi Bersama Istiqlal) dan untuk memajukan rekonsiliasi dan perdamaian.


Terima kasih atas perjalanan bersama yang kalian teruskan. Indonesia adalah negara besar, mosaik budaya, suku bangsa, adat istiadat, keberagaman yang sangat kaya, yang tercermin pula dalam keanekaragaman ekosistem dan lingkungan sekitarnya. Dan jika benar kalian adalah tuan rumah tambang emas terbesar di dunia, ketahuilah bahwa harta yang paling berharga adalah kemauan agar perbedaan tidak menjadi alasan untuk bertikai, tetapi diselaraskan dalam kerukunan dan rasa saling menghormati. Jangan sia-siakan anugerah ini!


Jangan pernah memiskinkan diri kalian dari kekayaan yang besar ini, sebaliknya, kembangkan dan wariskan terutama kepada kaum muda. Semoga tidak ada seorang pun yang terjerumus dalam pesona fundamentalisme dan kekerasan, semoga semua orang justru terpesona oleh impian sebuah masyarakat dan kemanusiaan yang bebas, bersaudara, dan damai! Terima kasih atas senyum ramah Anda, yang selalu terpancar di wajah Anda dan merupakan tanda kecantikan dan keterbukaan batin Anda. Semoga Allah melestarikan anugerah ini. Dengan pertolongan dan berkat-Nya, maju terus, Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Terima kasih!


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sebut "Bhinneka Tunggal Ika", Ini Pidato Lengkap Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal".

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget