Keuskupan Sibolga

Latest Post

Dokumentasi Penulis 


Sabtu, 27 Juli 2024

Pekan Biasa XVI/B

Mat 13:24-30


Seorang ayah tengah berupaya menghibur anak gadisnya yang menangis sedih karena ditinggal kekasihnya yang berpaling pada temannya sendiri. Sang gadis sulit menerima kenyataan kalau dunia terlalu kejam karena sahabat yang hidup bersamanya ternyata berkhianat. 

Sang ayah memahami perasaan sang anak dan berkata: “anakku saat ini kamu mungkin kecewa tapi sadarkah kamu kalau Tuhan sebenarnya sedang mempersiapkan pria yang lebih dewasa dan bertanggungjawab bagimu?.” Dan sang ayah berjanji bahwa esok matahari akan terbit kembali… si gadis berhenti menangis dan benar matahari esok paginya terbit kembali 🙏

Dalam Injil hari ini, lalang yang disebutkan oleh Yesus dalam perumpamaan adalah banyaknya godaan yang ditabur iblis di hidup kita. Banyak yang menyerah pada godaan ini sehingga berdosa. Yesus bersabda: “Biarkan keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba.” Kita diundang untuk belajar dan melihat kesabaran hati Tuhan. Kiranya Tuhan memberi kesempatan manusia yang berdosa untuk bertobat. 

Saudara-saudari terkasih. Tuhan akan tetap sabar terhadap kita. Karena Tuhan berharap agar kita melihat terang dan sepenuhnya menjauh dari kegelapan sebelum kegelapan itu menyelimuti kita. Tetapi mengapa harus menunggu hukuman jika kita masih punya kesempatan  untuk menghadapi dosa dan segera meninggalkannya? Hidup di dunia adalah sebuah kesempatan dan kesempatan ini harus diupayakan secara aktif bukan menunggu secara pasif. 

(Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari sangsabda.wordpress.com




Jumat, 26 Juli 2024
PW St. Yoakim dan St. Anna, Orang Tua SP Maria
Sir 44:1.10-15
Mat 13:16-17


Saudara-saudari terkasih, menurut tradisi Kitab Suci orang yang berbahagia adalah orang yang terberkati. Kata “berbahagialah” yang berarti “terberkatilah” digunakan sebagai kata kerja dalam bentuk pernyataan dalam perikop Injil hari ini. Itulah alasan pemberian judul permenungan kita pada peringatan St. Yoakim dan St. Anna, orang tua St. Perawan Maria. Mereka berdua adalah orang-orang yang terberkati karena mata mereka telah melihat karya keajaiban Allah lewat puteri mereka St. Perawan Maria, yang dipilih Allah sebagai Bunda Penyelamat Yesus Kristus. Mereka juga menjadi orang yang terberkati karena mereka mendengar aneka berita keselamatan dan puji-pujian karena kepenuhan janji keselamatan Allah lewat puteri mereka Bunda Maria.

Memang nama St. Yoakim dan St. Anna tidak disebutkan dalam Kitab Suci. Akan tetapi, nama mereka dapat ditemukan dalam berbagai Tradisi Kristen awal. Lepas dari soal disebut atau tidak disebut dalam Kitab Suci, keduanya pasti sangat berperan dalam membentuk pribadi Bunda Maria yang penuh iman dan bersahaja. Iman mereka akan Allah yang diwariskan oleh leluhur, ditanamkan dalam keluarga, terkhusus dalam diri Bunda Maria, sehingga Maria dipilih oleh Allah menjadi Bunda Penyelamat. 

St. Yoakim dan St. Anna sanggup dan berani menanamkan kisah iman akan karya keselamatan Allah kepada Maria, karena mereka mengimani Allah yang telah mengerjakan banyak karya keselamatan Allah. Dengan telinga dan mata mereka, serta lewat penghayatan hidup, mereka telah sungguh menikmati karya Allah. Karena itu, mereka berani dan tegas mengajarkannya kepada puteri mereka Maria bersama dengan anggota keluarga lainnya. Atas segala kebaikan dan jasa mereka, pastilah Tuhan pun mengganjari mereka kebahagiaan atau berkat. Dan karena itu St. Yoakim dan St. Anna pantas disebut sebagai orang berbahagia atau orang yang terberkati.

Kebahagiaan mereka menjadi semakin berlimpah karena menyaksikan keterpilihan putri mereka jadi Bunda Penyelamat, dan kemudian menjadi kakek dan nenek dari Yesus Kristus Sang Penyelamat. St. Yoakim dan St. Anna, sungguh berbahagia karena telah percaya pada Tuhan, dan mewartakan karya Tuhan kepada sesama. Mereka termasuk dalam kalangan orang termasyhur dan terberkati yang dipuji dalam bacaan pertama (Sirakh), karena Kebajikan, kebijaksanaan, iman dan cinta kasih mereka.

Predikat sebagai orang yang terberkati pun mungkin atau bisa diberikan Allah kepada kita, asalkan kita mau hidup seturut teladan St. Yoakim dan St. Anna. 

Kita diminta menjadi orang yang beriman, bijaksana dan penuh kasih, serta terus bersedia bersaksi tentang karya keselamatan Tuhan. Semoga dengan itu kita juga akan menyaksikan rahmat Tuhan yang lebih besar dalam diri dan keluarga kita masing-masing. 

Kini juga kita sekaligus berdoa untuk kakek-kakek dan nenek-nenek dalam keluarga dan lingkungan kita secara khusus, agar mereka sehat dan bisa menikmati masa tuanya dengan penuh bahagia, sukacita, iman dan berkat, seperti St. Yoakim dan St. Anna. Kita juga sekaligus bertekad untuk berbuat lebih baik bagi para lanjut usia,dan  menolong mereka agar mereka bisa menikmati hidup yang lebih baik dan lebih indah. 

Selamat merayakan peringatan St. Yoakim dan St. Anna. Tuhan memberkati. Pace e bene.

(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

Gambar diambil dari internet 


Jumat, 26 Juli 2024

Peringatan St Yoakim dan St Anna. 

Mat 13:16-17. 


Almarhum bapak saya pernah berkata: “mencintai cucu itu jauh lebih menyala daripada anak sendiri.” Memang ini bisa saya rasakan, kamar tidur mereka menjadi “zona eksklusif” bagi para cucunya. Tatkala cucu merasa kurang nyaman tidur, maka masuklah si bocil ke kamar mereka. Bahkan tak jarang kamar kakek-nenek jadi benteng perlindungan aman bagi para cucu terhadap orang tua mereka. Sehingga tak jarang cinta terhadap cucu pertama bisa menjadi sebuah “drama” kehidupan dalam keluarga-keluarga muda. 

Hari ini kita merayakan peringatan Santo Yoakim dan Anna, orang tua Perawan Maria yang Terberkati. 

Dalam Injil hari ini kita diundang untuk memiliki mata dan telinga baru. Sehingga mampu melihat dan mendengar kehadiran Tuhan yang nyata kehidupan St Yoakim dan St Anna yang dipilih oleh Tuhan untuk mengandung dan membesarkan ibu dari Putra tunggal-Nya.  Dengan cara ini, mereka juga menerima Sabda Tuhan di hati dan rumah mereka.
 

Saudara-saudari terkasih, Santo Yoakim dan Santa Anna adalah teladan kebaikan, kasih, dan sukacita bagi para kakek-nenek di mana pun. Di surga, mereka menjadi perantara bagi kita agar kita dapat memperoleh keselamatan yang dijanjikan Tuhan kepada umat-Nya. Seperti para kakek-nenek yang menunggu kedatangan anak-anak dan cucu-cucu, mereka menyambut kita di rumah surgawi.

Tuhan memberkati 🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Komsos 


Mgr Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga memimpin Perayaan Ekaristi Pentahbisan Diakon kepada keempat Frater pada Kamis, 25 Juli 2024. Perayaan Ekaristi dirayakan di Gereja Katolik Paroki St. Fransiskus Asisi Laverna Gunungsitoli.


Keempat Fr yang ditahbiskan menjadi Diakon ialah: Fr. Jonatan Benediktus Samosir, Fr. Theo Silfanus Harefa OFMCap, Fr. Georgius Segunar Fadel Seda dan Fr. Blasius Toni Lahagu.

Perayaan Ekaristi Tahbisan Diakon dilaksanakan tepat pada Pesta Santo Yakobus Rasul. Dalam homilinya, Mgr Frans berharap agar keempat Fr yang akan menjadi Diakon memiliki mental dan semangat seorang hamba yang fokusnya hanyalah melayani.


Bapa Uskup juga menyinggung tentang Rahmat selibat. Bapa Uskup mengatakan bahwa selibat adalah tanda dan dorongan untuk melayani umat dengan penuh pengabdian. 


"Dengan penghayatan selibat, kamu memiliki semangat yang besar untuk lebih melayani umat. Dengan selibat kamu menjadi lebih bebas dan tidak terikat dengan orang-orang atau kelompok tertentu", tegas Bapa Uskup dalam homilinya.


Seusai Perayaan Ekaristi, kegiatan perayaan Tahbisan Diakon berlanjut pada acara ramah tamah. Kegiatan ramah tamah dilaksanakan di Aula Yakobus Paroki St. Fransiskus Asisi Laverna Gunungsitoli. Dalam kegiatan tersebut, Bapa Uskup, keempat Diakon dan tokoh umat disambut dengan pengalungan bunga sebelum dibawa masuk ke dalam aula.


Perayaan Tahbisan Diakon ini merupakan Rahmat bagi Gereja Keuskupan Sibolga. Keuskupan Sibolga memperoleh tambahan 4 orang Hirarki untuk melayani Allah dalam diri umat. Kita doakan, semoga para Diakon tetap setia pada panggilannya. Berkat Tuhan senantiasa mendampingi mereka.

Gambar diambil dari Wikipedia 



Kamis, 25 Juli 2024

Pesta St. Yakobus Rasul

2 Kor 4:7-15

Mat 20:20-28

 

Saudara-saudara, sangat menarik merenungkan kedua bacaan pada Pesta St. Yakobus Rasul hari ini. Lewat Injil Yesus mengajak para muridNya untuk memiliki jiwa dan semangat pelayanan yang besar, bila mereka sungguh ingin menjadi murid Yesus sekaligus menjadi pelayan yang besar. Penegasan itu bertolak dari permintaan Yakobus dan Yohanes yang disampaikan lewat ibunya agar mendapat tempat Istimewa di samping Yesus.

Yakobus melihat bahwa dekat dengan orang yang popular dan besar ternyata sangat asyik. Bagaimana tidak? Dengan bersama Yesus, banyak orang mengikuti dan mencari mereka. Sekalipun kadang-kadang terasa capek, toh memiliki sukacita yang besar. 

Apalagi mereka akan masuk dalam lingkaran utama kelompok dua belas rasul. Di tengah situasi itu muncul pokok pembicaraan baru, bila Yesus sang Pemimpin “pergi”, siapa kelak menggantikanNya? Tentu hal yang paling mungkin adalah orang yang paling dekat. Ini disadari oleh Yakobus dan Yohanes. 

Maka, seperti sikap orang pada umumnya, Yakobus dan Yohanes ingin mendapat tempat istimewa di hati Yesus, dan juga dalam posisi kepemimpinan. Itu terungkap melalui ibu mereka, yang ingin agar mereka menempati posisi utama dalam kerajaan Yesus, satu duduk di sebelah kiri dan satu di kanan Yesus. Semua itu ungkapan kerinduan kehormatan. 

Sikap itu dikritisi Yesus dengan mengajukan pertanyaan kesediaan untuk meminum cawan/piala yg akan diminumNya. Memang mereka mengiyakan pertanyaan Yesus, tetapi toh masih dirasuki pikiran kehormatan, bukan pelayanan. Hal yg sama tampak dalam murid yang lain. 

Sekalipun mereka sepertinya mencela sikap Yakobus dan Yohanes, mereka juga ingin merebut tahta kepemimpinan. Sesungguhnya mereka cemburu, bahwa jika Yakobus dan Yohanes memiliki posisi sebagai lingkaran satu Yesus.

Di kala seperti itu Yesus menegaskan bahwa kualifikasi penting yg dimiliki oleh murid Yesus adalah sikap hamba yang melayani semua orang. “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”, kata Yesus. 

Menjadi pemimpin berarti harus bersedia melayani,  sampai turun ke bawah; bukan hanya dengan perkataan atau perintah, tetapi sungguh mau bekerja, sampai menyentuh hal yang paling rendah.

Sekarang ini, bagi banyak orang muatan kata pemimpin rasanya agak bebas dari unsur pelayanan. Kata pemimpin atau memimpin lebih dipahami sebagai jabatan kehormatan yg menghasilkan popularitas dan gengsi. 

Karena itu, banyak orang ketika melakukan kampanye pemilihan suatu jabatan atau kursi kepemimpinan memiliki jargon dan motto yg hebat, tetapi sesudah terpilih atau duduk di kursi kepemimpinan, unsur pelayanan sangat lemah. Banyak juga orang ingin memperebutkan kursi kepemimpinan dengan keinginan untuk menggapai popularitas dan kehormatan tersebut.

Dalam bacaan pertama, Rasul Paulus berbagi tentang pengalamannya dalam melayani. Pelayanan itu bagaikan bejana dalam tanah liat. Jiwa pelayanan itu rapuh. 

Di situ ditunjukkan bahwa jiwa pelayanan mesti berasal dari Allah.  Kalau dari manusia akan sangat rapuh. Orang yang mau melayani tanpa pamrih adalah hanya orang yang berasal dari Allah. 

Karena itu  memang harus sungguh melihat nilai pengorbanan. Teladannya ialah Yesus Kristus yang sengsara, wafat dan bangkit. Kini, semua orang Kristen juga harus memiliki semangat yang sama. 

Kita harus selalu hidup dalam semangat melayani kepada sesama, secara khusus bagi yang berkekurangan dan membutuhkan. Dan untuk itu perlu sikap pengorbanan tanpa pamrih. Yuk.. mari saling melayani! Selamat Pesta St. Yakobus Rasul! Tuhan memberkati! Pace e bene!

(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

Gambar diambil dari Wikipedia 


Rabu, 24 Juli 2024, 

Pekan Biasa XVI

Yer 1:1.4-10

Mat 13:1-9



Saudara-saudari terkasih. 

Perumpamaan Yesus tentang penabur yang menaburkan benih di berbagai jenis tanah menggambarkan aktivitas Tuhan bersama para utusanNya dalam mewartakan sabdaNya kepada semua orang. 

Sebagian benih tersebut jatuh di pinggir jalan dan tidak tumbuh; sebagian lagi yang jatuh di tanah berbatu yang humusnya tipis, lalu tumbuh sebentar tetapi cepat layu; dan sebagian lagi tumbuh di tengah semak duri, hingga sempat tumbuh namun lekas terjepit dan tertekan hingga mati; dan Sebagian lagi jatuh di tanah yang subur, hingga tumbuh dan berbuah mulai dari tiga puluh kali lipat hingga serratus kali lipat. Semua itu melukiskan aktivitas penabur yang menyebarkan sabda Tuhan kepada umat manusia. Sejumlah benih sabda Tuhan tidak bertumbuh di hati orang; sebagian diterima dan tumbuh sebentar, tetapi tidak berkembang; sebagian lagi bertumbuh baik, tetapi kemudian terjepit oleh berbagai situasi dan tuntutan, lalu mati juga; dan sebagian lagi bertumbuh baik dengan kualitas hasil yang berbeda pula, mulai dari yang rendah hingga besar.

Sebagai manusia pastilah kita terlebih dahulu menjadi penerima benih sabda, atau tergolong ke dalam tanah penerima benih. Soal kualitas tanah atau kesiapan hati kita menerima sabda tergantung pada diri kita masing-masing. Sehingga pertumbuhan benih dan hasil nyata dalam diri kita berbeda-beda juga. Kalau di masa lalu kita masih berupa tanah berbatu atau yang dihimpit semak, semoga ke depan menjadi tanah yang baik dan subur, yang hasilnya pun berkembang terus dari waktu ke waktu. Bila demikian kita menjadi umat kesayangan Tuhan, karena hidup sesuai dengan kehendakNya.

Namun, selain sebagai tanah atau penerima sabda, pada saatnya kita harus menjadi penabur benih, sebab demikianlah program Kerajaan Allah yang dicanangkan oleh Allah lewat Yesus Sang Putra bisa berjalan dengan baik. Kita tidak cukup hanya menjadi penerima Sabda, tetapi harus bertransformasi menjadi penabur sabda. Sabda Tuhan yang sudah kita terima mesti sebarluaskan atau wartakan kembali dalam hidup kita baik lewat perkataan maupun perbuatan hingga menghasilkan buah yang lebih melimpah lagi.

Keyakinan Nabi Yeremia sebagai orang pilihan Tuhan seperti diungkapkan dalam bacaan pertama kiranya menjadi inspirasi dan teladan bagi kita. Sadar sebagai orang yang dipilih Tuhan sejak dari dalam kandungan membuat Nabi Yeremia tetap bersemangat mewartakan firman Tuhan sekalipun dia harus mengalami aneka pergumulan dan penolakan dari teman sebangsanya. Semoga kita mampu meniru semangat nabi Yeremia, sehingga Kerajaan Allah sungguh berkembang lewat kehadiran kita. Tuhan memberkati! Pace e bene!

Dokumentasi Penulis 


Kamis, 25 Juli 2024

Pesta St Yakobus Rasul

Mat 20:20-28


Seringkali tatkala berpapasan di jalan raya dengan ibu-ibu yang berkendaraan di pagi hari, lampu sign menyala di sebelah kanan tapi ternyata malah belok kiri, demikian pula sebaliknya.. sehingga seorang teman berkata: “hati-hati kalau berpapasan dengan mamak-mamak di jalan raya.”

Ungkapan ini bukan rasis atau menyerang gender, namun bukannya tanpa alasan. Seorang ibu menjawab demikian: “ sadarkah Anda betapa beban dipundak seorang ibu begitu dahsyat di pagi hari? 

Ada banyak hal yang harus dia pikirkan dan jalankan dalam waktu yang bersamaan: persiapan sekolah anak, sarapan seluruh keluarga, rumah yg masih berantakan, belum lagi rencana belanja dengan uang yang harus di-pas-paskan.” Inilah the power of emak-emak: mereka melakukan banyak hal sampai melupakan dirinya sendiri. 

Hari ini gereja merayakan Pesta St Yakobus Rasul, dan kembali digaungkan kisah Ibunya yang menginginkan anaknya duduk di sisi kiri dan kanan Bapa di surga. 

Cinta ibu ini sungguh radikal bagi anak-anaknya sehingga mendapat reaksi amarah para murid Yesus lainnya. Namun melalui peristiwa ini kita mendapat pencerahan bahwa hakikat hidup yang sebenarnya adalah melayani bukan publisitas dan ketenaran.

Saudara-saudari terkasih,

Yesus berjalan di dunia ini untuk melayani dan bukan dilayani. Yesus tidak pernah bercita-cita menjadi terkenal. Yang Dia inginkan hanyalah mengikuti kehendak Tuhan tidak peduli betapa sulitnya itu. 

Ini juga harus menjadi prinsip hidup kita. Meski kenyataannya ada yang tertarik untuk melayani di gereja dengan motivasi: apa yang dapat diberikan atau apa yang dapat mereka peroleh dari gereja dan Yesus jika mereka melayani. 

Pelayanan yang sejati bagi gereja bukanlah tentang memiliki kuasa dan pengaruh, melainkan didasarkan pada kehilangan kuasa dan pengaruh demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar.

Tuhan memberkati 🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget