Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya, suku, bangsa, maupun bahasa. Keanekaragaman ini mencerminkan kekhasan Nusantara yang penuh dengan kekayaan, baik dari segi natural maupun kultural. Ada lebih dari 300 suku yang tersebar di penjuru Indonesia.[1] Di antara banyaknya suku yang tersebar, ada satu suku yang mungkin sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia itu sendiri yakni suku Batak Toba. Suku Batak Toba dikenal karena memiliki kekayaan budaya, tradisi, maupun adat-istiadat yang khas. Keberadaan kebudayaan, tradisi, maupun adat istiadat ini menandakan bahwa orang Batak masih mewarisi dan menghidupi beberapa warisan yang telah disampaikan oleh para leluhur mereka.
Sebagaimana kebudayaan identik dengan simbol-simbol, suku Batak juga menerapkan hal yang demikian. Ada banyak simbol, entah dalam bentuk benda maupun makhluk hidup, yang digunakan oleh orang Batak guna mengungkapkan makna atau manifestasi tertentu terhadap suatu hal. Salah satu diantaranya adalah ikan mas. Bagi orang Batak (biasa disebut halak hita Batak), ikan mas merupakan ikan yang berharga dalam kebudayaan adat Batak Toba.
Kalau kita mau melihat lebih jauh lagi, makna simbolis ikan mas ini lebih tepatnya menggambarkan kehidupan/kepribadian maupun tujuan dari orang Batak itu sendiri. Contoh konkritnya adalah ungkapan “hamoraon, hagabeon, hasangapon”. Hamoraon artinya kekayaan, Hagabeon artinya kesuksesan, memiliki keturunan, dan Hasangapon yang artinya adalah kehormatan. Selain itu, kehidupan ikan mas yang berada di dalam air, atau di Danau Toba benar-benar menyimbolkan kehidupan orang Batak, di mana ikan tersebut selalu berenang ‘bersama-sama ke depan’, atau dalam bahasa Batak “mudur-udur atau sauduran”. Sifat ikan mas ini adalah cerminan dari kehidupan orang Batak, dimana setiap kegiatan pasti dijalankan secara bersama-sama, baik upacara adat, keseharian, pergaulan, dst.
Sebagian orang Batak percaya bahwa suatu benda yang memiliki keindahan sekaligus menakutkan dan menggetarkan akan dianggap sebagai barang sakral dan memiliki roh. Dari sebab itulah setiap orang tidak boleh sembarangan mengambil, merusak, atau menyalahgunakannya. Misalnya ikan mas di Danau Toba yang sudah berukuran tidak normal (besar) diyakini sebagai penjaga danau tersebut. Itulah sebabnya setiap orang harus Marsattabi (meminta izin, memberi hormat) sebelum melakukan kegiatan di danau Toba.
Karena keindahan ikan mas ini, akhirnya orang Batak juga menganggap ikan tersebut sebagai simbol berkat. Hingga akhirnya ikan itu dijadikan sebagai persembahan yang penuh dengan berkat dari Yang Mahakuasa di dalam acara adat Batak. Orang Batak menyebutnya “dekke simudur-udur”. Dekke simudur-udur adalah simbol berkat, harapan, atau doa yang diberikan kepada seseorang. Bagi orang Batak, berkat itu termanifestasi dalam bentuk ikan mas atau dekke simudur-udur. Mengapa harus ikan mas? Karena ikan mas itu indah dan layak untuk dipersembahkan kepada Yang Mahakuasa.
Secara kuantitatif, dekke simudur-udur tidak terlalu mempersoalkan jumlah ikan yang harus diberikan. Memang pada umumnya disediakan 3 ekor. Penyerahan dekke simudur-udur umumnya diberikan kepada pasutri yang baru menikah, suami istri yang baru mendapatkan anak, acara adat, syukuran (lulus kuliah, tahbisan, dll) Paborhatton (memberangkatkan anak yang hendak merantau), dan masih banyak lagi. Melalui penyerahan dekke simudur-udur tersebut, mereka sangat berharap semoga orang-orang yang diberi dekke simudur-ud
ur ini mampu menjalani kehidupan layaknya seperti ikan mas yang selalu bersama-sama dan maju ke depan dengan harapan dan tujuan yang dicita-citakan. [Penulis adalah calon imam Diosesan Keuskupan Sibolga, Tingkat II]
[1] L.A.S. Gunawan, Filsafat
Nusantara: Sebuah Pemikiran Tentang Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 2020),
hlm.11.
Bertepatan dengan pembukaan Bulan Kitab Suci Nasional 2022 Minggu, 04 September 2022 bertempat di Gereja Katolik St. Maria Bunda Para Bangsa Gunungsitoli, diadakan misa penyambutan dan penerimaan para Pastor dan Frater MSF. Misa dipimpin oleh Vikep THB Pst. Ignatius Purwo OSC didampingi Pastor Paroki St. Maria, Rm. Mikael To, wakil Propinsial MSF Propinsi Jawa Rm. Pieter MSF, Pst. Ando Gurning dan dua pastor MSF yang akan berkarya di Paroki St. Maria yaitu Rm. Antonius Kustianto MSF dan Rm. Aloysius Dany Raditya MSF. Juga ada seorang Frater MSF yang akan menjalani Tahun Kerasulan di Paroki St. Petrus dan Paulus Idano Gawo.
Bapa Uskup, Mgr. Fransiskus Sinaga, P. Blasius, Sekretaris Keuskupan, Ekonom, P. Alboen Simatupang, P. Yosef Sinaga, Kustos Kustodi Kapusin Sibolga dan Pastor Paroki St. Yosef Pandan, P. Donatus Tarihoran memimpin dan mengikuti pemberkatan Apotek St. Melania, Sarudik Jumat, 02 September 2022.
Rabu, 31 Agustus 2022, P. Donatus Tarihoran, Pr secara resmi diangkat menjadi Pastor Paroki St. Yosef Pandan, menggantikan P. Bartolomeus Sihite, Pr yang akan pindah ke Kuria Keuskupan Sibolga untuk secara full time mengemban tugas sebagai Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Sibolga.
Acara serah terima jabatan Pastor Paroki St. Yosef Pandan diadakan dalam Perayaan Ekaristi di Gereja St. Yosef Pandan, yang dipimpin oleh Bapa Uskup Keuskupan Sibolga, Mgr. Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga, yang turut dihadiri oleh Vikjen Keuskupan Sibolga, P. Gregorius Fau, OFMCap., Ekonom Keuskupan Sibolga, P. Alboin Simatupang, Pr serta P. Blasius S. Yesse, Pr. Umat yang hadir dalam perayaan ini adalah Pengurus DPPI, para pengurus KBG, Tim Katekese Paroki, OMK dan kelompok-kelompok kategorial serta komunitas-komunitas religius di Pandan.
Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) terbentuk di Kotamadya Sibolga. Pembentukan ini terjadi setelah tokoh-tokoh umat Katolik di Kota Sibolga berkumpul Jumat, 26 Agustus 2022 di Ruper Paroki Katedral St. Theresia Sibolga.
Adapun susunan pengurus FMKI kota Sibolga sebagai berikut: Ketua: Mangurus Tumanggor, Wakil Ketua: Yustus Simanullang, Sekretaris: Agustinus Hutabarat , Wakil Sekretaris: Yulia Simanullang, dan Bendahara: Juliana. Pengurus ini terpilih setelah sebelumnya forum memilih 7 orang tim formatur.
Pembentukan FMKI yang diinisiasi oleh Biro Kerawam Keuskupan Sibolga bekerjasama dengan paroki Katedral Sibolga ini sejalan dengan fokus biro Kerawam pada revitalisasi ormas-ormas Katolik di wilayah Keuskupan Sibolga. Fokus revitalisasi ormas antara lain: FMKI, Pemuda Katolik, WKRI, ISKA, PMKRI dan juga LP3KD di tingkat kabupaten kota. (p3m)
Selamat jalan dan selamat bertugas Sr. Sesiliana, CB dan selamat datang serta selamat bertugas untuk Sr. Lidia, CB
Sampai saat ini panitia telah menerima 70-an calon peserta Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB) dan Masa Bimbingan (MABIM). Diakui oleh ketua PMKRI Cabang Nias Mise Zega, target awal peserta sekitar 20-30 orang.
Membludaknya calon peserta ini, menurut Ceperianus Gea Mantan Ketua PMKRI Medan yang terlibat dari awal untuk MPAB ini membuktikan bahwa PMKRI masih sangat dirindukan kehadirannya di tengah perkembangan sosial politik di Kepulauan Nias.
Rencana MPAB akan diadakan di Paroki Kristus Raja Gido pada 31 Mei-2 Juni 2022.
Pengkaderan anggota ini merupakan kerjasama dari PMKRI cabang Nias dengan Biro Kerawam Keuskupan Sibolga. Hal ini sesuai dengan permintaan uskup Sibolga Mgr Fransiskus T Sinaga tentang pentingnya pengkaderan kaum awam Katolik khususnya tingkat mahasiswa.
Ketua Biro Kerawam Keuskupan Sibolga, Pst Paulus Posma Manalu, Pr mengatakan bahwa kegiatan ini sangat baik dan diharapkan dapat menjadi titik awal bangkitnya kader muda Katolik yang dijiwai nilai-nilai Kekatolikan.
Oleh: Rm. Posman Manalu, Pr.
Umat berphoto bersama Pst. Gusti Faran
Minggu, 29 Mei 2022 tepat pada Hari Raya Paskah VII dan Hari Komunikasi Sosial Sedunia Ke-56, Pastor Gusti Faran, Pr merayakan ekaristi di Stasi St. Petrus dan Paulus Rasul Lobu Singkam Aek Raisan Paroki Katedral St. Theresia Lisieux Sibolga. Jumlah umat yang ada di stasi ini sekitar 15 KK. Bpk Lumbantobing selaku voorhanger menghimbau agar umat stasi Lobu Singkam tetap semangat dan setia hadir untuk beribadah pada setiap hari Minggu.
Setelah acara perayaan ekaristi selesai, Bpk Josep dan Bpk Simon dari Sibolga membagi-bagikan roti dan susu sumbangan sukarela kepada seluruh umat yang hadir terutama kepada anak-anak. Terima kasih banyak untuk Bpk Josep dan Bpk Simon yang telah beberapa kali memberikan sumbangan secara sukarela untuk umat stasi Lobu Singkam Aek Raisan. Semoga Bpk Josep dan Bpk Simon selalu diberkati Tuhan dan murah rejeki.
Disamping pelayanan ekaristi, Pastor Gusti Faran juga memberikan pelayanan pengurapan orang sakit kepada salah seorang umat stasi Lobu Singkam yaitu Bpk S. Lumbantobing yang telah lama menderita sakit. Bpk S. Lumbantobing ini juga salah satu tokoh penggagas berdirinya gereja stasi St. Petrus dan Paulus Rasul Lobu Singkam. Semoga umat stasi Lobu Singkam selalu diberkati oleh Tuhan.