Keuskupan Sibolga

Latest Post

Gambar diambil dari Internet 


Senin, 16 September 2024

PW St Kornelius Paus & Martir; St Siprianus Uskup & Martir

Luk 7:1-10


Altruisme adalah sikap atau naluri untuk memperhatikan dan mengutamakan kepentingan dan kebaikan orang lain. Seseorang yang melakukan altruisme disebut sebagai altruis.

Gereja bertumbuh kembang lewat tindakan altruis yang sejak semula ditekankan oleh Yesus. Santo Kornelius Paus (tahun 251), memberikan diri dalam pelayanan secara total walaupun penganiayaan mengancam nyawanya. Pun pula Santo Siprianus (tahun 249), sangat giat menekankan pentingnya kasih sebagai pemersatu Gereja Kristus. Kedua pribadi ini kita peringati hari ini, guna menjiwai hidup kita.

Injil hari ini mengkisahkan sikap altruis  yang sangat mengagumkan seorang perwira militer terhadap budaknya;. Bayangkan ia pergi kepada Yesus untuk meminta kesembuhan bagi budaknya yang sakit parah. Kasih perwira militer kepada budaknya sangat menyentuh hati Yesus, itulah sebabnya Yesus mengabulkan keinginannya untuk kesembuhan bagi budaknya.

Saudara-saudari terkasih.

Siapakah budak di zaman modern ini? Yakni orang-orang miskin, terabaikan dan tidak punya daya untuk mempertahankan kehidupannya sendiri. Bisa jadi para budak zaman modern itu ada di sekitar kita. Sebagai pengikut Kristus yang altruis kita diundang untuk berbuat bagi mereka. “Bantuan meski kecil, sangat berarti bagi yang membutuhkan” 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Minggu, 15 September 2024

Pekan Biasa XXIV/B

Mark 8:27-35


Waktu Perang Dunia ke 2, suatu keluarga Yahudi telah mengalami penyiksaan. Lalu anak sulung dan anak bungsunya melarikan diri pergi mencari bantuan. Anak sulungnya pergi mencari orang yang dulu pernah membantu dirinya, sedangkan anak bungsunya pergi mencari orang yang dulu pernah dibantu oleh dirinya. Akhirnya anak sulungnya tertolong, sedang anak bungsunya bukan hanya tak mendapat bantuan bahkan dikhianati oleh orang yang dulu ia bantu.

Dalam kehidupan nyata manusia di dunia ini, orang yang benar-benar setia kepada dirimu biasanya adalah orang yang pernah menunjukkan kebaikan hatinya kepadamu. 

Injil hari Minggu ini menceritakan tentang Yesus yang meminta murid-murid-Nya untuk menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut-Nya.

Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.

Saudara-saudari terkasih, tiada manusia yg hidup bagi dirinya sendiri. Keberadaan kita saat ini tak lepas dari rentetan kebaikan yang telah diberikan pada kita. Kebaikan pasti akan bertumbuh kembang bila ada yang mau memulai dan meneruskannya. Yesus adalah pribadi yg setia dia telah memberikan kebaikan lewat pengurbanan di Kayu Salib. Yesus meminta kita menjadi pribadi yang menumbuh-kembangkan kebaikan dengan menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut-Nya. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Sabtu, 
Dokumentasi Penulis 

Pesta Salib Suci
Yoh 3:13-17

Tanda Salib bukan lagi sebuah lambang eksklusif umat Katolik. Bila kita menoleh ke lapangan sepak bola, ada banyak pemain sepak bola membuat tanda salib… “agar mirip Messi” : sahutnya, sambil membayangkan wajah pemain sepak bola Argentina yang mendunia saat ini. Bahkan banyak yang memakai tanda salib yang di tato atau pun kalung belum tentu pemakainya orang Kristen.. apalagi menghayati Lambang Salib itu…

Hari ini Gereja merayakan Pesta Salib Suci. Dalam Injil hari ini diceritakan tentang kasih Allah yang luas, pengorbanan Anak-Nya, dan tujuan Allah mengutus Anak-Nya ke dunia. Ia Mengorbankan diri di Kayu Salib keselamatan,  sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Saudara-saudari terkasih.
Bila kita memandang Tubuh Kristus di salib, tangan-Nya selalu terentang seakan-akan hendak merangkul siapa saja yang datang pada-Nya.  Kini dengan memandang salib Kristus pula kita dikuatkan untuk terus mengasihi dan mengampuni sesama; dan juga untuk bertumbuh dalam kerendahan hati, sebab itulah jalan yang dipilih Allah untuk menghantar kita kepada keselamatan kekal. Betapa dalamnya makna Salib itu, sehingga layaklah Tanda Salib itu melekat di batin kita, dan tidak semata kita buat di awal dan akhir doa secara tergesa-gesa.
Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Hampir setiap Minggu saya menghadiri Ekaristi di gereja karena saya selalu rindu bersatu dengan Tuhan lewat Ekaristi. Sayang rasanya melewatkan begitu saja kesempatan untuk bertemu secara istimewa dengan Tuhan Yesus dalam hosti kudus, dan setiap kali menerima hosti, saya membuka diri untuk diubah dalam segi apapun yang Tuhan kehendaki. 

Setiap kali menerima Hosti saya ingat apa yang dikatakan Yesus dalam Injil Yohanes 15 bahwa kita perlu bersatu dengan pokok anggur yang benar, yaitu Kristus.

Ekaristi menyatukan kita dengan Kristus. Penyatuan ini bukanlah sesuatu yang otomatis. Namun,  perlu dipererat dan diperdalam setiap hari hingga kita mencapai persatuan abadi kelak di Surga.

Doa setelah Komuni adalah saat intim bersama Yesus. Ada saat Yesus menghibur, meneguhkan atau membiarkan saya menangis dalam dekapan cinta-Nya. Ada juga saat saya merasa Tuhan sangat memahami dan menyayangi saya.

Saya tidak khawatir kata orang walaupun menangis dalam gereja. Tangisan meluapkan sebagian yang ada dalam jiwa saya. Ada waktunya juga kami saling berdiam dalam keheningan yang memesona seakan waktu terhenti.

Dalam tulisan ini, saya ingin membagikan pengalaman saya tentang mukjizat Ekaristi dalam hidup saya.

Ketika masih duduk di bangku kuliah, saya ikut misa bulanan yang dibuat Komunitas Mahasiswa Katolik (KMK) kampus. Dan ketika misa berlangsung, saya merasakan nyeri di bagian kepala saya sehingga ketika doa Bapa Kami saya harus duduk. Saya berharap sekali Tuhan menyembuhkan nyeri pada kepala saya. Dengan iman saya mengucapkan sungguh-sungguh: “Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh”.

Saya mengucapkan kalimat ini dengan kesungguhan hati dan kesadaran bahwa Kristus yang mau datang padaku berkuasa menyembuhkan.

Saat menyambut Komuni, saya mengimani penuh bahwa Tuhan mengalirkan kasih-Nya dan menyembuhkan saya.

Setelah itu saya mengikuti misa dan tanpa saya sadari saya dapat menyelesaikan misa tanpa terganggu oleh rasa sakit lagi.

Sepanjang sejarah Kristen, Tuhan kita telah menunjukkan kepada kita bahwa Dia benar-benar hadir sebagai Sakramen Mahakudus. Menariknya, banyak mukjizat Ekaristi telah terjadi selama masa-masa melemahnya Iman. Misalnya, banyak mukjizat Ekaristi telah terjadi sebagai akibat dari seseorang yang meragukan Kehadiran Nyata. 

Kebanyakan mukjizat Ekaristi melibatkan kejadian-kejadian di mana Hosti telah "berubah menjadi daging dan darah manusia". Tentu saja kita sebagai umat Katolik percaya bahwa Hosti yang dikonsekrasi berubah menjadi Tubuh, Darah, Jiwa, dan Keilahian Tuhan kita, dalam rupa roti dan anggur. Oleh karena itu, Yesus, melalui mukjizat-mukjizat ini, hanya menyatakan Kehadiran-Nya dengan cara yang lebih nyata.

"Lalu Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkan tanganmu dan masukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.

Memang bagi orang yang sudah percaya, mukjizat- mukjizat tidaklah penting; namun bagi orang yang memutuskan untuk tidak percaya, bahkan mukjizat yang terbesar sekalipun tidak akan pernah cukup. Jadi akhirnya terpulang pada kita masing- masing bagaimana kita menyikapinya, sebab Tuhan juga tidak pernah memaksa.

Semoga kita yang sudah percaya akan kehadiran Yesus dalam Ekaristi, dibimbing oleh Roh Kudus sehingga kita dapat semakin menghayatinya.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan. 

Salve🪷

(Ditulis oleh Vera Nainggolan, OMK Paroki Santa Maria Bunda Padangsidimpuan)

Gambar diambil dari Internet 


Jumat, 13 September 2024

PW St Yoh. Krisostomus Uskup & Pujangga Gereja

Luk 6:39-42


Setiap pagi sang istri mengkomentari kualitas cucian baju tetangga yg dijemur. Ia melihat dari jendela bahwa baju tak pernah bersih dicuci. Namun suatu waktu sang istri kaget karena ternyata sang tetangga ternyata bisa juga mencuci baju dengan bersih!!  Lantas Sang suami berkata, "Saya bangun pagi-pagi sekali hari ini dan membersihkan jendela kaca kita." Ternyata yang kotor selama ini adalah jendela kaca rumah mereka🤣 Begitulah kehidupan.  Apa yang kita lihat pada saat menilai orang lain tergantung kepada kejernihan pikiran (jendela) lewat mana kita memandangnya.

Dalam Injil hari Jumat ini, Yesus memperingatkan tentang menghakimi. Kita  cenderung melihat kesalahan orang lain tetapi tidak memperhatikan kekurangan kita sendiri. Kita cepat menuding orang lain, tetapi tidak punya keberanian dan kerendahan hati untuk menilai diri kita sendiri. kita harus menilai dengan saksama kebenaran dan kebijaksanaan kita sendiri sebelum mencoba menolong orang lain (Lukas 6:41–42).

Saudara-saudari terkasih, 

Hari ini Gereja memperingati St Yohanes Krisostomus. Ia dijuluki si mulut Emas karena memiliki talenta yang luar biasa dalam eksegese dan berkhotbah. Kiranya ini tidak muncul begitu saja. Ia menjalani penjernihan diri lewat hidup tapa yang ekstrem. Kejernihan dalam kata dan interaksi dengan sesama, akhirnya berpulang pada diri sendiri. Seperti doa yang diajarkan Kristus: “Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yg bersalah kepada kami..” 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Kamis, Pekan Biasa XXIII/B

12/09’24, Luk 6:27-38


“Satu-satunya cinta yang layak disebut CINTA adalah cinta tanpa syarat.” John Powell. Beliau menjelaskan kemudian: “Sebab, dengan cara demikianlah kita semua dicintai Tuhan, yang demi kita mengutus Putera-Nya menjadi manusia untuk mengorbankan nyawa-Nya demi kita. Dan karena kita dicipta menurut citra dan gambaran Tuhan itu, maka kita pun tidak dapat benar-benar saling mencintai selain dengan cinta tak bersyarat. 

Yesus memberi tahu kita dalam Injil: “Jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun mengasihi orang yang mengasihi mereka. Dan jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian (Lukas 6:32-33). 

Kasih terhadap musuh adalah perintah Yesus yang radikal karena mengajarkan kasih dan kemurahan hati yang tak terbatas.

Saudara-saudari terkasih.

Apakah cinta tanpa syarat, atau kemurahan hati yang tak terbatas itu nyata? Saya berani mengatakan: “Ya!!” Saya alami dan temukan itu dari orang tua saya sendiri. Cinta mereka semakin nyata ketika mereka bersentuhan dengan keterbatasan akal, materi maupun maupun kemampuan yang ada pada diri mereka. Namun mereka tetap setia  menjadi orang tuaku. Jadilah pribadi yang setia itulah cinta sejati. 

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Rabu, 11 September 2024

Pekan Biasa XIII/B

Luk 6:20-26


Pada saat kunjungan ke Indonesia, Paus Fransiskus diketahui terbang dengan pesawat komersial dan menolak fasilitas mobil mewah hingga duduk di kursi penumpang bagian depan. "Sikap Paus dalam kunjungan kenegaraan dan apostolik ke Indonesia mengajarkan secara langsung kesederhanaan dan membawa pesan kerukunan antara umat beragama, suku bangsa, ras dan golongan yang merupakan semangat persatuan," kata Ketua Umum Jaringan Kemandirian (JAMAN) Iwan Dwi Laksono dalam keterangannya, Rabu (4/9/2024).

Dalam Injil suci hari ini Yesus Kristus menegaskan pandangan banyak orang mengenai keadaan kehidupan setiap orang dewasa ini dimana kita melihat orang yang miskin menjadi sangat miskin, namun di balik kekurangan itu terdapat spiritualitas dan kesetiaan mereka yang kuat kepada Tuhan.

Saudara-saudari terkasih.

Apakah kita rela menjadi miskin untuk merasa lapar, menangis, dan dihina demi iman kita yang teguh kepada Yesus? Pertanyaan ini akan mendorong kita untuk berpikir keras karena tidak mudah untuk menjadi miskin untuk merasa dihina, menangis, dan lapar demi pemuridan kita yang teguh bersama Yesus. Namun Paus Fransiskus telah memberi teladan pada kita, bahwa itu semua bukan mustahil. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget