Agustus 2024

Gambar diambil dari Internet 


Sabtu, 31 Agustus 2024

Pekan Biasa XXI/B

Mat. 25:14-30.


Suatu hari Malaikat pencabut nyawa kepergok seorang musafir di luar kota. Sang Musafir yg mengenal malaikat pencabut nyawa berteriak: “WAHAI… Malaikat Pencabut Nyawa!! Ada apa gerangan!!!” Sang malaikat menjawab santai.. “saya hendak masuk kota dan mencabut Lima nyawa.”

Mengetahui misi malaikat maut itu, sang musafir mempercepat langkahnya ke dalam kota dan segera memberitakan perihal kedatangan malaikat pencabut nyawa ke semua orang yang ia jumpai di kota. 

Esoknya ditemukan 500 orang mati!!! 

Menyadari situasi ini sang musafir galau dan menemui malaikat maut mempertanyakan lonjakan kematian yang tak sesuai dengan apa yang dikatakannya kemarin. Sang malaikat santai menjawab: “saya memang hanya mau ambil Lima nyawa , tetapi yang 495 orang mati karena ketakutan.” 😯🤣😎

Kekurangan hamba yang ketiga dalam Injil yang kita dengar hari ini adalah ia menyimpan sendiri apa yang diberikan Tuhannya kepadanya. Dia bisa saja menginvestasikannya, dia bisa melakukan sesuatu untuk membuatnya tumbuh tapi dia tidak pernah melakukannya karena rasa TAKUT terhadap Tuhannya. 

Jika kita membiarkan rasa takut menguasai kita, hal itu pada akhirnya akan melumpuhkan kita dan menghalangi kita menjadi anak-anak Allah yang berbuah.

Saudara-saudari terkasih.

Masing-masing kita diberikan talenta oleh Tuhan sesuai dengan kemampuan kita. Mari kita manfaatkan talenta yang telah Dia berikan kepada kita sebaik-baiknya dengan sukacita dan demi  kemuliaan-Nya yang lebih besar. 

Janganlah kita berkecil hati apalagi TAKUT dengan keterbatasan kita, karena Tuhan selalu ada membimbing dan menolong kita. Sebab melakukan aktivitas dongan sukacita akan menumbuh-kembangkan aktivitas menjadi bukan sekedar aktivitas terapi menjadi bagian dari hidup kita.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Jumat, 30 Agustus 2024

Pekan Biasa XXI/B 

Mat 25:1-13.


Ada seorang pegawai yang dijauhi oleh teman sekantornya krn sifat malasnya yang suka menunda-nunda.... Mulai dari menunda janji sampai yang paling pahit menunda membayar hutang. 

Suatu hari, karena semua orang mengucilkannya, dia berkata: “AKU mau BERTOBAT dan memulai hidup baru MENGHILANGKAN SIFAT MENUNDA!” Maka temannya memberikan buku tips menghilangkan sifat menunda. Langsung ia terima buku itu dan berkata:" Terima kasih kawan, saya ambil buku ini nanti kalau sudah ada waktu saya baca ya?"....😭😭😭 (kembali lagi dia menunda padahal sudah dapat buku gratis 🤢)

Dalam Injil, kita membaca tentang sepuluh gadis, lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Mereka yang bijaksana datang dengan membawa sebotol minyak tambahan. Agar pelita mereka tetap menyala jika mempelai laki-laki datang terlambat.   Dan benar saja, mempelai laki-laki datang terlambat ke pesta pernikahan. 

Namun kelima gadis bijaksana itu tidak mengalami masalah karena mereka mempunyai sebotol minyak tambahan untuk pelita mereka.   Oleh karena itu, kelima gadis bijak tersebut diperkenankan masuk ke pesta pernikahan untuk menyaksikan upacara tersebut. 

Apa yang terjadi dengan lima orang lainnya yang bodoh? Mereka tidak diizinkan masuk oleh mempelai laki-laki. Mengapa? Karena mereka tidak siap. 

Saudara-saudari terkasih, 

Salah satu dari tujuh dosa pokok adalah KEMALASAN. Kemalasan dalam wujud penundaan, nampaknya remeh tapi berdampak fatal. kita yang terus-menerus dengan dosa menunda, membuat kita tidak siap menyambut kedatangan Tuhan. Bagaimana mengantisipasi sifat menunda dalam hidup kita? Mungkin nasehat seorang tokoh dunia berikut bisa membantu kita: “saya selalu menyelesaikan setiap kegiatan harian saya, karena saya senantiasa mengandaikan besok saya akan dipanggil Tuhan.”  

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari wikipedia.com


Saudara-saudari terkasih. Mengenang wafatnya St. Yohanes Pembaptis, saya teringat dengan komentar seorang umat (Bapak) terhadap khotbah kritis saya terhadap sikap politik umat yang menurutku terlalu gelap mata terhadap kebenaran dan terbelenggu oleh kepentingan pribadi sesaat yang sarat dengan kenyamanan semu dan politik uang.

Si umat berkata, “Lain kali tak usah berkhotbah demikian Pastor!” Saya jawab, “Kamu terganggu dengan khotbahku? Bagus itu! Dan saya akan tetap menyuarakan kebenaran sampai kamu sadar akan pentingnya nilai menyuarakan kebenaran!” Sang bapak akhirnya diam.

Tak lama berselang, beberapa umat berkata, “Khotbah Pastor tadi sangat bagus! Menggugah sampai ke ubun-ubun! Tapi, apa boleh buat, kami sudah terjerat oleh pelbagai kepentingan!” Begitulah umat sangat beragam menanggapi khotbah yang sama. Namun, kiranya jelas bahwa suara kenabian tentang kebenaran mesti terus dan konsisten dilambungkan, sekalipun terkadang harus mengalami penolakan.

St. Yohanes Pembaptis, perintis jalan Tuhan Yesus, wafat karena dia lantang menyuarakan kebenaran dengan mengkritisi perilaku Herodes yang memperistri Herodias istri saudaranya dengan cara yang kasar, yakni membunuh saudaranya. Yohanes tidak tahan untuk tidak bersuara atas perilaku bejat itu. Akhirnya, keberanian Yohanes yang lantang itu menghantarnya kepada kematian.

Sesungguhnya, Herodes sadar bahwa dia bersalah dan Yohanes benar. Namun, karena terbelenggu oleh harga diri semu dan janji untuk menyenangkan puteri Herodias, Herodes pun membunuh Yohanes, dan menyerahkan kepala Yohanes Pembaptis kepada puteri Herodias, sesuai dengan pesanan Herodias.

Tentu, sekalipun kematian Yohanes Pembaptis sangat ngeri dan menakutkan, suara kebenaran yang dikobarkannya tidak akan mati, bahkan terus mengumandang hingga kini. Suara kenabian nan lantang Yohanes Pembaptis menjadi referensi bagi banyak orang, khususnya bagi kita kaum Kristiani untuk tetap berpegang teguh dan berani mengumandangkan kebenaran.

Sikap seperti yang dimiliki Yohanes Pembaptis juga telah ada pada Nabi Yeremia, seperti terdapat dalam bacaan pertama. Nabi Yeremia berani bersuara lantang menyampaikan pesan dan kehendak Tuhan kepada pemimpin dan umat Israel yang menjauh dari Tuhan.

Sesungguhnya Nabi Yeremia sempat gentar, karena menghadapi ancaman kematian. Namun, berkat peneguhan dari Tuhan, Yeremia menjadi berani dan konsisten menyuarakan kebenaran dan pertobatan. Dia tidak takut mati dan ditolak oleh pemimpin Israel. Dia hanya takut dan percaya kepada Tuhan, serta hormat terhadap kebenaran.

Sikap seperti dimiliki oleh Nabi Yeremia dan Yohanes Pembaptis hendaknya dimiliki oleh setiap orang Kristen, yakni berani dan konsisten menyuarakan kebenaran, sekalipun menghadapi ancaman dan intimidasi. Tentang ini, saya masih teringat dengan Romo Magnis Suseno, di kala menyongsong PEMILU 2024. Api keberaniannya menyala, dan menjadi model bagi kita, agar kita juga terus berpegang pada kebenaran.

Tuhan memberkati! Pace e bene!

Gambar diambil dari Internet 


Berbuat dosa karena tidak berbuat apa-apa

Kamis, 29 Agustus 2024

PW Wafat St Yohanes Pembaptis 

Mrk 6:17-29.


Pontius Pilatus mencoba bertanya kepada orang banyak tentang kejahatan apa yang telah dilakukan Yesus, namun mereka berteriak, “Salibkan Dia!” Terakhir, Pilatus mencuci tangannya di depan umum untuk menunjukkan bahwa kematian Yesus bukanlah tanggung jawabnya. 

Ritus mencuci tangan di depan umum adalah sebuah rasionalisasi Pontius Pilatus, tapi secara internalisasi dia tak mampu membendung rasa bersalah di hatinya. Kiranya perbuatan dosa bukan hanya karena melakukan sesuatu, tapi tidak berbuat apa-apapun bisa jadi dosa nyata!

Hari ini Gereja memperingati “kemartiran” Yohanes Pembaptis. Dari manakah datangnya keberanian Yohanes Pembaptis? Keberaniannya berasal dari Tuhan, dia mendapatkan kekuatan dari Tuhan. Allah lah yang mengobarkan motivasi Yohanes untuk mencela perbuatan amoral Herodes dan Herodias. Yohanes Pembaptis tidak mau meredam suara hati dalam pembungkaman lewat sikapnya terhadap raja Herodes. 

Saudara-saudari terkasih.

Ketika dihadapkan pada dilema yang sama, bisakah kita tetap teguh dan menatap langsung ke mata orang-orang yang korup dan tidak beretika? Di saat ini, di Indonesia kita bisa memahami sikap para mahasiswa/i dan seluruh pribadi di lebih 40 kota yang meluapkan sikapnya lewat demonstrasi. 

Sikap cuci tangan penguasa lewat penyangkalan, pengubahan aturan, etika politik diabaikan membuat suara hening menggema. Sebagai umat beriman kita pun diundang untuk proaktif berbuat dalam hidup panggilan kita, krn dosa nyata itu bukan hanya dalam perbuatan, tapi tidak berbuat apa-apa bisa menjadi dosa nyata dalam hidup kita. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Rabu, 28 Agustus 2024, 

PW St. Agustinus Uskup dan Pujangga Gereja

2 Tes 3:6-10.16-18

Mat 23:27-32


Saudara-saudari terkasih, perikop Injil hari ini merupakan lanjutan khotbah Yesus bernada celaan terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena kemunafikan mereka. 


Kali ini Yesus mencela mereka karena di luar tampak bersih dan putih serta indah, sementara hati mereka penuh dengan kebusukan, seperti iri hati, dengki, tidak tulus dan tidak jujur. Mereka diibaratkan oleh Yesus seperti kuburan yang dipermak putih bersih serta rapi di luar, namun penuh dengan tulang-belulang dan bangkai yang busuk di dalam. 


Celaan Yesus ini sangat tajam. Dan semua itu disampaikan oleh Yesus karena memang orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat sezaman-Nya kerap berlaku munafik, yakni di permukaan menyanjung Yesus atas segala wibawaNya dalam hal mengajar dan kuasaNya mengadakan mukjizat, tetapi berusaha untuk menjatuhkan Yesus karena iri hati dan kedengkian. Sesungguhnya mereka ingin melenyapkan Yesus, sebab menganggapNya sebagai saingan berat karena menjadi penafsir Taurat alternatif, sekaligus mengagumkan dan otoritatif.


Lewat celaan terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, Yesus mengajak kita untuk menghindari segala bentuk kemunafikan atau kepura-puraan, terutama dalam bentuk pujian palsu dan semu terhadap sesama. Sangat tidak baik bahwa kita memuji orang saat berhadapan muka, tetapi membicarakan kekurangannya saat berada di belakangnya. Apalagi kalau sempat mencari aneka cara untuk menjatuhkannya. Ini lebih ngeri. 


Sangat indah dan baik kalau kita berbicara terus terang, dan saling mendukung dalam kebaikan, serta bersedia dalam memberi serta menerima koreksi. Perilaku jujur dan terbuka, bersih luar dalam, akan membuat kita berkembang, dan layak menikmati Kerajaan Allah.


Dalam bacaan pertama, sikap transparan ditunjukkan oleh Rasul Paulus lewat kesaksiannya perihal karya kerasulannya. Ia sangat aktif menjalankan tugas kerasulan pewartaan Injil kepada semua jemaat, seraya tetap bekerja untuk memperoleh rejekinya. Sekalipun sebenarnya Rasul Paulus berhak mendapat upah atau biaya hidup karena karya kerasulannya, namun tidak diambilnya dari jemaat. 


Paulus tidak mau menjadi beban bagi jemaat. Dan karena itu, sambil bekerja demi kehidupan setiap hari, Rasul Paulus terus giat mewartakan Injil. Semoga pesan Yesus untuk memiliki hati bersih di luar dalam, dan semangat untuk mewartakan Injil selalu bertumbuh kembang dalam hidup kita, sehingga kita kelak menikmati Kerajaan Allah. 


Semangat yang sama sudah tumbuh dan berkembang dalam diri St. Agustinus yang kita kenang hari ini, sehingga Gereja berkembang lewat kehadiran dan pelayanannya. Semoga kita semakin bertumbuh kembang lagi dalam semangat yang sama. 

Tuhan memberkati! 

Pace e bene!


(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

Gambar diambil dari Internet 


Rabu, 28 Agustus 2024

PW St Agustinus 

Mat. 23:27-32;


Suatu hari di sekolah Dasar, ibu guru melakukan pemeriksaan kebersihan anak, yakni memastikan setiap anak sikat gigi sebelum sekolah.  Sang guru  bertanya pada muridnya:  "Bimo, tadi pagi tidak gosok gigi ya?"

Alangkah kagetnya si Bimo. Dia berpikir teman-temannya yang mengadu pada ibu wali kelasnya kalau dia belum sikat gigi.

Bimo: "Kok ibu guru bisa tahu?"

Ibu guru: (Tersenyum) "Coba lihat, ada sisa sayur di gigimu."

Bimo: (Berteriak dengan riang) "Kalau begitu, ibu salah. Tadi pagi saya sarapan nasi goreng pakai telur dadar. Terakhir saya makan sayur tiga hari yang lalu." 🤣🤣🤣 

Dalam Injil hari ini, Yesus mengkritik kemunafikan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi karena mereka hanya pandai melihat apa yang dilihat orang lain. Mereka mengabaikan persyaratan yang paling penting: tidak lain adalah kemurnian dan transformasi batin. Sehingga ia menggambarkan mereka laksana Kubur yang bagus dilihat dari luar tapi kotor di dalamnya. 

Saudara-saudari terkasih.

Penerawangan Yesus itu pun berlaku bagi kita. Tiada manusia yang luput dari kekurangan, tapi kita masih punya waktu untuk melepaskan diri dari semua kepalsuan, pembanggaan diri, dan manipulasi. 

St Agustinus kiranya mengalami transformasi ini, setelah hidup dalam kemunafikan dan anti Kristus pada masa mudanya, namun bertobat bahkan menjadi uskup di Hipo dan bapa Gereja di dalam sejarah menggereja. 

Artinya selalu ada peluang untuk berubah, caranya? Jadilah seperti Yesus yang melayani umat dengan penuh keikhlasan, bila jatuh bangkit dan ulang lagi… perlahan tapi pasti lubang dosa itu pasti semakin mengecil🙏

(Ditulis oleh RP. Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Selasa, 27 Agustus 2024

PW St Monika 

Luk 7:11-17


Pada suatu hari seorang anak laki laki dipulangkan dari sekolah dengan membawa sepucuk surat tertutup dari Kepala Sekolah kepada mamanya. Sesaat kemudian air mata mamanya berlinang usai membaca surat itu.  Sang anak bertanya apa sebenarnya isi surat itu? Si mama dengan lembut berkata :  "Anakmu terlalu Jenius, Sekolah ini tidak mampu mengajarinya, maka ajarilah dia sendiri".

Tahun demi tahun berlalu. Mama itupun sudah Meninggal. Anak laki laki itu sudah tumbuh dan menjadi Penemu Hebat bernama Thomas A. Edison. 

Suatu ketika dia menemukan surat yang dulu dikirim oleh gurunya di laci meja mamanya. Dia membuka dan membaca isi surat yang sebenarnya tertulis : "Anak Kamu Punya masalah Kejiwaan, Kami tidak mengizinkan lagi dia datang Ke Sekolah ini selamanya".

Edison menangis berjam-jam dan menulis ini di buku hariannya : "Thomas Alva Edison adalah Anak Gila yang oleh seorang pahlawan yaitu mama, saya diubahnya menjadi yang jenius sepanjang abad". 

Sering rahmat bekerja di balik peristiwa yang kita katakan jelek. 

Dalam Injil hari ini kita dibawa pada peristiwa sedih, sepi, dan perasaan putus asa seorang janda yang putranya akan dikuburkan. Ia tidak punya apa-apa lagi untuk diandalkan. Maka, perasaan kesepian itu meliputi seluruh dirinya.  

Kemudian, terjadilah pertemuan tak terduga dengan Yesus yang sedang pergi ke suatu tempat bernama Nain. Yesus melihatnya, Tuhan pergi kepadanya dan berkata kepadanya, Jangan menangis (Luk 7:13); setelah itu Yesus menghidupkan kembali putranya yang telah meninggal. Kejadian ini pasti mengubah makna putus asa bagi sang ibu. 

Saudara-saudari terkasih.

Kita semua pernah mengalami perasaan kesepian, hampa, dan seolah-olah tidak ada yang peduli lagi dengan keadaan kita. Namun, jangan salah paham karena masih ada seseorang yang peduli dan orang itu tidak lain adalah Yesus. 

Tahukah Anda bagaimana cara menghindari perasaan sendirian, perasaan hampa dan putus asa? Selalu berjumpa dengan Yesus melalui Misa Kudus, doa pribadi Anda, membaca Kitab Suci. Dia selalu ada untuk kita, justru dalam peristiwa “jelek” dalam hidup ini. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Senin, 26 Agustus 2024

Pekan Biasa XXI/B

Mat 23:13-22


Beberapa hari ini di negara persada Indonesia bergolak demonstrasi besar-besaran. Hal menarik di balik gerakan demonstrasi besar-besaran atas upaya pemerintah maupun sebagian besar fraksi DPR untuk membatalkan keputusan Mahkamah Konstitusi- adalah sebuah simbol “Garuda berlatar warna biru dengan tulisan peringatan darurat”. Simbol ini seakan menjadi magnet yang menarik dan menggerakkan gelombang ini di sekujur wilayah Indonesia, mulai dari anak sekolah menengah tekhnik (STM), mahasiswa-mahasiswi, berbagai elemen masyarakat: pribadi-golongan … mengalir ke pusat simbol kekuasaan dengan seruan “LAWAN!!!”

Dalam Injil hari ini kita mendengarkan berulang kali kata “celaka” yang diucapkan oleh Yesus. Celaka adalah kata yang memiliki makna negatif dan Yesus menyampaikan banyak celaka kepada orang Farisi dan ahli Taurat. Mengapa? Ini karena banyak orang Farisi dan ahli Taurat yang munafik. Mereka mengajarkan rakyatnya untuk melakukan ini dan itu tetapi mereka sendiri tidak mempraktikkan apa yang mereka ajarkan dan khotbahkan.

Saudara-saudari terkasih.

Kiranya kata “Celaka”ini tidak hanya ditujukan kepada orang Farisi dan ahli Taurat, tapi juga ditujukan kepada kebanyakan dari kita yang munafik. Kita yang tidak setia pada perkataan dan hanya baik dalam beribadah tetapi sangat kurang dalam mempraktekkan iman kita. 

Melalui Sabda “celaka” ini Tuhan mengingatkan kita untuk kembali pada jalan-Nya, tidak peduli seberat apapun dosa kita. Ingat orang berdosa yang disalibkan bersama Yesus? Awalnya ia berdosa, tetapi ia bertobat, sehingga Yesus membawanya ke surga. (Lukas 23:43). 

Masa lalu kita mungkin hitam pekat laksana aspal jalanan tapi masa depan kita (sedetik setelah membaca renungan ini) masih putih seputih salju, mari kita warnai dengan berbagai hal positif. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Minggu, 25 Agustus 2024

Pekan Biasa XXI/B

Yoh. 6:60-69. 

 

Seorang istri merasa jengkel dengan suaminya, sesaat setelah bulan madu.  

Istri: "Kenapa kamu gak bilang dari dulu klo kamu semiskin ini haaahhh..?!"

Suami: "Aku kan udah bilang sayaanngg… Tapi, kamu aja yang gak denger & gak ngerti….🤢"

Istri: "Memang dulu kamu bilang apa ke aku?" (bertanya dengan penuh penasaran)

Suami: "Aku bilang, 'Sayang, cuma kamu satu-satunya harta paling berharga yang kumiliki dunia ini..'dan, kamunya malah jawab 'so sweet'…"

Istri: #!?!*’?”##!!’”?:"{:??::{(aarrgghhhh...😡😡😡...)


Dalam Injil hari ini dikisahkan, ketika banyak pengikut Yesus kembali ke cara hidup mereka sebelumnya karena mereka tidak percaya bahwa Dia adalah Roti Hidup. Yesus mungkin dengan sedih mengalihkan perhatian-Nya kepada kedua belas rasul-Nya dan berkata kepada mereka: “Apakah kamu juga ingin pergi (Yohanes 6:67)?” Ini adalah pertanyaan KUNCI yang dihadapi kedua belas rasul, “Apakah kamu juga ingin pergi (Yohanes 6:67)?”

Saudara-saudari terkasih.

Mungkin sebagian besar kita melihat bahwa ajaran Yesus sebenarnya sulit untuk diikuti. Sulit diikuti karena Dia akan menggerakkan hidup kita sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya. 

Yesus akan menjungkirbalikkan hidup kita, Ia akan menggoncang dan meremukkannya  hingga kita disucikan. Dan ini sulit! karena kita masih ingin menuruti keinginan kita yang tiada batasnya. 

St Yohanes dari Salib berkata: “Akar penderitaan adalah ke-ingin-an.” Kini pertanyaan “KUNCI” Yesus diarahkan pada kita.

“Apakah Anda juga akan meninggalkan Yesus karena banyaknya keinginan di dunia ini?”

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Komsos 


Tarutung Bolak, 24 Agustus 2024 – Pagi hari, suasana di Aula Paroki St. Hilarius Tarutung Bolak dipenuhi semangat para petugas pastoral dari berbagai stasi dan Kelompok Basis Gerejawi (KBG) se-Paroki yang tengah mengikuti kegiatan Sosialisasi Pendalaman Iman untuk Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2024. Acara ini masih berlangsung, dengan kehadiran 90 orang yang antusias mendengarkan pemaparan mengenai tema besar BKSN tahun ini.

Diakon Georgius Segunar Fadel Seda, Pr., yang menyampaikan bahan sosialisasi ini, telah memaparkan inti dari tema BKSN "Allah Sumber Keadilan", di mana umat diajak untuk merenungkan dan menghayati keadilan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Ayat emas yang menjadi landasan permenungan selama BKSN ialah “Tuhan itu Baik, tempat perlindungan pada waktu kesusahan” (Nahum 1:7), dijadikan fokus utama dalam pembahasan. Ayat ini diharapkan dapat memberikan kekuatan dan penghiburan bagi umat dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Dengan berlangsungnya kegiatan ini, besar harapan bahwa Pendalaman Iman BKSN  selama bulan September 2024 di Paroki St. Hilarius Tarutung Bolak dapat dijalani dengan penuh semangat dan membawa permenungan kebaikan Allah bagi kehidupan umat.

(Ditulis oleh Hadamean Tumanggor)

Dokumentasi Penulis 


Sabtu, 24 Agustus 2024

Pesta St.Bartolomeus  

Yoh. 1:45-51


Berbagi adalah bahasa kasih yang sempurna. Setelah berjalan menerabas hutan menuju Gereja Stasi Simarsabosi, akhirnya kami istirahat di rumah umat. Sajian air kelapa muda.. kecil, mungil apa adanya, dari umat dahsyat manfaatnya. Pemberian sederhana, namun menyegarkan fisik dan menambah motivasi untuk melanjutkan perjalanan ke stasi.. memang berbagi itu adalah bahasa kasih yang sempurna. 

Dalam Injil hari ini kita diperdengarkan tentang, Filipus yang sangat bersemangat untuk Yesus. Dia ingin membagikan mukjizat Yesus kepada temannya Natanael. Itulah sebabnya Filipus berkata kepada Natanael: “Kami telah menemukan Dia yang tertulis dalam kitab Taurat oleh Musa dan juga para nabi, yaitu Yesus anak Yusuf, dari Nazaret (Yohanes 1:45).”

Saudara-saudari terkasih, 

Iman dan keintiman kita kepada Yesus menjadi lebih hidup, bermakna dan produktif ketika kita membagikannya. Anda mungkin belum membagikan Yesus, jangan takut untuk membagikan Dia sekarang. Mungkin bisa dimulai dengan Senyum, Sapa, Salam… sambil ucapkan Damai Tuhan bersamamu 🙏

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Jumat, 23 Agustus 2024

Yeh 37:1-14

Mat 22:34-40


Saudara-saudari terkasih!


Menanggapi pertanyaan seorang ahli Taurat dari kelompok Farisi tentang hukum yang terutama, Yesus menegaskan bahwa hukum yang terutama adalah mengasihi Allah dengan segenap hati dan segenap jiwa, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri.


Mengapa Yesus menegaskan bahwa hukum yang utama adalah hukum kasih baik kepada Allah maupun kepada sesama? Secara ringkas boleh dikatakan bahwa di dalam hukum cinta kasih ada kehidupan. Di mana ada kasih pasti ada kehidupan, sebab di situ ada saling menghormati, menghargai, menolong, kelemah-lembutan, kepekaan, kepedulian, perhatian, pengorbanan dan saling memaafkan.


Sebagai manusia yang berziarah di dunia ini kita pasti mengimpikan kehidupan dan sukacita. Dan oleh karena itu kita diminta untuk membangun kehidupan. Oleh karena itu, kita pun harus mengutamakan hukum yang memberi ruang untuk kehidupan dan menghidupkan.


Di dalam bacaan pertama penegasan tentang dan praktek pelaksanaan hukum kehidupan dan yang menghidupkan ada pada Tuhan Allah Israel, Tuhan Allah kita. Prioritas terhadap penerapan hukum yang menghidupkan itu dilaksanakan oleh Tuhan saat bangsa Israel berada di pembuangan Babel.


Kala itu, karena kekejaman penguasa Babel, bangsa Israel dibuang ke Babel. Pembuangan itu sedemikian mengerikan, sehingga bangsa Israel merasakan seperti hidup dalam kematian, yang dilukiskan bagaikan tulang-tulang kering yang berserakan. Namun, dalam kondisi seperti itu, Tuhan hadir dan peduli.


Tuhan mengumpulkan kembali bangsa Israel yang telah tercerai-berai di Babel (tulang-tulang yang berserakan itu), dan memberi mereka semangat hidup dan perjuangan yang baru untuk kembali ke negeri mereka di Yerusalem. Dan janji itu bukan sekedar janji, melainkan benar-benar terwujud, sehingga bangsa Israel bisa Kembali ke Yerusalem dan membangun kehidupan baru dan semangat baru. Karena cinta kepada umatNya, Tuhan memberi kehidupan kepada Israel, sehingga mereka pun bersukacita.


Sebagai umat Tuhan, yang juga telah menikmati hukum cinta-Nya yang menghidupkan, kita pun diajak untuk selalu mengutamakan hukum cinta yang menghidupkan, yakni dengan mengasihi atau menghormati Allah dengan segenap hati, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri. Yuk.. mari kita menghidupinya.. Mari kita memberi dan membantu peluang hidup bagi sesama kita. 


Tuhan memberkati! 

Pace e bene!

Dokumentasi Penulis 


Jumat, 23 Agustus 2024
Pekan Biasa XX/B
Mat. 22:34-40.

“Anak adalah anak.” Itulah kata-kata yang sering kudengar saat bertugas mendampingi mendiang Bp Uskup Anicetus Sinaga. Sepenggal kata itu selalu dia ucapkan setiap kali ada pertentangan di antara umat, pengurus bahkan sesama kolega klerus.

Beliau selalu menekankan: “Anak adalah Anak.” Bagi beliau meskipun terkadang “si anak” tidak sejalan dengan gembala tapi beliau tetap memandangnya sebagai anak dan terus berupaya merangkulnya, meskipun keputusan akhir ada pada sang anak sendiri. Rupanya beliau sedang mengajarkan “mengasihi tanpa syarat.” 

Dalam Injil hari ini kepada kita diperdengarkan sabda Yesus: "Kasihilah Tuhan, Allahmu , dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia  seperti dirimu sendiri.

Kesempurnaan cinta kita kepada Tuhan mencapai puncaknya ketika kita mencintai sesama kita tanpa syarat. Jadi, kita tidak hanya mencintai mereka yang menarik di mata kita; tapi bahkan mencintai mereka yang tidak mencintai kita.

Saudara-saudari terkasih.
Cinta yang dilandasi oleh pengertian cinta timbal balik tidak berlabuh pada cinta Tuhan. Hal ini karena kasih Tuhan tidak bersyarat. Ia tidak membeda-bedakan, namun mengasihi semua orang, termasuk orang-orang yang terus menyakiti dan mengkhianati cinta kita kepada mereka. 

Dalam perjalanan hidup kita, kasih pada akhirnya bukan lagi pada sesuatu yang romantisme, idealisme tapi sebuah komitmen dalam relasi iman dan sosial tanpa syarat. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari sesawi.net


Kamis, 22 Agustus 2024,

PW SP Maria, Ratu

Yeh 36:23-28

Mat 22:1-14




Hadir Menanggapi Undangan Tuhan dengan Keadaan Layak dan Pantas


Ada sebuah pengalaman menarik ketika saya tinggal beberapa waktu di Kuala lumpur - Malaysia pada bulan April 2005. Seorang bapak bernama Peter, mengajak saya Bersama dua teman untuk makan di sebuah restoran terkenal di kota itu. Dengan senang hati, kami menanggapi undangan tersebut. Namun sayang, Ketika tiba di pintu restoran, kami tidak diperbolehkan masuk. Kami diminta pulang untuk mengganti sandal kami dengan sepatu. Dengan bingung dan sedikit kecewa, akhirnya kami pulang dan pergi ke tempat lain.


Saudara-saudari terkasih, bacaan Injil hari ini mengumpamakan Kerajaan Allah bagaikan sebuah perjamuan dengan hidangan pesta yang sangat lezat. Untuk boleh menikmati indahnya Kerajaan Allah, secara sederhana diberikan 3 syarat, yakni undangan, kesediaan menjawab, dan kepantasan. Syarat yang pertama diberikan kepada semua orang. Semua orang diundang oleh Allah ke perjamuan tersebut melalui para nabi, hamba dan rasul. Apakah semua orang mau menjawab undangan tersebut? Ternyata tidak.


Seperti kita dengar dalam Injil, ada yang sibuk dengan usahanya, ada yang pergi ke ladangnya, dan bahkan ada pula yang menyiksa dan membunuh para utusan yang disuruh untuk mengundang mereka. Dalam situasi seperti itu, Allah, pemilik pesta perjamuan tetap komit dengan pikirannya untuk membahagiakan banyak orang. Maka Ia pun masih menyuruh utusan-Nya untuk mencari orang memenuhi ruang perjamuan tersebut. Akhirnya banyak jugalah orang yang dikumpulkan.


Tetapi, ternyata, dari antara orang yang datang tersebut, yang telah memenuhi syarat yang pertama dan kedua, tidak memenuhi kualifikasi/syarat yang ketiga, yakni tidak berpakaian pesta. Mereka datang dalam keadaan tidak layak dan pantas. Akhirnya mereka pun dibuang dan dimasukkan ke dalam tempat penghakiman.

 

Sepintas, mungkin, sebagai pendengar perumpamaan kita boleh heran dan bertanya, “Kok, orang yang dipanggil di pinggir jalan harus siap berpakaian pesta?” Sebenarnya jawabnya bukan soal pakaian lahiriah, tetapi lebih pada keterbukaan untuk menerima Sabda Tuhan dan prakteknya dalam hidup harian.


Syarat ketiga ini, dalam bacaan pertama tadi disebut oleh Nabi Yehezkiel sebagai hati yang baru. Tuhan sudah membuat perjanjian baru ke dalam hati semua manusia. Namun, kendati demikian toh cukup banyak juga orang yang tidak mau membaharui hatinya.


Sedangkan dalam Injil, syarat ketiga tersebut ialah menerima Yesus. Kendati banyak orang sudah mendengar pengajaran Yesus, ternyata mereka belum juga hidup seperti sabda Yesus. Dan ini, berkaitan juga dengan kesiap-sediaan selalu untuk menanggapi bentuk-bentuk penghakiman dari Tuhan. Orang-orang yang dipanggil dari pinggir jalan dan tidak berpakaian pesta itu, dihukum, karena tidak layak.


Saudara-saudari terkasih! Sekali lagi, kita semua diundang masuk ke Kerajaan Allah. Sampai saat ini kita sudah memiliki dua syarat. Bagaimana dengan syarat yang ketiga. Semoga kita semakin layak dengan meningkatkan kualitas hidup kita, semakin percaya bahwa Yesuslah jalan keselamatan kita. Dan juga kita diminta untuk menghayati dan menerapkan ajaran Yesus dalam hidup harian kita dengan berperilaku moral yang baik, menghidupi ajaran cinta kasih, pewarta damai dan keadilan, serta menghindari perbuatan-perbuatan yang jahat.


Santa Perawan Maria, Ratu yang kita peringati hari ini menjadi teladan bagi kita. Ia penuh iman pada Tuhan, dan menerima tawaran jadi ibu Tuhan Yesus, dan menghidupi segala hukum Tuhan dalam hidupnya.


Selamat memperingati Santa Perawan Maria Ratu! Kita mohon doanya untuk kita! 


Tuhan memberkati! 

Pace e bene!


(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

Gambar diambil dari Internet 


Kamis, 22 Agustus 2024

PW Santa Perawan Maria RATU 

Mat. 22:1-14


Pilihan panggilan hidup imamat saya berawal dari sebuah “kesalahan”. Mengapa? Sebab ke-dua orang tua saya kurang aktif menggereja. Sehingga ketika mereka tersadarkan untuk menggereja, saat misa saya langsung dibawa ke depan altar untuk menyambut komuni. Tapi hosti bukannya dimakan, sebab saya mau mengantonginya untuk dipamerkan pada teman-teman yang bukan Katolik. 

Spontan pastor marah pada bapak saya yg persis berdiri dibelakang saya sambil berkata: “anak bapa sudah belajar menyambut komuni I?” Dengan polos bapak saya menjawab: “jangankan belajar komuni, dibaptis pun belum bapak pastor..” Wajah pastor yang memerah berubah menjadi iba melihat kepolosan bapak saya. 

Sejak itu ia rajin mengunjungi bapak di asrama, dan bapak sayapun balas mengunjungi pastor di pastoran setiap kali mau piket di kepolisian. Sehingga dalam kunjungan-kunjungan lain saya selalu dibawa bapak ke pastoran. Sejak itulah pilihan panggilan bertumbuh dalam hidup saya. Sebab sejak kecil teman sepergaulan saya adalah para pastor. 

Dalam kisah Injil kita mendengar, bahwa mereka yang diundang menolak undangan raja untuk menghadiri pesta pernikahan putranya. Karena mereka semua mempunyai kesibukan dan prioritas masing-masing. 

Tapi kalau dipikir-pikir; berapa jam untuk pesta pernikahan?  Berapa jam kehadiran kita dalam Misa Kudus dibandingkan dengan tujuh hari atau 168 jam yang kita berikan untuk kehidupan pribadi kita dalam seminggu? 

Saudara-saudari terkasih, 

Yesus dalam Injil mengajak kita untuk ikut Misa Kudus, Dia tidak peduli siapa kita: betapa berdosanya kita, betapa miskin atau kayanya kita. Yang dipedulikan Tuhan yang baik hanyalah kesediaan kita untuk bersama-Nya dalam Misa Kudus agar Dia dapat memberkati kehidupan duniawi kita secara rohani.

Pada akhirnya, apapun pilihan keputusan kita, laksana buah dari apa yang kita tanam lewat kebiasaan-kebiasaan hidup kita.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)


Dokumentasi Komsos 


Rabu, 21 Agustus 2024,

PW St. Pius X


Yeh 34:1-11

Mat 20:1-16a


Saudara-saudari terkasih. Lewat perumpamaan tentang seorang pemilik kebun anggur yang mempekerjakan upahan di kebun anggurnya, Yesus hendak menegaskan kepada para pendengar-Nya dan kita semua bahwa Tuhan Allah kita, Allah yang diwartakan Yesus Kristus adalah Allah yang sungguh murah hati. Kemurahan hati Allah Bapa nyata dengan sikapNya yang bersedia memberi upah sehari bagi setiap orang yang bekerja di kebun anggurNya, sekalipun mereka hanya bekerja sebentar.


Sebenarnya, mereka yang bekerja sebentar saja tidak patut menerima upah yang sangat besar, sama dengan upah sehari seperti upahan lainnya. Namun, karena kemurahan hati Allah Bapa, Ia tetap memberikan upah yang sedemikian besar agar mereka yang bersedia menerima undangan Allah Bapa menikmati sukacita dan kebahagiaan.


Sesungguhnya, perumpamaan ini hendak menggambarkan bahwa Allah Bapa akan mengganjari setiap orang yang mau bertobat dan mengikuti panggilan-Nya dengan ganjaran yang sama, yakni sukacita dan kebahagiaan kekal di surga abadi bersama-Nya, orang kudus dan malaikat-malaikat-Nya. Karena itu, selagi Tuhan memberi waktu, kita mesti bertobat, berbalik kepada-Nya dan mau menikmati kemurahan-Nya di rumah-Nya yang kudus.


Akan tetapi, sayang bahwa kemurahan hati Allah Bapa disalah mengerti oleh sebagian orang, terutama mereka yang bersikap egois. Mereka, yakni para upahan yang lebih dahulu masuk, justru menuduh Allah tidak adil karena memberi upah yang sama dengan mereka yang bekerja sebentar saja. Karena ketamakan, iri hati, dan egoisme, mereka tidak mampu mensyukuri kemurahan hati Allah Bapa kepada sesamanya.


Seharusnya mereka bersyukur atas kebaikan Allah atas orang lain, dan mengajak orang lebih banyak lagi menikmati kebaikan Tuhan itu. Atas egoisme dan kepicikan mereka, Tuhan pun menegur mereka dengan berkata, “.. Iri hatikah engkau karena aku murah hati?”


Dalam bacaan pertama (Yehezkiel), Nabi Yehezkiel menegur para gembala yang diutus Tuhan, namun tidak menjalankan tugas kegembalaannya dengan baik.


Para gembala tersebut larut dalam kepentingan mereka tanpa memperhatikan kawanan umat Allah.


Maka, Tuhan pun berjanji untuk mencabut jabatan gembala dari mereka bila mereka tidak menunaikan tugas dengan baik, dan bila tidak mengasihi kawanan domba, yakni bangsa Israel dengan sepenuh hati.


Sang nabi menegaskan bahwa para gembala utusan Tuhan harus murah hati seperti Tuhan, menjalankan tugas kegembalaan dengan baik, bersedia berkorban dengan penuh cinta. Dengan demikian kawanan gembalaan umat Allah akan hidup bahagia dan penuh sukacita.

Pesan yang sama diberikan kepada kita.


Tuhan itu sungguh murah hati bagi kita. Kita telah mengalaminya dalam hidup kita, berupa kesempatan hidup, memperoleh rezeki dan Kesehatan, keluarga dan lain sebagainya. Karena telah mengalami kemurahan dan cinta Tuhan, hendaknya kita pun menjadi orang-orang yang murah hati dan penuh cinta kepada sesama.


Kita tidak bisa tinggal larut dalam egoisme pribadi, tetapi bermurah hati dan rela berbagi apa yang ada pada kita. Dengan demikian Kerajaan Allah akan berkembang subur di sekitar kita.


Tuhan memberkati!

Pace e bene!

Gambar diambil dari Internet


Rabu, 21 Agustus 2024

PW St Pius X PB XX/B

Mat. 20:1-16a


Suatu hari di kereta ekonomi NON-AC nan-panas, seorang eksekutif muda, dengan jas mahal berdiri, berdesak-desakan dengan penumpang lain. Sesaat kemudian, ia membuka HP Tablet Mac Serie terbaru. (Ia memang sedang ada komunikasi penting dengan calon investor di bisnisnya.)

Semua penumpang melirik dengan sinis pandangan padanya, sambil membathin: “anak muda sekarang, kaya sedikit langsung pamer; …Keren sih keren, tapi ga banget deh sama gayanya; …andai dia merasakan jerih pahit kehidupan, sudah tentu tidak akan pamer barang itu di kelas Ekonomi. Kenapa ga naik yang eksekutif berAC sih?…dll…dst…" 

Ketika kereta sampai di stasiun, si pemuda tersebut langsung turun. Tampak seorang nenek sederhana turun dari gerbong Super Eksekutif mencari-cari sesuatu. Lalu para penumpang dari gerbong ekonomi tempat si pemuda tadi “yang peduli” mencoba membantu sang nenek dan bertanya: “apakah nenek kehilangan sesuatu? Nenek mencari siapa?? Kemudian sang nenek berkisah. Tadi sebelum naik kereta sempat tukaran karcis dengan seorang pemuda kaya. Si pemuda tidak tega si nenek naik kereta panas dan sesak. Kemudian si pemuda itu menukar tiketnya itu. Mudah-mudahan beliau sampai di tujuan dengan nyaman. 

“Begitu berbahayanya penghakiman lewat persepsi pikiran.” Sebuah kebaikan, tindakan kasih, bisa berubah total menjadi kejahatan, kebencian dan sejenisnya hanya karena persepsi kita. 

Dalam Injil hari ini, kita mendengar kisah, Pemilik tanah sangat murah hati dan adil karena dia membayar semua orang berdasarkan kesepakatan mereka. Tidak menjadi masalah bagi dia siapa yang bekerja pada pagi hari dan siapa yang bekerja pada sore hari. Yang penting baginya adalah dia membayar semua orang berdasarkan kesepakatan mereka. Inilah persepsi sejati dalam menilai perumpamaan Yesus dalam Injil hari ini. 

Saudara-saudari terkasih.

Sebagai orang beriman, persepsi (proses pemberian makna atas suatu informasi yang dilihat) kita, tidak bisa membandingkan kemurahan hati Tuhan dengan kemurahan hati kita jika kita memang bermurah hati. Tuhan tidak melihat betapa berdosanya Anda. Tuhan tidak melihat seberapa cepat dan lambat Anda menanggapi panggilan pertobatan-Nya. Yang penting bagi Tuhan adalah Anda menanggapi panggilan pertobatan-Nya tidak peduli seberapa terlambatnya.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Perangin-angin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Selasa, 20 Agustus 2024

PW St. Bernardus 

Mat. 19:23-30


Mungkin salah satu tafsiran berikut mampu menghantar kita pada pemahaman “unta masuk lubang jarum”. Ternyata lubang jarum disini adalah gerbang samping atau pintu samping di sebelah gerbang utama di jalan masuk kota bertembok. Kalau gerbang utama ditutup karena hari sudah malam, semua jalan masuk adalah melalui gerbang kecil itu, dan unta yang mengangkut beban, tak mungkin masuk ke dalam kota melalui pintu samping, kalau tidak dilepas beban yang ada di bagian kiri dan kanan badan unta itu. Artinya: hanya yang mau melepas beban, bisa jadi barang berharga, yang bisa lolos masuk lewat gerbang samping. 

Dalam Injil hari ini Yesus berkata kepada murid-muridnya, sukar bagi orang kaya untuk masuk Kerajaan Surga. Hal ini mengacu pada orang kaya dalam Injil kita kemarin (Matius 19:16-22) yang tidak bisa menyerahkan hartanya demi kepentingan orang miskin dan pemuridan Yesus. Orang kaya itu sebenarnya diundang oleh Yesus untuk menjadi pengikutnya tetapi dia menolak tawaran mulia itu karena dia menahan kekayaannya.

Saudara-saudari terkasih, 

Menjadi kaya sebenarnya tidaklah buruk, namun menjadi bahaya bagi kesejahteraan kita ketika kita menjadikan kekayaan sebagai Tuhan kita. Itulah maka Yesus berkata “sukar”. 

Sukar artinya sulit, tapi bukan berarti tidak bisa sama sekali. Maka bekerjalah seoptimal mungkin agar hasilnya bisa dijadikan sarana yang optimal untuk kebaikan bersama. 

Injil ini menyadarkan kita yang jatuh cinta dengan kekayaan, hingga  mampu melakukan apa pun bahkan yang Yesus benci untuk mendapat kekayaan. Sadarkah kita bahwa pada saatnya semua pasti akan ditinggalkan kelak? Persis seperti unta yang masuk “lubang jarum” …  hanya bisa lewat ketika semua bebannya ditanggalkan. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Senin, 19 Agustus 2024

Pekan Biasa XX/B

Mat. 19:16-22.


Seorang dokter jaga memperhatikan seorang kakek duduk gelisah di puskemas menunggu antrean untuk pengobatan tangannya yang terluka terjepit pintu. Lantas sang dokter memeriksa si kakek dan bertanya kenapa gelisah? 

Sang kakek bercerita kalau dia setiap pagi selalu mengunjungi istrinya yang sudah lupa ingatan di panti jompo.  Lalu sang dokter terheran-heran bertanya: “loh kenapa mesti tergesa-gesa toh ia sudah tidak ingat kakek lagi kan?” Lantas sang kakek memegang tangan dokter sambil berkata: “memang dia sudah tidak kenal saya, tapi aku masih mengenal dia..” sang dokter terharu mendengar jawaban sang kakek.  Betapa tulus cinta sang kakek untuk selalu mengikuti hidup si oma meski sudah dilupakan…

Hari ini kita mendengar Injil tentang seorang pria yang sulit mengikut Yesus karena kelekatan pada kepemilikannya. Sehingga tatkala Yesus menyuruh menjual harta milik untuk mengikut-Nya dia tak mampu. 

 Saudara-saudari terkasih.

Maukah Anda menyerahkan segalanya untuk mengikuti Yesus?  

Kisah pemuda di atas mewakili banyak pribadi yang merasa sangat sulit untuk melepaskan kepemilikan duniawi kita demi mengikuti Tuhan. Kepemilikan duniawi bukan hanya mengangkat materi tetapi kelekatan hati pada kecenderungan-kecenderungan ego. Padahal saat mengikut Yesus tak jarang kita sering merasa sendiri bahkan “dilupakan”, namun bila kita tulus melepas kelekatan-kelekatan … laksana kakek yang selalu mengunjungi isterinya yang telah pikun .. kita tetap punya alasan untuk ikut Yesus .. karena kita tetap mengenalNya.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Komsos


Pesta pelindung Gereja Santa Perawan Maria Di Angkat Ke Surga Paroki Hati Kudus Yesus Teluk Dalam dan penerimaan Sakramen Krisma berlangsung dengan khidmat dan meriah (Minggu, 18/08/2024). Misa dipimpin langsung oleh Yang Mulia Mgr. Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga Uskup Keuskupan Sibolga.

Dalam Misa kudus tersebut, Bapa Uskup menerimakan Sakramen Krisma kepada 130 orang krismawan/ti. Para peserta ini telah memperoleh pembinaan sebelumnya selama kurang lebih tiga bulan oleh para seksi katekese paroki. Dalam homilinya, Bapa Uskup menyampaikan tentang penetapan surga sebagai tujuan hidup kita sebagai orang beriman. 

Kemudian, beliau juga menyampaikan tentang Santa Perawan Maria sebagai pelindung Paroki Hati Kudus Yesus yang memiliki keteladanan iman dan bisa dihidupi oleh seluruh umat Katolik.

“Umatku yang terkasih, kita tidak boleh mempunyai rasa malu memiliki hubungan yang intim, terhadap Bunda Maria. Bunda Maria yang selalu menemani kita dalam doa-doa dan penyerahan diri kita kepada Kristus,” imbuh Bapa Uskup.

Selanjutnya, kepada Krismawan/ti Bapa Uskup memberikan peneguhan tentang keberanian menetapkan panggilan hidup. Krismawan/ti yang telah menerima Sakramen Krisma harus yakin dengan penuh sukacita dan kebahagiaan dalam menentukan panggilan hidup.

“Para krismawan/ti yang hari ini telah siap menjadi saksi Kristus, mari dengarkan suara Tuhan dan ikuti dengan penuh kegembiraan,” ucap Bapa Uskup mengakhiri khotbahnya.

Sebelum berkat penutup, Pastor Paroki Hati Kudus Yesus Teluk Dalam, Pastor Aloysius Telaumbanua OFMCap memberikan kesempatan kepada kedua imam yang akan berpindah tugas yaitu Pastor Markus Halawa, OFMCap dan Pastor Benediktus Sihura, OFMCap. Selain kepada kedua pastor tersebut, Pastor paroki juga memberikan kesempatan kepada Bapak Antonius Dakhi, katekis paroki yang sudah mencapai masa purnabakti, untuk menyampaikan kesan dan pesan selama menjalankan pelayanannya di Paroki Hati Kudus Yesus. 

Baik kedua pastor dan juga katekis tersebut, mereka sama-sama menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah menuntun mereka dalam pelayanan terhadap umat di Paroki Hati Kudus Yesus Teluk Dalam sekaligus memohon maaf apabila ada hal yang kurang berkenan selama kebersamaan di paroki.

Seusai Perayaan Ekaristi, kegiatan berlanjut dengan acara ramah tamah di halaman aula paroki yang diawali dengan kegiatan Fameafo atau pemberian daun sirih dari Sanggar SMP Swasta Bintang Laut. Kegiatan ramah-tamah diakhiri dengan kegiatan lomba Maena antar lingkungan. Sebelumnya, telah dilaksanakan lomba Mazmur pada tanggal 11 Agustus 2024 yang lalu. Dalam acara ini juga, turut hadir Bapak Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Nias Selatan dan tokoh umat lainnya. 

(Ditulis oleh Komsos Paroki Hati Kudus Yesus)

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget