Februari 2025

 

Ket foto: Pendidikan musik bagi murid SDK St Lusia di wilayah Paroki Pinangsori


Rabu, 12 Februari 2025

Minggu Biasa V

Markus 7: 24 - 30


Seorang laki-laki berkesempatan “berbicara” dengan Tuhan. "Tuhan, Seberapa lamakah sejuta tahun itu?" Tuhan menjawab: "BagiKu hanya semenit." Kemudian Laki-laki itu bertanya: "Tuhan, seberapa besarkah sejuta dolar itu?" Tuhan menjawab, "BagiKu hanya satu sen." Lantas Laki-laki itu bertanya, "Tuhan, bolehkah aku meminta satu sen?" Tuhan menjawab, "Tentu! Tunggu semenit lagi.

Injil hari ini, menekankan internalisasi dalam setiap pribadi. Yesus berkata: “Tidak ada sesuatu pun di luar manusia yang masuk ke dalam dirinya dapat menajiskannya. Tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang membuatnya najis."

Saudara-saudari terkasih, 

Hati adalah titik awal dan akhir yang membuat pilihan kita menjadi kenyataan. Dari hati, muncullah pikiran-pikiran yang mengganggu, keraguan dan kecurigaan, rasa iri dan cemburu. Dari hati lah mimpi buruk muncul. Di dalam hatilah aku dapat menemukan kebenaran keberadaanku.

Jika memang demikian, sebagaimana yang saya yakini, mengapa saya kurang memberi perhatian pada pendidikan hati?. Mari mendidik hati dengan mengikuti suara hati. Lakukan yang benar; hindari yang jahat. Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh RM. Adytia Peranginangin OCarm. Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil, Pinangsori)


 

Ket Foto: “kasih bapak pada anak”Saat kunjungan pastoral di rumah umat, stasi Sihapas 2

Selasa, 11 Februari 2025

Minggu V

Markus 7: 1 - 13

Sang ibu kaget ketika tahu anak gadisnya punya pacar yang ateis! Ibu berkata: “anakku bila dia memang pilihanmu, lakukanlah!! tapi kamu harus jadikan di Katolik dulu!!” Benar si gadis berjuang mati-matian “meng-Katolik-kan” sang pacar. Ketika mendekati hari “H” pernikahan sang gadis menangis karena sang pacar memutusnya. Bukan karena dia tak mau jadi Katolik. Malahan sang pacar memilih menjadi pastor Katolik.

Firman Allah hari ini, melawan kontaminasi duniawi atau formalisme legalistik. Kisah ini dibuka dengan keberatan yang disampaikan para  ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus, yang menuduh murid-murid-Nya tidak mengikuti aturan ritual menurut tradisi.  Yesus menjawab: “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, tetapi hatinya jauh dari Aku”. 

Saudara-saudari terkasih, Reaksi Yesus keras karena taruhannya besar, yakni: kebenaran hubungan antara manusia dan Tuhan adalah keaslian kehidupan beragama. Saat ini Tuhan mengundang kita untuk mengenali, terus menerus, apa yang menjadi pusat sejati pengalaman iman, yakni kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama, dan memurnikannya dari kemunafikan legalisme dan ritualisme. Tuhan memberkati. (Ditulis oleh RM. Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil, Pinangsori)

 





Ketaatan merupakan suatu konsep yang penting dalam kehidupan manusia. Baik dalam lingkup agama, moral, maupun hukum, ketaatan menjadi landasan yang membentuk karakter seseorang. 

Ketaatan merupakan sikap patuh dan tunduk terhadap aturan, perintah, atau nilai-nilai yang berlaku. Ketaatan bisa berasal dari berbagai sumber, mulai dari agama, hukum, tradisi, tata tertib, dan lain sebagainya. Dalam banyak konteks, ketaatan dianggap sebagai suatu bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap otoritas atau nilai yang dijunjung tinggi.

Ketaatan juga mencakup aspek kepatuhan yang bersifat sukarela, bukan hanya dipaksakan oleh paksaan eksternal. Seorang yang patuh dan tunduk terhadap suatu aturan atau nilai karena meyakini kebenaran dan kebaikan dari aturan tersebut merupakan contoh ketaatan yang sesungguhnya.

Ketaatan memiliki peranan penting dalam membentuk tatanan sosial yang baik dan stabil. Tanpa ketaatan, mungkin sulit bagi suatu masyarakat untuk mencapai tujuan bersama atau menjaga ketertiban. Dalam berbagai literatur agama, ketaatan juga dianggap sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencapai kebahagiaan abadi.

Selain itu, ketaatan juga berkaitan erat dengan disiplin. Dengan memiliki sikap disiplin, seseorang cenderung lebih mampu untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, ketaatan menjadi kunci utama dalam menciptakan individu yang mampu bertanggung jawab dan berhasil dalam berbagai aspek kehidupan.

Bagaimana Meningkatkan Ketaatan?

Berikut adalah beberapa cara untuk meningkatkan ketaatan:

1. Mengetahui Nilai dan Aturan yang Berlaku

Langkah pertama dalam meningkatkan ketaatan adalah dengan benar-benar memahami nilai-nilai atau aturan yang berlaku. Dalam konteks agama misalnya, memahami ajaran-ajaran suci merupakan langkah awal dalam menerapkan ketaatan yang sesungguhnya.

2. Membangun Kebiasaan Positif

Kebiasaan yang baik akan membentuk karakter yang patuh dan disiplin. Mulailah dengan langkah-langkah kecil, seperti menjaga keteraturan dalam waktu tidur, atau menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Dengan konsistensi, kebiasaan baik ini akan menjadi bagian dari diri dan membentuk pribadi yang lebih patuh.

3. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan sosial juga memegang peranan penting dalam membentuk ketaatan seseorang. Bergaul dengan orang-orang yang memiliki nilai dan sikap yang sama akan membantu seseorang untuk tetap patuh dan disiplin. Sebaliknya, lingkungan yang negatif cenderung menghambat perkembangan ketaatan seseorang.

4. Melakukan Refleksi Diri

Melakukan introspeksi terhadap diri sendiri akan membantu seseorang untuk memahami kelemahan dan kekuatan dalam menjalankan ketaatan. Dengan melihat kembali perbuatan dan sikap yang telah dilakukan, seseorang dapat belajar untuk menjadi lebih baik dalam bersikap patuh dan tunduk.

5. Mencari Dukungan dan Bimbingan

Tak ada salahnya untuk meminta bantuan dari orang-orang terdekat atau mencari bimbingan dari figur otoritatif. Dukungan dan arahan dari orang lain dapat menjadi pendorong dalam melangkah menuju ketaatan yang lebih baik.

6. Berpikir Jangka Panjang

Ketaatan akan terasa lebih berarti jika seseorang mampu melihat manfaat jangka panjang dari sikap patuh dan disiplin. Memiliki visi yang jelas tentang tujuan akhir dari ketaatan akan membantu seseorang untuk tetap teguh dalam menjalankannya.

Kesimpulan

Dalam kehidupan sehari-hari, ketaatan memiliki peranan yang sangat penting. Dengan menjadi pribadi yang patuh dan disiplin, seseorang mampu menciptakan lingkungan yang lebih baik, mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, dan mendekatkan diri kepada nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Dengan langkah-langkah sederhana, setiap individu dapat meningkatkan ketaatan dalam tindakan dan sikapnya, menuju keberhasilan dan kebahagiaan yang lebih besar. Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat dalam mengembangkan ketaatan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Ket Foto: ibu Menggendong anaknya saat perayaan liturgi di rumah umat. 


Senin, 10 Februari 2025

PW Sta. Skolastika 

Markus 6: 53 - 56


Saat penyidikan kanonik, kerap saya bertanya pada calon penganten, khususnya calon ibu. “Bagaimanakah cara anda mendiamkan anak yang menangis?” Ada dua pilihan: memberikan HP atau memberikan waktu dengan menyentuh dan memeluk si anak?. SELURUH calon ibu menjawab: “menyentuh dan memeluk si anak!!” Bagaimana realisasinya? waktu yang menjawab. Tak bisa dipungkiri, ada banyak anak saat ini lebih mudah diam dan ditenangkan hanya dengan HP atau gadget dari pada sentuhan dan pelukan mamanya…” buktikan bahwa saya salah.

Dalam Injil hari ini dikisahkan, setelah Yesus dan para rasul menyeberang ke darat, tibalah mereka di Genesaret. Ketika mereka keluar dari perahu, orang-orang segera mengenali-Nya. Maka berlarilah mereka dari seluruh daerah itu dan mulai membawa orang-orang sakit ke mana pun Dia berada. “Agar bisa menjamah jumbai jubahnya saja”

Saudara-saudari terkasih, Banyak orang disembuhkan karena menyentuh Yesus. Paus Fransiskus (saat di Katedral Jakarta 4/9’24) mengatakan: “Bahwa menyentuh tangan orang miskin merupakan bagian dari pengembangan jaringan kasih yang luas dan besar.” Kiranya pesan ini menggerakkan umat Katolik untuk tidak hanya memberi, tetapi juga menyentuh langsung hati kaum miskin. Sentuhan pertama Anda setiap hari menentukan kualitas hidup Anda. Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh RM. Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil, Pinangsori)

ket Foto: menghayati misi ke stasi pedalaman,
Gereja stasi Simarlelan Gunung tersendiri di pepohonan. 
 


“Kaya itu bukan ketika engkau bisa membeli dunia dan segala isinya, TETAPI ketika dunia dan segala isinya tidak bisa membelimu.” Dan pada akhirnya jati diri kita yang sesungguhnya bukan dikenang dari apa yang kita miliki, tetapi apa yang kita hayati selama hidup di dunia. Ada banyak pribadi yang sdh memiliki kemudian meninggalkannya…

Injil hari ini berkisah

Tentang Petrus  sang nelayan putusasa (karena tiada hasil tangkapan ikan), yg kaget bukan kepalang ketika Yesus memerintahnya menebar jala dengan hasil luar biasa.  Maka ia tersungkur di depan Yesus dan berseru: “Tuhan, tinggalkanlaha aku, karena aku ini orang berdosa”. Tetapi seruan Petrus dijawab Yesus: “Jangan takut! Mulai sekarang engkau akan menjala manusia”! 


Saudara-saudari terkasih, Penangkap “ikan” alkitabiah bertujuan melayani ikan-ikannya, bukan merendahkan apalagi memanipulasinya. Seperti gembala yang justru berkorban demi dombanya, bahkan mengorbankan hidupnya. Manusia “ditangkap”, “dijala”, bukan karena kesalahan atau kejahatannya, melainkan justru untuk diselamatkan! Inilah misi kita: mau dilayani untuk kemudian melayani. Dan misi adalah sebuah Perintah bukan Pilihan. 

Tuhan memberkati😇

Rm Adytia OCarm 🙏

Sabtu, 8 Februari 2025
PB III/C 
Markus 6: 30 - 34 

“JANGAN MATI-MATIAN, MENGEJAR APA YANG TIDAK DIBAWA MATI”. Sebuah tulisan di bak belakang truk saat melintas di jalan raya. Tulisan ini kiranya menjadi seruan kenabian di tengah kepadatan jalan raya, kesibukan dunia, yang sering menjebak kita masuk dalam lingkaran spiral yang tak berujung kesibukan yang justru mengasingkan kita dari tujuan hidup sebenarnya. 

Injil hari ini mengisahkan para rasul, setelah misi pertama, kembali kepada Yesus, dan Ia ingin memberikan sedikit kelegaan kepada mereka dengan berkata, “Marilah kita menyendiri ke tempat yang sepi dan beristirahat sejenak”. 

Saudara-saudari terkasih, seruan yang sama juga berlaku bagi kita di zaman ini. Paus Fransiskus, menegaskan: “Kita tidak hanya butuh istirahat fisik, tetapi juga istirahat hati. Istirahat itu tidak semata-mata berarti melepaskan diri dari kesibukan. Kita butuh sebuah ekologi hati, yang terdiri dari istirahat, kontemplasi dan belas kasihan.” 

Kiranya belaskasih adalah buah dari pribadi yang seimbang antara aksi & kontemplasi. Tuhan memberkati. (Ditulis oleh Rm. Adytia OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil, Pinangsori).



Ket Foto: Bayangan-bayang pribadi di halaman pastoran Pinangsori


Jumat, 7 Februari 2025

PB III/C

Markus 6: 14 - 29

Kami punya seorang anak yang tinggal di pastoran. Pernah ia ketakutan, tapi anehnya ia malah keluar  dari kamar dan tidur di luar. Rupanya rasa takut itu di dalam hati sehingga ia tidak bisa bersembunyi di kamar malah  keluar kamar. Apakah Anda selalu memastikan bahwa Anda selalu berbuat baik agar hati nurani Anda bersih?. Rasa bersalah adalah musuh terburuk yang pernah kita miliki karena kita tidak melihatnya, namun terus membayangi kita.

Dalam Injil hari ini: “Ketika Raja Herodes mendengar tentang Yesus, dia mengira bahwa Yohanes Pembaptis telah bangkit dari kematian.” Mengapa dia “dihantui” oleh Yohanes Pembaptis?. Karena dialah yang bertanggung jawab atas kematian Yohanes Pembaptis karena keputusan  tidak adil yang dia lakukan terhadapnya, hingga bayang-bayang Yohanes Pembaptis selalu mengganggunya.  

Saudara-saudari terkasih, 

Suara Tuhan ada di hati, Ia selalu mengatakan: “Lakukan yang benar, hindari yang jahat”. Kesalahan yang kita lakukan meskipun tiada yang mengetahuinya menggantung di leher kita seperti kuk yang diikat di leher hewan penarik beban. Hidup Kita akan selalu dibayang-bayangi rasa bersalah, cemas dan hanya akan hilang dengan menerima sakramen tobat dan melakukan tindakan positif untuk menyembuhkannya. Tuhan memberkati

(Ditulis oleh RM. Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil - Pinangsori)


Ket Foto: Air telaga penyejuk di tengah Tourne ke stasi pegunungan

Seorang pemuda datang pada guru spiritual untuk menghilangkan sumber kecewa hati. Sang guru mengambil segenggam garam dan mengaduknya ke dalam gelas. “Bagaimana rasanya?” tanya sang guru saat si pemuda mencicipinya. “Asin bangettt !!!” Teriak si pemuda sambil membuang sisa air garam di mulutnya. Lalu guru mengambil segenggam garam dan mengaduknya di sungai. “Bagaimana rasanya?” tanya sang guru saat si pemuda mencicipi air telaga. “Segar bangettt !!!” Teriak si pemuda. 

Jumlah garam yg dicampur sama tetapi wadahnya berbeda: Gelas dan sungai. Inilah yang menentukan kadar rasanya.  “Hatimu adalah wadah. Jadi, jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran juga kebahagiaan,"

Hari ini Injil Markus menceritakan kisah Yesus "mengutus murid-murid-Nya untuk menyembuhkan." Yesus sendiri "datang ke dunia untuk menyembuhkan, akar dosa di dalam diri kita". Gerakan ini membawa kita pada ajaran-Nya, dengan doktrin yang menyembuhkan."

Saudara-saudari terkasih, 

Kita semua perlu disembuhkan, karena kita semua memiliki “penyakit rohani"; tetapi kitapun memiliki kemungkinan untuk menyembuhkan orang lain. Lewat sikap:  Lembut & rendah hati, melawan dosa & godaan iblis, untuk terus maju dalam misi penyembuhan. Maka kita semua dapat berkata: “Saya menyembuhkan orang lain dan saya membiarkan diri saya disembuhkan oleh orang lain”. Paus Fransiskus menyimpulkan, "inilah komunitas Kristen."

Tuhan memberkati

(Ditulis oleh RM. Aditya Peranginangin pastor Paroki St. Yohanes Penginjil, Pinangsori)

 


Ket Foto: Suster naik perahu di Danau Siais ..”butuh kepercayaan selama di atas perahu” 

Rabu, 5 Februari 2025 

PW Sta. Agatha Martir 

Markus 6: 1 - 6


Seorang Pemuda kaget karena seorang nenek tiba-tiba menyeberang jalan nyaris tertabrak, lantas berteriak: “Nenek bodoh, nyaris kutabrak kamu!!”. Sang nenek tak kalah jengkelnya teriak: “Dasar pemuda bodoh nabrak nenek-nenek saja tidak bisa”. Pada akhirnya semua kembali pada paradigma masing-masing. 

Injil yang kita baca dalam liturgi hari ini (Mrk. 6:1-6) menceritakan kepada kita tentang ketidakpercayaan orang-orang desa tempat Yesus tinggal. Ini adalah “skandal” inkarnasi: peristiwa yang membingungkan dari Tuhan yang menjadi manusia!. Berpikir dengan pikiran manusia, bekerja dan bertindak dengan tangan manusia, mengasihi dengan hati manusia. Anak Allah menjungkirbalikkan setiap pola manusia: bukan para murid, namun Tuhanlah yang membasuh kaki para murid (lihat Yohanes 13:1-20). 

Saudara-saudari terkasih, 

Banyak orang yang dibaptis hidup seolah-olah Kristus tidak ada: gerak tubuh dan tanda-tanda iman diulangi, namun tidak sesuai dengan keyakinannya. Setiap umat Kristiani kita semua dipanggil untuk memperdalam keyakinan mendasar ini, melalui kesaksian dalam perilaku hidup yang selaras, yang benang merahnya selalu berupa kasih.

Tuhan memberkati. 

(Ditulis oleh RM. Aditya Peranginangin, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil, Pinangsori).

 


Ket Foto: Pelayanan rutin ke stasi memperkaya pengalaman pastoral

Senin, 3 Februari 2025 

PB IV/C 

Markus 5: 1 - 20 


Seorang bapa hendak memberi arloji pada anaknya. Tetapi arlojinya hanya satu sementara anaknya ada 3 orang. Maka sang bapa mengundi anaknya, dengan cara ia akan menyembunyikan arloji di gudang. Anak pertama memakai senter mencari tiap sudut, gagal!. Anak ke dua tak mau kalah ia membongkar semua barang di gudang, tetap gagal. Anak ketiga, berhasil!. Apa resepnya?. Ternyata ia cukup duduk berdiam diri dalam hening, hingga mendengar detik-detik arloji yang menghantarnya pada jam tersebut. “Pengalaman pribadi menuntun kita pada kebenaran.”

Dalam Injil hari ini dikisahkan, setelah Yesus mengusir setan dari seseorang, ia berkata: “ Pulanglah kepada keluargamu dan ceritakan kepada mereka apa yang telah Tuhan lakukan untukmu dan bagaimana Ia telah berbelas kasihan kepadamu .”

Saudara-saudari terkasih, Untuk memberitakan Injil, tidak ada gunanya menjadi baik dan benar, artinya  untuk memberitakan Injil, seseorang harus memiliki pengalaman pribadi akan Yesus. Mengawali hari dengan menyebut nama Yesus dalam doa adalah langkah awal untuk mengalami Yesus dalam hidup pribadi. Sudahkah Anda berdoa hari ini?

Tuhan memberkati.

 (Ditulis oleh RM. Adytia Petanginangin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil - Pinangsori)

 

Ket Foto: Pesta Tahbisan 4 imam baru di keuskupan Sibolga oleh Mgr Fransiskus Sinaga “Persembahan Terbaik” (Sarudik, 31/1’25)



Setiap Sabtu di Pinangsori adalah hari Pekan. Di mana interaksi jual beli kebutuhan sandang-pangan dilakukan. Seorang ibu membawa anaknya ke pekan ini, si anak tampak sangat tertarik dengan Jambu Air yg besar dan merah rupanya. Melihat itu  si ibu menyuruh anak untuk membeli jambu itu baginya. Sesampai di rumah si ibu mencobai apakah anaknya pribadi yang egois atau mau berbagi?

 Ibu: “nak, bisakah ibu minta satu jambu yang kamu beli untuk ibu?” Si anak langsung menggigit ke-dua buah jambu yang dia beli tadi. Si ibu langsung sedih melihat tingkah anaknya seperti itu 🤢 namun beberapa saat kemudian si anak berkata: “ini jambu yang terbaik saya berikan pada ibu, sudah saya coba sendiri pasti ibu tidak kecewa.” Si ibu langsung merona wajahnya melihat kasih anaknya yang nyata “mempersembahkan yang terbaik buat ibunya.”



Hari ini kita merayakan pesta Yesus dipersembahkan di Bait Allah: oleh Perawan Maria dan St. Joseph. Tanggal ini juga menandai Hari Kehidupan Sedunia yang disucikan, mengingatkan kita akan harta karun yang besar di Gereja dari mereka yang mengikuti Tuhan dengan dekat

mengakui nasihat-nasihat penginjilan Injil (lLuk 2:22-40) 


Saudara-saudari terkasih, kiranya memberikan persembahan yang terbaik bukanlah sekadar formalitas tetapi mengalir dari keyakinan iman terdalam. Yusuf dan Maria melestarikan tradisi ini. Persembahan apa yang sudah kita berikan pada keluarga kita? Komunitas kita? Hidup menggereja dan sosial kita? Apa yang kita kumpul di dunia pasti akan ditinggal, tetapi apa yang kita berikan di dunia ini.. itulah yang tinggal selamanya bagi Anda. “Budi baik yang kita lakukan adalah sebuah doa yg abadi”

Tuhan memberkati😇

Rm Adytia OCarm 🙏


Ket Foto: suster dituntun menyeberangi lereng terjal bukit, saat Tourne ke stasi pedalaman 

Sabtu, 1 Pebruari 2025 
PB III/C
Markus 4: 35 - 41 

Prof Salim Said (Universitas Pertahanan Indonesia), dalam siaran ILC, mengatakan: “Negara yang maju adalah negara yang punya rasa takut (yang menyadarkan): Taiwan takut sama China daratan, Korea selatan takut sama Korea Utara, Singapore takut karena warganya mayoritas Tionghoa di tengah lautan Melayu, Israel takut karena berada di tengah lautan Arab! Rasa takut ini menyadarkan mereka untuk KUAT. Bagaimana Indonesia? Tuhanpun tidak DITAKUTI, sehingga ADA pejabat yang disumpah atas nama Tuhan melanggar sumpahnya! Akibatnya negara sulit maju dan berkembang. KENAPA? Karena rasa takut akan tuntutan dunia membuatnya kehilangan rasa takut akan Tuhan. 

Injil hari ini sangat menarik, karena Para murid ketakutan di tengah badai lautan, maka mereka membangunkan Yesus. Seandainya mereka tidak takut, Mungkin kisah ini akan berlalu begitu saja? Tapi mengapa justru Tuhan menegur mereka yang ketakutan? Kiranya Yesus menegur para murid yang takut akan badai sehingga mereka MELUPAKAN Tuhan!. 

Saudara-saudari terkasih. Ada banyak hal yang bisa membuat kita takut di dunia yang serba terbatas ruang dan waktu ini. Tapi janganlah rasa takut itu melebihi takutnya kita pada Kuasa Tuhan yang melampaui ruang dan waktu. Manusia justru sering JATUH ketika dia tidak memiliki rasa takut akan Tuhan. Raja Salomo dalam kitab Amsal mengatakan bahwa takut akan Tuhan merupakan permulaan pengetahuan, namun orang yang kurang pandai menghina hikmat dan didikan (Ams. 1:7). Tuhan memberkati.
(Ditulis oleh RM. Aditya Peranginangin, OCarm pastor Paroki Yohanes Penginjil, Pinangsori)

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget