2024

RP. Yoakhim OCarm memerciki tempat peletakan batu pertama Gereja Stasi Kualo Maros


Jumat, 6/12’24, 

Pekan Advent I/C. 

Mat. 9:27-31. 


Seekor kera dengan bangga menceritakan pada temannya “bahwa ia berhasil menyelamatkan ikan dari kolam dan meletakkannya di daratan.” Teman-temannya menjawab : “Engkau bagaikan kera yang terbang di angkasa.” Hidup ikan kodratinya di dalam kolam demikian pula kera, secara kodrati tidak terbang di angkasa. Terkadang demi hal sepele kita pun bisa kehilangan orientasi hidup kita. 

Injil hari ini mengisahkan : “Iman adalah penglihatan sementara ketidakpercayaan adalah kebutaan.” Inilah sebabnya mengapa kedua orang buta ini mengikuti Yesus bahkan sebelum mereka melihat: iman mereka kepada Kristus telah menuntun orientasi mata hati mereka untuk melihat melampaui kebutaan.

Saudara-saudari terkasih, Doa adalah “tangisan” yang tidak takut “menjengkelkan Tuhan”, “membuat gaduh”, seperti ketika “mengetuk pintu terus-menerus”. Di sinilah, -menurut Paus Fransiskus- makna doa yang harus dipanjatkan kepada Tuhan dalam semangat kebenaran dan kepastian, bahwa Dia benar-benar dapat mengabulkannya. Layaknya nafas bagi manusia, doa adalah hidup matinya iman kita. Hidup beriman adalah doa yg tak kunjungan henti. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Foto pengantin memohon doa restu orang tua dalam upacara Sakramen Pernikahan di Stasi Muara Manompas

Kamis, 5/12’24, 

Mat 7:21.24-27. 

Pekan Adven I/C


Seorang ayah setiap pagi meninggalkan anak saat masih tidur dan pulang kerja menemukan anaknya sudah tidur. Pasangan muda-mudi yang sedang jatuh Cinta mungkin lebih banyak duduk berdua tanpa kata-kata dengan tangan digenggam tanpa HP mengganggu. 

Seorang ibu di saat tua mungkin lebih banyak berdiam diri tapi hati selalu dekat dengan anak-anaknya. Inilah Cinta tanpa Kata. Cinta ini lebih tulus daripada kata-kata yang viral tapi sering tidak nyata hanya menimbulkan polusi kata belaka. 

Dalam Injil hari ini, Yesus membandingkan orang bijak dan orang bodoh: yang satu mendengarkan Tuhan sebagai dasar hidupnya, ibarat membangun rumahnya di atas batu, yang lain, tidak mendengarkan Firman Tuhan dan hidup berdasarkan penampilan, ibarat membangun rumah di atas pasir. 

Prinsip dalam hati dan penampilan luar diri bukanlah hal buruk tetapi bila lebih mengutamakan penampilan daripada prinsip hidup tentu akan menurunkan kualitas hidup sesungguhnya. 

saudara-saudari terkasih.

Dasar hidup orang beriman bukan pada apa yang kelihatan. Seperti kokohnya sebuah rumah bukan karena cat ataupun aksesorisnya, tetapi tergantung pada fondasi yang tertanam di dasarnya.

Demikianlah rumah “kita” itu secara bertahap akan berakar kuat pada batu karang yang merupakan Sabda-Nya, Sebab kokohnya rumah tangga bukan berasal dari rumah itu sendiri, melainkan cinta tanpa kata setiap penghuninya. Kiranya Cinta Kristus menjadi inspirasi setiap anggota keluarga.

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

P. Adytia Peranginangin OCarm menyalurkan bantuan sepatu kepada anak-anak sekolah di Stasi Pedalaman dari Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 

Rabu, 4/12’24 

Advent I/C, 

Mat 15:29-37


“Pengalaman Kasih adalah kisah abadi yg terpatri di sepanjang hidup.” Suatu pagi -saat masih SD- saya hendak berangkat sekolah dan menemukan pakaian sekolah tidak utuh kancingnya. Maka saya memberitahu ibu saya. Dengan pandangan mata yg penuh kasih -ia juga ingin anaknya sekolah seperti yang lain- maka langsung ia mengkombinasi beberapa kancing baju yang ada untuk dilepas sementara dan dikenakan ke baju sekolah saya. Hasilnya? Saya sekolah dengan kancing baju warna pelangi🤣🤣🤣. Kasih itu sungguh sangat kreatif.

Pemandangan yang dihadirkan Injil kepada kita hari ini merupakan sumber pengharapan besar bagi kita yang beriman kepada Kristus, namun juga bagi seluruh umat manusia: banyak orang di sekeliling Yesus “membawa serta orang-orang lumpuh, orang-orang cacat, orang-orang buta, orang tuli dan banyak orang sakit lainnya. Mereka membaringkan para pesakitan di depan kaki-Nya, dan Ia menyembuhkan mereka.” Bukan cuma menyembuhkan tapi memberi makan semua yg sakit maupun sehat. Mengapa? Karena “belas kasih”

Saudara-saudari terkasih. Seperti Yesus yang berbelas kasih, dan para orang tua lain yang berempati pada anaknya, kita semua diundang oleh Yesus untuk meneladan Dia. Berdoa memohon bantuan Tuhan adalah baik, tetapi akan menjadi lebih baik dan bijaksana bila kita pun berusaha untuk berbuat sesuatu membantu sesama. Kasih itu kreatif dan hati kita adalah istana kasih kini saatnya keluar untuk berbagi kasih lewat aktivitas hari ini. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Ekspresi wajah anak-anak menyambut pewartaan Injil Pastor di desa


Selasa, 3/12’24, 

Mark 16:15-20

Pesta St Fransiskus Xaverius, imam & Pelindung misi. 


Dalam acara perutusan para suster yang berkaul kekal, dipanggillah seorang bapa mewakili orang tua para suster untuk memberi sambutan. 

Bapa ini begitu bersemangat memberi kata sambutan, sampai-sampai gigi palsunya lepas dan terjatuh di bawah mimbar tempat ia menyampaikan kata sambutan. Lantas ia memungut kembali giginya & berkata: “Para suster, bermisi itu seperti gigi palsu ini, harus berani keluar dari diri sendiri, tapi tetap harus masuk kembali ke biara menimba spiritual !!!” Sahutnya memasukkan kembali gigi palsunya 🤣🤣🤣

Apakah Injil hari ini untuk kita atau tidak ada hubungannya dengan kita? Tentu saja untuk kita, dan terhubung dengan kita! Kita juga dapat mengusir si jahat, jika dalam nama Yesus menolak godaan dosa. Kita juga dapat berbicara dalam bahasa Roh yang baru, yaitu bahasa kasih, yang dipahami semua orang dan selalu baru. Kita juga dapat menangani ular tanpa bahaya, yaitu, dengan memiliki keberanian & menghadapi masalah kehidupan setiap hari. Injil adalah untuk semua orang dan kita masing-masing dipanggil untuk menyampaikannya kepada semua orang.

Saudara-saudari terkasih, Sebelum kembali kepada Bapa, Yesus mengingatkan dan mengajak kita, tanpa melupakan surga, untuk mengalihkan pandangan kita ke dunia kita, ke seluruh umat manusia, dengan keinginan agar setiap orang diselamatkan. Dan kita dipanggil untuk menjadi instrumen yang rendah hati dalam pemberitaan keselamatan ini.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Acara Makan Bersama di tengah Kegiatan Pembinaan Putra-putri Altar Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori 


Senin, 02 Desember 2024

Advent I/C.

Mat 8:5-11.


Seorang penjual sarapan lontong menemui seorang anak remaja dengan pakaian lusuh di depan warungnya. Si remaja memelas meminta makan karena baru minggat dari rumah. Si penjual menaruh iba dan memberi sepiring lontong padanya. 

Sehabis makan, si anak begitu terharu sampai meneteskan air mata mengucapkan terimakasih padanya. Si penjual menyadarkan si anak dengan sepatah kalimat: “Anakku, kamu tidak adil!” Si remaja kaget dan bertanya: “mengapa?”. 

Lalu si penjual berkata: “saya hanya sekali berbuat baik engkau begitu terharu sampai menangis, padahal orang tuamu pasti tak terhitung kebaikan yg ia beri padamu tapi kau tinggalkan. Pulanglah kembali anakku.”

Kisah penyembuhan Hamba perwira Romawi oleh Yesus. Menimbulkan auto kritik bagi kita:  seorang penyembah berhala, lebih tepatnya  perwira Romawi. Yang menjajah & mengeksploitasi manusia dan tanah Yahudi.  Tapi dia datang mencari Yesus, karena percaya  “cukup Bersabda sepatah kata saja maka hambanya sembuh.” Sementara banyak dari kaumNya sendiri yang menolakNya. 

Saudara-saudari terkasih, Yesus menganugerahi kesembuhan bagi perwira yg percaya. Kata-kata perwira Roma ini, kiranya selalu kita ulang-ulang sebelum menyambut Tubuh Kristus dalam Ekaristi. 

Apakah tubuh Kristus berdayaguna bagi kita? Menyambut tubuh Kristus dengan iman yang tulus memberi dampak kesembuhan spiritual yang menimbulkan efek positif dalam hidup kita sehari-hari. “Bersabdalah ya Tuhan maka hambamu akan sembuh.”

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Rm Adytia Peranginangin OCarm bersama Ibu-ibu yang sedang menunggu umat lainnya untuk gotong royong

Minggu, 01/12’24. 

Advent I /C, 

Lukas 21:25-28,34-36


Pada zaman perang dunia I, seorang prajurit ditangkap di lokasi musuh. Malam harinya dia gemetar ketakutan karena esok mungkin akan disiksa saat interogasi, sehingga sama sekali ia tak bisa tidur, meskipun badan sudah sangat lelah. Karena cemas akan hari esok. Ia lalu teringat akan guru spiritualnya yang mengatakan: “saat yang nyata adalah saat ini, hari esok belumlah kenyataan.” Maka ia pun kembali ke  saat ini dan akhirnya bisa tidur pulas. “Ada begitu banyak insan di dunia hidup di tempat yang sama tapi tidak di waktu yang sama.”

“Sungguh, kuasa-kuasa langit akan terguncang. Kemudian mereka akan melihat Anak Manusia datang di awan dengan kuasa dan kemuliaan yang besar.” Perikop Lukas di Minggu Advent I, menyajikan dua cara hidup, dua wajah kemanusiaan: di satu sisi mereka yang “ akan mati karena ketakutan dan karena menunggu apa yang akan terjadi di bumi” (21,26); di sisi lain, mereka yang memiliki kekuatan untuk " berdiri di hadapan Anak Manusia"

Saudara-saudari terkasih, apa yang membuat kita bisa berdiri tegak menghadapi segala kenyataan hidup? Tak lain dan tak bukan karena kekuatan prinsip yang ada di dalam hati setiap insan. Pada masa Advent ini kita disadarkan akan prinsip iman yang menyadarkan kita  untuk hidup saat ini dan menggantungkan harapan pada Tuhan. Hidup yang bergantung pada Tuhan membuat mampu berdiri di hadapan Tuhan. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Rm. Adytia Peranginangin OCarm bersama peserta penerima Komuni Pertama Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 


Sabtu, 39/11’24, 

Mat. 4:18-22

Pesta  St Andreas Rasul 


Seorang murid datang hendak berguru pada pemimpin spiritual. Kandidat murid berkata: “Aku datang dengan tangan kosong pada guru.” Maka sang guru berkata: “Tinggalkanlah ke-kosong-an mu itu, baru ikuti aku.” 

Kosong adalah sebuah kebermilikan terhadap sebuah kondisi. Tak jarang ini dijadikan alasan untuk berubah. 

Dalam Injil hari ini termuat kisah panggilan Simon Petrus dan Andreas saudaranya. “Mari ikutlah Aku, dan kamu akan ku jadikan penjala manusia” : sahut Yesus.  Kewibawaan Yesus membuat mereka berdua tanpa tawar-menawar segera meninggalkan segalanya dan mengikut Yesus. 

Saudara-saudari terkasih, kita diciptakan untuk surga dan bukan untuk bumi. Bumi hanyalah sebuah pekarangan, lembaran kosong tempat kita menandatangani persetujuan atas langit. Persetujuan ini didasarkan pada panggilan-Nya. Panggilan adalah wujud cinta yang menembus hati mereka yang meninggalkan dirinya sendiri. Pesta St Andreas yang diperingati hari ini, sekaligus mengingatkan kita semua “Bahwa kita pun dipanggil oleh-Nya”

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Bencana Longsor di Berastagi (kompas.id)



Jumat 29 Nopember 2024, 

Hari Biasa

Why 20:1-4.11-15;21:1-2

Luk 21:29-33


Saudara-saudari terkasih. Di kala kita hidup dalam aneka tantangan dan ancaman, terkadang kita terasa dalam goncangan iman yang dashyat. Mungkin muncul juga pertanyaan; Apakah sungguh Tuhan mahakuasa atas segala tantangan dalam hidup ini? 

Kedua bacaan hari ini memberi jawaban atas pergumulan-pergumulan hidup kita, yakni bahwa segala badai kehidupan dalam aneka bentuk pasti akan berlalu. Sekalipun kita menghadapi aneka kesulitan dan tantangan, Tuhan pasti menguatkan kita dan meluputkan kita dari badai tersebut, bila kita kedapatan setia kepada Allah. 

Penginjil Lukas menggambarkannya lewat pohon-pohon, seperti pohon ara di tengah musim semi: Apabila pohon mengeluarkan tunas, itu pertanda sedang memasuki musim semi, musim penuh bunga, sekaligus pertanda adanya kehidupan. Selanjutnya akan menyusul musim panas, musim panen dan menikmati segala berkat Tuhan. 

Semua itu terjadi setelah melewati musim gugur dan musim dingin, yakni periode yang sangat menegangkan dan beku. Badai dan pahit getirnya hidup selama musim gugur dan musim dingin akan berlalu, dan digantikan dengan indahnya musim semi dan musim panas.

Dalam bacaan pertama (Wahyu), akhir dari tantangan itu dilukiskan dengan kehadiran malaikat Tuhan yang membinasakan segala kuasa kejahatan yang tampak dalam diri ular naga, iblis dan setan. 

Dan kemudian Tuhan memberikan kehidupan baru kepada orang-orang mati yang namanya telah tercatat dalam buku kehidupan, yakni mereka yang setia dalam iman kepada Allah Bapa dan PutraNya Yesus Kristus, dan setia melakukan kebaikan sesuai dengan kehendak Tuhan, sekalipun menghadapi berbagai pergumulan dan tantangan hidup. Mereka pun menikmati kehidupan kekal bersama Allah dan para kudus-Nya di surga.

Pesan bacaan-bacaan ini hendak meyakinkan kita agar tidak mudah lengah dan putus asa di saat menghadapi aneka goncangan dan pergumulan hidup. Filosofi “Badai Pasti berlalu” hendaknya kita pegang, dan menjadi motivasi bagi kita untuk mengatasi segala kesulitan dalam hidup. 

Bila kita setia kepada Tuhan, Ia akan memberikan ganjaran terbaik bagi kita, yakni kehidupan yang kekal. Maka, jangan pernah putus asa dalam situasi hidup yang sulit, tetapi tetap belajar percaya pada Tuhan. 

Tuhan memberkati! 

Pace e bene!


(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

Cakrawala Menjelang Terbenamnya Matahari dari Halaman Pastoran Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 


Jumat, 29/11’24, 

Luk 21-29-33

Pekan Biasa XXXIV/B


Refleksi Akhir zaman ini sangat menyentuh hati dan raga di bulan November ini. Di saat pembangunan luar biasa di kota Medan, malah banjir mengepung dan membuat segalanya tak berdaya. Di saat ekonomi dan pengetahuan mencapai puncaknya, dunia malah berlomba saling menghancurkan di Rusia-Ukraina, justru di tempat suci timur tengah terdapat api dendam yang tak kunjung padam. 

Kejadian tak terbendung yang mendominasi hidup kita saat ini, sebenarnya bukan sekadar kekacauan, namun jika dicermati, ada logika tersendiri di dalamnya.

Dalam Injil hari ini, Yesus bersabda: “Langit dan bumi akan berlalu tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.” Kehidupan di bumi ini tidak ada yang abadi. Tidak ada makhluk hidup yang dapat memperlambat atau mempercepat waktu, tetapi setiap saat segalanya berubah dan hukum besar kehidupan terus menerus terjadi bahkan tubuh biologi manusia ada batasannya. 

Saudara-saudari terkasih. Kiranya pandangan mata kita jangan hanya pada dunia ini, namun juga pada tujuan keberadaan kita yaitu bukan untuk hidup selamanya di bumi melainkan kembali kepada Tuhan. Sehingga dasar relasi, pekerjaan, jalan hidup bahkan kebiasaan hidup kiranya menjadi langkah sadar untuk membawa kita kembali padanya. Caranya? Lakukan semua itu sebagai persembahan buat Tuhan. 

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Rm. Adytia Peranginangin OCarm berfoto di atas makam kakek-nenek dan orangtuanya 

Kamis, 28/11’24, 

Lukas 21:20-28

Pekan Biasa XXXIV/B 


Apa yang membuat Anda takut? Sebagian besar orang menutup mata bila mengalami ketakutan. 

Saya ingat nenek dan ibu kami menunjukkan garis tangan  huruf “M” pada tapak tangan setiap kali ketakutan dan menutup mata dengan tapak tangan kiri & kanan. Mereka mempersepsi  huruf “M” dengan  “Mengingat & Mati” atau “ingat bahwa kita semua harus mati.” 

Cukup masuk akal dan bijaksana untuk selalu mengingat bahwa momen ini akan datang pada saat yang tidak kita duga? Bukankah kita akan berusaha memberikan makna hidup yang benar jika itu akan terjadi?

Injil hari ini berisi dua nubuat dari Yesus: penghancuran Yerusalem oleh tentara Romawi pada tahun 70 M dan kedatangan Kristus yang kedua. Yesus memberi tahu kita, dengan gambaran yang kuat, bahwa atas setiap penderitaan yang menghancurkan manusia dan sejarah, kasih-Nya dan kasih Bapa berkuasa, membebaskan kita dari kejahatan, dari kematian, dan dari dosa.

Saudara-saudari terkasih. Apa yang dinubuatkan Yesus tentang kehancuran Yerusalem memang benar terjadi (berdasarkan tulisan ahli Sejarah Josephus Flavus sekitar tahun 70-75M). Dari pada berfokus pada tragedi atau kesulitan yang akan terjadi sebelumnya, kita harus bangkit dan mengangkat kepala karena pada akhir-nya Kasih-Nyalah yang menyelamatkan. 

“Hiduplah seolah engkau akan mati besok. Belajarlah seolah engkau akan hidup selamanya” Mahatma Gandhi.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Umat menghitung uang kolekte di Gereja Stasi


Rabu, 27/11’24, 

Pekan Biasa XXXIV/B

Injil Lukas 21:12-19


Suatu hari di perusahaan otomotif kedatangan inspektorat dari Jepang. Sang pengawas marah dan teriak-teriak pakai bahasa Jepang!! Semua pegawai pucat pasi menunduk tak ada yg bisa menjawab pimpinan dengan bahasa Jepang. Semua pegawai mulai saling berbisik dan bertanya: “Siapa yang bisa bersaksi omong Jepang agar pimpinan tidak marah-marah terus? Ternyata Mas Nrimo sang tukang sapu kantor bisa omong Jepang. Maka semua pegawai mempersilahkan dia untuk omong Jepang. Benar, Mas Nrimo langsung teriak sekeras-kerasnya :“Jepaaaaaang.” Spontan semua pegawai lari tunggang langgang ke luar kantor. Karena ternyata si Nrimo hanya bisa omong Jepang tapi tak bisa berbicara bahasa Jepang 🤣🤣🤣

Dalam Injil diceritakan, Yesus berkata kepada murid-muridNya: “Mereka akan menangkapmu dan menganiaya kamu, menyerahkan kamu ke sinagoga dan penjara, menyeret kamu ke hadapan raja dan gubernur, karena namaKu. Anda kemudian akan memiliki kesempatan untuk memberikan kesaksian.” -Kesaksian hidup lebih bersuara dibanding kesaksian kata-

Saudara-saudari terkasih. Setiap murid Yesus tentu tidak ingin dianiaya, tetapi harus menyadari bahwa semakin dia menghayati Injil, semakin dia tidak disukai oleh logika dunia. Jika dunia memfokuskan segalanya pada harta benda, uang, kenikmatan, penampilan, maka mereka yang hidup sesuai dengan Injil tidak dapat ditoleransi oleh dunia. Sikap toleransi, sederhana dan ugahari adalah kesaksian nyata bagi pengikut Kristus saat ini. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Foto bersama di rumah Umat KBG St. Petrus Huta Godang seusai Merayakan Ekaristi 


Selasa, 26 November 2024

Pekan Biasa XXXIV/B

Luk 21:5-11


Suatu hari tiga orang ibu berkumpul dan saling membanggakan putera mereka masing-masing. 

Ibu pertama: “Anakku seorang dokter. Sebelum ia datang ke tempat praktek, semua pasien sudah antri!” 

Ibu kedua tak mau kalah: “ Anakku tentara. Setiap kali dia melintas semua orang pasti menghormat!!” 

Ibu ketiga : “Anakku pemuda ganteng. Setiap kali jumpa para ibu semua teriak OH MY GOD!!!” 🤣🤣🤣 “penampilan sering hanya indah dipandang mata”

Injil hari ini menceritakan,  tentang kekaguman orang-orang akan bait suci, yang dihiasi dengan batu-batu indah dan hadiah nazar. Yesus berkata: “Akan tiba saatnya apa yang kamu lihat diruntuhkan dan tidak satupun batu dibiarkan terletak di atas batu lain.” Kekaguman yang sejati kiranya bukan pada tampilan fisik. 

Saudara-saudari terkasih. Melalui pernyataan Yesus di atas, kepada kita hendak disampaikan sebuah kebenaran sejati. 

Tampilan fisik akan sirna tetapi apa yang dihayati di dalam hati tidak akan usang ditelan waktu.  Bait Allah yang sejati bukanlah karena tampilannya yang megah tetapi fungsinya yang menggugah hati setiap umat. Apakah Gereja kita dikagumi karena tampilan fisik atau karena berfungsi menjadi tempat bagi umat untuk bertemu Tuhan? 

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar kumpulan obat yang akan dibagikan ke beberapa Stasi Pedalaman dari Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 


Senin, 25 November 2024

Pekan Biasa XXXIV/B

Lukas 24:1-4


Suatu hari Nasrudin dapat rezeki nomplok!!! Ia diberi seekor bebek oleh temannya. Maka ia membuat sop bebek untuk mereka santap bersama. 

Keesokan harinya datang lagi seorang yang mengaku teman dari teman yang memberi bebek dan minta sop bebek pula. Nasrudin mencoba melayani dengan baik. 

Namun keesokan harinya dari lagi orang asing yang mengatakan teman dari teman si pemberi bebek dan meminta sop bebek. Akhirnya Nasrudin memberikan Air panas padanya dan mengatakan: “ini adalah sop dari sop bebek kemarin.” -Pemberian tidak tulus hambar rasanya-

Injil hari ini mengisahkan Yesus di antara persembahan si kaya dan si janda. Yesus tidak akan berbuat seperti orang kaya yang menyumbangkan hartanya yang berlebihan. Tidak. Yesus akan bertindak seperti janda yang memberikan segala yang dimilikinya untuk hidup; oleh karena itu dia tidak memberikan sesuatu, tetapi memberikan dirinya sendiri. Ya, Yesus akan melakukan ini: Dia akan memberikan nyawanya sendiri.

Saudara-saudari terkasih. Bapa Suci Paus Fransiskus “melihat dalam diri wanita ini sosok Gereja”. Fakta bahwa, nama janda ini tidak viral dalam media sosial, tidak ada yang mengenalnya, tidak memiliki gelar. Ia tidak bersinar dengan cahayanya sendiri. Dan “keutamaan besar Gereja” haruslah “tidak bersinar dengan cahayanya sendiri”, tetapi memantulkan “cahaya yang datang dari Yesus”. 

“Para Bapa Gereja yang pertama” mengatakannya, Gereja adalah “sebuah misteri yang bagaikan bulan. Mereka menyebutnya mysterium lunae: bulan tidak memiliki cahayanya sendiri; selalu menerimanya dari matahari." Apapun yang kita lakukan hanya demi kemuliaan Allah yang abadi..

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Opung Ray dengan Cucunya


Minggu, 24 November 2024

Hari Raya Kristus Raja Alam Semesta.

Yoh 18:33-37


Zaman dahulu bila kerajaan berhasil ditaklukkan kerajaan lain. Maka seluruh apa saja milik kerajaan yang takluk akan dikuasai sepenuhnya oleh pemenang. Semua penduduk bahkan keluarga kerajaan menjadi budak! 

Seorang bocil -anak raja- menjadi salah satu budak yang ditawan. Ketika ia dijual ke majikan yang lain, dia sadar bahwa ia adalah raja. Maka ia selalu membawa tingkah-laku, kecerdasan sebagai raja. Sehingga dimanapun dia dibuang dia akan selalu menjadi raja. Dibuang ke laut dia menjadi raja laut! Ke hutan? Jadi raja hutan! Ke jalanan dia pasti jadi raja jalanan.. karena takhtanya ada di hatinya. 

Pada hari ini kita merayakan Hari Raya Kristus Raja Alam Semesta.

Yesus adalah raja. Tapi dimana kerajaannya? Yesus berkata “Barangsiapa berasal dari kebenaran, dengarkanlah suaraKu”; oleh karena itu KERAJAAN YESUS ADA DI HATI ORANG YANG MENDENGARKAN FIRMANNYA. 

Saudara saudari terkasih, Penghakiman dan eksekusi tragis yang dialami Yesus. ITULAH PENGHAKIMAN CINTA & JALAN CINTA. Inilah sebabnya mengapa Yesus adalah raja alam semesta: karena Ia mempunyai kuasa yang paling besar, yang bukan kuasa Pilatus atau kuasa dunia ini, melainkan KEKUATAN CINTA. Cinta ada dalam diri setiap insan dalam peradaban di dunia. 

Sejarah selalu terulang akan setiap orang tua yang rela menapaki tapak-tapak derita demi si buah hati, sehingga mereka meraja selamanya di hati anak-anaknya. Kristus Sungguh meraja dalam hidup kita. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Kegiatan team Building para Guru Katolik di Keuskupan Sibolga 


Sabtu, 23 November 2024

Pekan Biasa XXXIII/B

Lukas 20:27-40


Dalam seminar seorang motivator memperlihatkan uang RP 100K pada para peserta. Ia kemudian meremuk uang itu sehingga tidak lagi kelihatan mulus dan rapi. Ia bertanya: “apakah nilai uang ini berkurang karena rupanya sekarang sudah berubah jadi jelek?” Spontan para peserta menjadi: “nilainya tetap seratus ribu rupiah! 

Demikian pula hidup kita di dunia ini terkadang tercabik-cabik oleh kegagalan dan berlumpurkan nista.. tapi sebenarnya nilai kita tetap sama di hadapan Tuhan. Yakni bila kita percaya pada kehidupan kekal dan perbuatan yang penuh kasih dan tulus selama di dunia ini. 

Dalam Injil hari ini, Yesus menjawab orang Saduki, “Anak-anak di dunia ini menikah dan dikawinkan; tetapi mereka yang dianggap layak mendapat kehidupan di masa depan dan kebangkitan dari antara orang mati tidak kawin dan tidak dikawinkan: sebenarnya mereka tidak dapat mati lagi, karena mereka setara dengan para malaikat dan, karena mereka adalah anak-anak kebangkitan, mereka adalah anak-anak Tuhan. 

Saudara-saudari terkasih.

Pernikahan adalah milik kehidupan duniawi. Namun kasih, tidak akan pernah berakhir" (1Kor 13, 8). Oleh karena itu, jika saat ini kita hidup sebagai anak-anak Tuhan, maka kita akan merasakan kegembiraan yang akan kita nikmati sepenuhnya dalam kebahagiaan abadi. 

Jika kita belajar untuk menyambut orang lain sebagai saudara, dan bukan sebagai orang asing atau musuh, pada waktunya kita menerima ganjarannya dalam kekekalan yang diberkati. Jika dalam hidup kita meneladan amal-kasih Yesus,  maka hidup di dunia ini menjadi sebuah persiapan dari hidup kekal yang akan diberikan oleh Tuhan tanpa batas. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Seorang kakek yang ingin melihat jenazah istrinya sebelum peti jenazah ditutup dalam Misa Requiem di Stasi Sihapas II Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 


Selasa, 19 November 2024

Pekan Biasa XXXII/B

Lukas 9:1-10


Penjual buah sangat bersemangat menjual semangkanya dan menjamin isinya merah. Karena tertarik melihat cara penjual menawarkan semangkanya, seorang ibu pun membelinya. Namun karena ceroboh semangka itu jatuh dan ternyata isinya putih bukan merah!! 

Si ibu protes pada si penjual karena tidak sesuai seperti yang dijanjikan. Maka si penjual pun tak kalah gesitnya “menangkis” tuduhan itu dengan berkata: “ ibuk, tentara saja pucat kalau terjatuh apalagi semangka!. 🤣🤣🤣 “melihat adalah sebuah persepsi”

Dalam Injil diceritakan kisah perjumpaan Yesus dan Zakeus si pemungut cukai. Pandangan Yesus melampaui cacat dan cap buruk orangnya; Yesus tidak berhenti pada keburukan masa lalu, namun melihat potensi kebaikan di masa depan. Yesus melihat dengan hati pada Zakeus yang aktif menerima-Nya dan mau bertobat. 

Saudara-saudari terkasih. 

Yesus melihat hati kita, hatimu, hati saya. Dengan tatapan Yesus ini, Anda dapat membantu umat manusia lainnya untuk bertumbuh. 

Jangan berhenti di permukaan dan waspada terhadap liturgi penampilan duniawi. Sebaliknya, jalinlah relasi dengan baik, yaitu dengan hati yang melihat potensi kebaikan di masa depan.

Pandangan hati ini menggerakkan kita untuk berbuat. Kebahagiaan yang kita terima secara cuma-cuma dari Tuhan, bagikan pula dengan cuma-cuma, karena banyak sekali yang menantikannya! Dan mereka menantikannya dari Anda.

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Yesus menyembuhkan orang buta (sesawi.net)


Senin, 18 Nopember 2024, 

Hari Biasa

Why 1:1-4; 2:1-5a

Luk 18:35-43


Saudara-saudari terkasih. Lewat kisah seorang buta yang datang pada Yesus dalam Injil hari ini, kita diajak untuk percaya bahwa di dalam Yesus kita memperoleh kesembuhan dari aneka macam kebutaan, kegamangan, derita sakit, dan aneka ketidakberdayaan. 

Kendati banyak orang menegor / menghalangi si buta yang berjuang untuk mendapatkan belas kasih Yesus demi kesembuhannya, semangat si buta tidak sedikit pun tergoyahkan. Dia terus memanggil Yesus, sebab ia sungguh yakin bahwa di dalam kuasa Tuhan Yesus dia akan sembuh dari kebutaannya dan bisa melihat kembali dengan baik. 

Keyakinan si buta itu sungguh benar-benar terwujud. Yesus akhirnya mendengar dan mengabulkan permohonannya, dan menyembuhkannya. 

Di dalam hidup harian kita terkadang terhalang oleh berbagai kebutaan, kesulitan, kegamangan dan ketidakyakinan. Semakin sulit bahwa kita tidak tahu ke mana kita harus pergi mengatasinya. Atau bahkan kita terkadang pergi ke orang atau jalan yang salah, sehingga hidup semakin sulit dan runyam. 

Kita terkadang masih terkungkung dalam diri, terkungkung dalam keyakinan yang salah, dan kurang mengandalkan Tuhan, tabib dari segala tabib. 

Untuk itu, kita perlu kembali belajar dari si buta yang sungguh beriman kepada Yesus Sang Putra Allah. Karena imannya yang kuat, dan usahanya untuk memperoleh kesembuhan di dalam Tuhan, serta tentu karena rahmat Tuhan sendiri, si buta itu sembuh. 

Si buta itu bisa melihat karena dia berhasil merubah pikirannya dari tidak mengandalkan Tuhan Yesus menjadi mengandalkan Yesus; dari sebelumnya tidak percaya pada Yesus, si buta itu berubah menjadi percaya kepada Yesus. Seperti kata penulis Kitab Wahyu, si buta itu sungguh bertobat, hingga akhirnya sembuh. 

Kita pun, agar sungguh memperoleh kesembuhan dari aneka banyak hal, terutama kesembuhan dari dosa dan siksa yang diakibatkan oleh luka dosa, kita harus menjalani hidup dalam pertobatan. 

Pertobatan kita bisa dinyatakan dalam bentuk dari kurang percaya kepada Tuhan menjadi lebih kuat percaya; dari kurang mengandalkan Tuhan, menjadi lebih mengandalkan Tuhan dalam segala sesuatu. 

Bila demikian, kita pun pasti akan memperoleh kesembuhan sejati dalam Tuhan, hingga akhirnya memperoleh rahmat yang lebih besar. Kita juga akan sukses dalam hidup, mampu menata hidup, pekerjaan dan pelayanan lebih baik, hingga memperoleh kebahagiaan sempurna di dalam Tuhan. 

Tuhan memberkati! 

Pace e bene!


(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

Rm. Adytia Peranginangin OCarm berfoto bersama Anak-anak Sekolah di Stasi Pedalaman Aek Gambir Sirere Kabupaten Tapanuli Tengah 


Senin, 18 November 2024

Pekan Biasa XXXIII/B

Lukas 18;35-43

Saat Corectio Fraterna/evaluasi persaudaraan di biara, seorang frater marah luar biasa sampai mencela para frater yang ketiduran saat ibadat. Sang pemimpin biara langsung menepuk pundak frater tersebut sambil berkata: “Mungkin Frater lebih baik tidur juga saat ibadat dari pada marah-marah tak karuan.” 

Jangan pernah menghentikan dosa dengan perbuatan dosa. Tak jarang teguran, sekalipun maksudnya adalah baik tapi justru menghalangi belas kasih untuk berkarya. 

Dalam Injil hari ini, para sahabat dan murid Yesus yang seharusnya membantu dan menyemangati orang buta itu, malah membungkam dan menghalanginya untuk bertemu sang Juruselamat. Tidak hanya itu, mereka juga memarahinya! Namun Yesus tidak berdiam diri, melainkan datang kepada dan mengabulkan pintanya.

Saudara-saudari terkasih. Perspektif hidup si buta jauh melampaui bidang materi; ia mencari arti  keberadaannya. Sebagai pengemis, dia membutuhkan uang untuk makan, tapi yang terpenting baginya adalah menemukan Mesias, Juru Selamat. 

Dari kisah di atas, ada tiga tahap pertumbuhan iman: “Carilah Kristus, temukan Kristus, & kasihi Kristus”. Sudahkah Anda mencoba, setidaknya, pengalaman pertama?” 

Mencari Dia berarti tidak pernah berhenti menyediakan sarana untuk bertemu dengan Dia. Tidak pernah berhenti mencari Dia dalam firman dan sakramen serta perbuatan baik terhadap sesama yang merupakan cara yang memungkinkan kita untuk bertemu dengan sang Mesias.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Pelayanan Misa Kategorial SMKN Lumut Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 


Minggu, 17 November 2024

Pekan Biasa XXXIII/B

Markus 13:24-33


Adalah Kekebalan kognitif atau mental yakni, kemampuan seseorang untuk membedakan fakta dari fiksi dan memiliki ketahanan alami terhadap ide-ide negatif. Sistem kekebalan mental akan menyaring ide-ide dan menghilangkan ide-ide yang buruk. 

Dunia Media saat ini begitu dahsyat, membuat kita wajib berefleksi diri “Apakah kita masih memiliki cognitive immunity atau kekebalan Kognitif?” 

Ada seorang pria yang ingin viral dan rela melakukan aksi yang tak pantas. Ia rela mandi pakai air comberan agar bisa viral di media sosial (05 July 2021, 10:00 WIB Liputan 6)

Dalam Injil Minggu ini Yesus menyadarkan kemampuan manusia untuk “membaca” tanda-tanda zaman: “Dari pohon ara kamu belajar perumpamaan: apabila rantingnya melembut dan daun-daunnya bertunas, kamu tahu bahwa musim panas sudah dekat.” Apakah manusia juga mampu mendayagunakan kemampuannya untuk “membaca”  tanda-tanda Dia sudah dekat, Dia sudah di ambang pintu?

Saudara-saudari terkasih.

Kiamat bukanlah sesuatu yang harus terjadi. Kiamat telah terjadi. Kiamat adalah pertempuran kosmik kekuatan jahat yang berusaha menghancurkan Mesias. Proses ini terjadi di hadapan kita, di dalam keluarga kita, dan juga di dalam diri kita. Selalu ada pilihan untuk menjunjung Mesias atau meninggalkannya?

Kemampuan membuat pilihan ini kiranya hanya dapat bertumbuh bila cognitive immunity yang sudah ada di dalam diri kita, didayagunakan melalui kedekatan pada Sabda Tuhan, Latihan rohani dan persekutuan dalam Ekaristi/ibadat dan diekspresikan dalam hidup yang penuh empati terhadap sesama dan semesta. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)


RP Ignatius Purwo Suranto OSC sedang memimpin doa di Kantor Keuskupan Sibolga 


Sabtu, 16 Nopember 2024, 

Hari Biasa

3 Yoh 1:5-8

Luk 18:1-8


Saudara-saudari terkasih, lewat bacaan hari ini, Yesus mengajak kita untuk memberi perhatian tentang doa. Ada beberapa poin yang perlu kita perhatikan:

Pertama, berdoa tak jemu-jemu. Ada kalanya kita merasa bahwa doa kita tidak didengarkan atau lambat dikabulkan oleh Tuhan. Kendati kita berdoa berulangkali, mungkin terkadang ada perasaan diabaikan oleh Tuhan. Namun, Yesus mengajak kita untuk tidak pernah berhenti berdoa, sebab Tuhan pasti akan mendengarkan do akita bila kita tekun berdoa kepadaNya. 

Kedua, kemurahan hati Tuhan jauh melebihi kemurahan hati manusia. Sekalipun kita manusia adalah orang berdosa, toh memiliki kemurahan hati. 

Kemurahan hati manusia pendosa bisa kita lihat dalam diri hakim yang lalim dalam Injil. Sekalipun sang hakim lalim berhati kurang baik, toh dia berbelas kasih kepada si janda yang memohon bantuannya. Mungkin memang dia berbuat baik bukan semata-mata karena sadar arti berbuat baik, tetapi lebih pada agar tidak merasa terganggu.  

Kalau sang hakim lalim memiliki kemurahan hati, apalagi Tuhan sumber segala kerahiman, pastilah jauh lebih maha rahim dari semua manusia. Dari kemurahan hatiNya Allah akan selalu memberi kebaikan dan belas kasih kepada kita manusia.

Ketiga, berdoa untuk kebenaran. Kita berdoa bukan semata-mata untuk memohonkan kebutuhan dan kesenangan pribadi serta kenikmatan-kenikmatan duniawi lainnya. Kita berdoa terutama untuk penegakan kebenaran di muka bumi. 

Dalam suratNya kepada umat beriman, Rasul Yohanes (bacaan pertama), memuji para saksi iman yang rela menderita demi kebenaran. Teladan mereka mesti kita ikuti, yakni dengan terlibat dalam karya mewartakan kebenaran. Dan agar semakin terwujud, kita berdoa demi perwujudan kebenaran.

Keempat, berdoa dengan penuh iman. Berdoa berarti menyerahkan seluruh hidup dan perkaranya kepada Tuhan. Itu mungkin kalau kita percaya bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu, dan sanggup mengubah segala sesuatu. Maka, unsur hakiki dalam doa adalah iman.

Sekalipun doa kita terasa seperti belum dikabulkan oleh Tuhan, namun dengan adanya iman, kita akan sanggup melihat rencana terbaik dan terindah Tuhan dalam segala situasi dan pergumulan kita sendiri. Maka, kita harus sungguh berdoa dengan iman, sekaligus memohon agar Tuhan menambahkan iman kepada kita. 

Tuhan memberkati! 

Pace e bene!


(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

Suasana Perayaan Ekaristi di Salah Satu Rumah Umat dari KBG St. Petrus Pinangsori 


Sabtu, 16 November 2024

Pekan Biasa XXXII/B

Lukas 18:1-8


Para ilmuwan berhasil mendapatkan sebatang pohon aneh yang tumbuh usai menanam biji dari masa purba berusia 1.000 tahun.

Temuan itu dipublikasikan tim Pusat Penelitian Pengobatan Alami Louis L. Borick dari Pusat Medis Hadassah University, Yerusalem dalam jurnal Communications Biology pada 10 September 2024.

“Benih adalah energi.” Energi bisa dalam bentuk benih selama berabad-abad sampai akhirnya ditaburkan ke ladang hati yang terbuka.

Dalam Injil hari ini Yesus bersabda: “Ketika Anak Manusia datang, akankah dia menemukan iman di bumi?” Ia meminta kita untuk selalu berdoa, tanpa pernah merasa lelah. Dan dia menambahkan: Tuhan akan melakukan keadilan terhadap orang-orang pilihannya yang berseru kepada-Nya siang dan malam. Dia akan segera melakukan keadilan. 

Saudara-saudari terkasih.

Sabda Yesus dengan jelas mengatakan kepada kita bahwa DOA BUKANLAH mukjizat, TETAPI  PERJUANGAN. Ini adalah perjuangan yang membutuhkan kerendahan hati, kepercayaan dan ketekunan. 

Sudahkan Anda berdoa? Doa akan menumbuhkan benih yang tertanam di dalam diri kita, lewat kata dan perbuatan. Jangan biarkan benih itu terus terpendam dan tak bertumbuh. Tetap berjuang dalam iman sampai Yesus datang dan menemukan iman di bumi. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

RP Ignatius Purwo Suranto OSC Menerima Sirih dan berseru dalam Adat Nias untuk Mengawali Perayaan Penerimaan Sakramen Krisma di Stasi Sihapas Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 


Jum’at, 15 November 2024

Pekan Biasa XXXII/B

Luk 17:26-37


Seorang nabi datang ke desa. Ia berkhotbah dan banyak orang datang. Ia terus berkhotbah tapi makin sedikit yang datang. Sampai akhirnya tak ada lagi yang datang, tapi ia terus berkhotbah. 

Suatu hari datang seorang pengembara. Ia heran melihat nabi itu berkhotbah sendiri, lalu bertanya: “Mengapa Anda terus berkhotbah sementara tiada orang sama sekali? Sang nabi menjawab: “mulanya aku ingin mengubah mereka semua, tapi sekarang aku tetap melakukan hal yang sama agar aku tidak diubah oleh mereka.” 

“Mirip dengan traffics light (lampu merah) di jalanan Sibolga. Entah orang mau ikut berhenti atau tidak, lampu itu terus menyala & meredup”

Lewat Injil hari ini Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya: “Sebagaimana yang terjadi pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada zaman Anak Manusia”. Artinya, dalam misteri Yesus, dunia lama telah berakhir, dunia kematian telah mati dan dunia baru telah lahir. Apa yang terjadi pada Yesus, yang merupakan prototipe setiap makhluk, akan terjadi pada seluruh kosmos.

Saudara-saudari terkasih. 

Masalah akhir dunia adalah bagaimana kita hidup sekarang. Saat ini kita bisa hidup dengan solidaritas atau egois, berbagi atau manipulasi, cinta atau benci dan berbagai kontradiksi lainnya. Kematian dan akhir segalanya sudah pasti, tapi Pilihan sikap selagi hidup menggurat bagaimana kelak kita setelah kematian. Tuhan terus berseru agar kita berbuat baik tapi pilihan ada di tangan kita masing-masing. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Pastor Kartolo Malau OCarm dan Sr Brigita KSFL sedang membuka hadiah berupa peralatan misa dari Mgr. Fransiskus Sinaga 


Kamis, 14 November 2024

Pekan Biasa XXXII/B

Lukas 17:20-25


Seekor ikan kecil bertanya pada ikan dewasa di laut: “Di manakah laut?” Sang ikan dewasa menjawab: “laut ada di tempat kamu berada sekarang.” Sang ikan langsung menanggapinya: “inikan air?” Lalu meninggalkannya dengan kecewa. 

Banyak orang tidak menemukan hidup padahal ia sedang hidup.

Dalam Injil hari ini kepada Yesus ditanya: “Kapan Kerajaan Allah akan datang?” Ia menjawab mereka: “Kerajaan Allah tidak datang dengan cara yang menarik perhatian, dan tak seorang pun akan berkata, “Ini dia,” atau “Itu dia.” Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.” Kita terkadang terlalu sibuk mencari berbagai perkara tapi lupa melihat dengan tenang. 

Saudara-saudari terkasih.

Manusia sering jatuh pada spiral pencarian yang tak berujung sementara yang dicari ada di depan mata. Mencari tapi tidak melihat. Mencari adalah tindakan keluar dari diri sementara melihat adalah tindakan masuk ke dalam diri. Tuhan kerap memulai karyanya dari dalam diri kita masing-masing, tapi sayang kita kerap menunggu yang lain dulu memulai. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Team Pastoral Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori Mengadakan Pengobatan Gratis di Stasi Gunung Meranti 


Rabu 13 November 2024

Pekan Biasa XXXII/B

Luk 17:11-19


Alkisah seorang ayah menikahkan putranya yang jelek rupa dengan seorang putri yang cantik jelita tapi buta. Sekian tahun menikah datanglah dokter ke desa yang mampu mengobati mata sang wanita buta. Tapi ayah mertuanya menolak mati-matian untuk menyembuhkan mata menantunya. Ia cemas  kalau menantunya tahu suaminya jelek rupa akan menceraikannya. 

Dari kisah tersebut kita bisa mengerti bahwa masih banyak insan di dunia yang tak mau sembuh demi sebuah nilai yang semu.

Injil hari ini mengisahkan 10 orang kusta yang DISEMBUHKAN Yesus. Tapi hanya seorang yang kembali pada Yesus. Pada pribadi yang satu tersebut Tuhan Mengatakan : “Imanmu menyelamatkan!” 

Bagaimana yang ke-9 orang lainnya? Yang pasti pada mereka tidak akan diselamatkan, bisa saja fisiknya sembuh tapi mereka tetap sakit secara bathin. 

Saudara-saudari terkasih.

Ada banyak orang melakukan treatment Kesehatan. Mungkin secara fisik kita tidak punya masalah. Bagaimana dengan bathin kita? 

Yesus menyadarkan kita bahwa orang yang sakit tapi tidak merasa sakit itu membahayakan dirinya. Apalagi orang yang secara fisik sehat dan cerdas tapi tidak memiliki cinta? 

Tentu akan berdampak bagi yang lain. Ciri-ciri orang sehat adalah pribadi yang bersyukur seperti si kusta yang tahu berterima kasih. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

 

Mengarak Patung Bunda Maria pada Upacara Penutupan Bulan Maria di Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori 

Selasa, 12 November 2024

PW St Yosafat Uskup & Martir

Lukas 17-7-10


Anthony de Melo menulis kisah seorang pemimpin spiritual di suatu desa. 

Seorang perempuan tetangga dipukuli serta dipaksa mengaku karena melahirkan di luar nikah. Karena ketakutan, sang gadis berkata bahwa “ayah” bayinya adalah guru spiritual desa. Sang guru hanya berkata: “baiklah,” ia mengambil anak itu serta membuat perjanjian dengan keluarga si wanita. Sontak nama baiknya hancur dan para muridnya  keluar dari perguruan, sang guru menjawab: “Baiklah.” 

Setahun kemudian si gadis tak tahan berbohong, ternyata ia hamil karena pemuda sebelah! Keluarga meminta maaf serta meminta bayi itu dari sang guru, :”baiklah,” jawab sang guru.

“Baiklah” adalah sebuah sikap bathin yang tidak menuntut ataupun mengharapkan apapun sebab di balik semua peristiwa ada kebenaran yang lebih mulia.

Injil hari ini mengandung renungan tentang sikap seorang hamba, yaitu: tidak menuntut kesetaraan status, tidak mengharapkan imbalan tambahan, serta menyadari bahwa dirinya hanya pelayan yang melakukan apa yang diperintahkan. Sebab Apa yang Tuhan berikan kepada manusia bukan merupakan haknya, melainkan anugerah.

Saudara-saudari terkasih.

Betapapun besar komitmen atau perbuatan manusia, semua hasil yang diterimanya tidak sebanding dengan curahan kebaikan dan kemurahan Tuhan. Pelayanan kita merupakan kesempatan yang ditawarkan kepada kita untuk memberikan diri kita secara bebas, sehingga memudahkan saudara-saudara yang lain melakukan hal yang sama.

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dua orang anak yang sedang berjalan menuju Pastoran Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori.


Senin, 11 November 2024

Pekan Biasa XXXII/B

Lukas 17:1-6


Seorang pengusaha yang ditipu oleh kolega dan bendaharanya, memanggil kedua orang itu. Ia berjanji tidak akan marah pada mereka. 

Maka ke-dua orang itu datang. Begitu berjumpa sang pengusaha merangkul mereka berdua. Kedua orang itu terharu dan berkata: “Mengapa bapak tidak marah pada kami, padahal kami sudah menipu bapak?” Langsung sang pengusaha berkata: “Aku ingin mati seperti Yesus, berada diantara dua PENJAHAT!!” 

Pada akhirnya pendamaian itu bermula dan berakhir di dalam diri sendiri. 

Injil hari ini menyajikan kepada kita tiga ajaran dari Yesus: tentang bagaimana menghindari skandal, tentang pentingnya pengampunan dan yang ketiga tentang besarnya iman kita kepada Tuhan yang harus kita miliki. Kiranya inilah tiga konsep yang penting untuk diterapkan dalam komunitas Kristiani: Koreksi persaudaraan, pengampunan, dan iman.

Saudara-saudari terkasih.

Ada begitu banyak situasi di mana kita melakukan intervensi untuk menghindari skandal ketidakadilan atau pelecehan, dan juga situasi di mana kita hanya menjadi hakim yang tegas bagi mereka yang melakukan kesalahan. Sadar bahwa untuk mengambil langkah dalam aspek-aspek ini diperlukan iman yang mendalam. Iman menuntun kita untuk bijaksana dalam bersikap dan memberi nasehat, pada situasi dan pribadi yang tepat. "Jangan menasihati orang bodoh, karena dia akan membencimu. Nasihatilah orang yang berakal, karena dia akan mencintaimu.” (Ali bin Abi Thalib).

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Seorang umat membawa bekal ke Stasi Aek Kualo Luar dengan menyeberangi sungai 


Minggu, 10 November 2024

Pekan Biasa XXXII/B

Mark 12:38-44


Faisal Basri pernah mengutip kata-kata bijak sahabat NABI Muhammad SAW: "Kezaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat, melainkan karena diamnya orang-orang baik." (Ali bin Abi Thalib). 

Diam adalah sikap pasif, jangankan berkata, berkorban apalagi? Bacaan I minggu ini sangat menyentuh hati, tatkala janda miskin dari Sarfat memberi makanan terakhirnya buat Nabi Elia.. setidaknya ia masih bisa berbuat baik sebelum ajal kelaparan menyambutnya.… 

Bacaan Injil hari senada dengan bacaan I, di mana Yesus memuji pemberian sumbangan sangat kecil oleh seorang janda. Ternyata bagi Yesus nilai sumbangan tidak diukur seberapa besar atau berapa banyaknya yang kita berikan kepada sesama, tapi Ia lebih perhatikan ialah berapa banyak sisa milik kita yang masih tertinggal. Itulah persembahan sejati.

Saudara-saudari terkasih. Tuhan tak pernah menuntut kita utk mempersembahkan segala sesuatunya sampai kita bangkrut (ingat kisah janda sarfat). Tuhan ingin melihat sisa apa yang masih ada di dalam kita karena persembahan itu. Belajarlah dari orang tua yang tidak pakai jam mewah demi sekolah anaknya. Peradaban di dunia ini akhirnya ditentukan oleh orang baik yang mau berbuat bukan kelihatan baik karena diam dan dihindarkan dari kekhilafan. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gereja Stasi St Theresia Kanak-Kanak Yesus Huta Balang, Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori 


Sabtu, 09 Nopember 2024

Pesta Pemberkatan Basilika Lateran.

Yoh 2:13-22


Seorang pemuda pengangguran bertekad utk bekerja apa saja asalkan tidak menganggur. Di desanya ada lowongan kerja memeras susu sapi, maka tanpa pikir panjang -meski tanpa pengalaman- dia melamar bekerja di situ. Baginya disiapkan 1 (satu) tempat duduk, ember dan seekor sapi gemuk di depannya. 

Tapi setelah 4 jam kerja ia hanya mampu memeras  1/4 ember susu sapi. Ketika ditanya mengapa? Dia berkata: “Memeras sapinya mudah tapi mendudukkan sapinya di bangku ini yang butuh kerja keras beberapa jam” 

Dari kisah ini kita mengerti bahwa itikad saja tidak cukup tanpa pemahaman yang baik. 

Hari ini Gereja merayakan Pesta pemberkatan Basilika Lateran. Pemahaman kita tentang arti Gereja sejati dijelaskan dengan sangat baik dalam Injil hari ini. Ketika Yesus pergi ke bait suci di Yerusalem selama Paskah, terjadi bentrok dengan para pedagang dan penukar uang yang ada di sana, dengan tegas Ia mengusir mereka. Gerakan ini tidak hanya merupakan tindakan penyucian fisik tempat suci, tetapi juga mewakili pesan spiritual dan teologis yang mendalam arti Bait Allah yg sejati. 

Saudara-saudari terkasih. 

Yesus menuntun kita untuk merenungkan pentingnya iman sejati, yang melampaui formalitas, namun berakar dalam hati setiap pribadi, dengan menghayati Yesus sebagai jalan, kebenaran dan hidup. Hal ini mengajak kita untuk merenungkan pendekatan pribadi dan komunitas kita terhadap ibadah dan praktek keagamaan. Caranya? jalani setiap hari perjumpaan pribadi dengan Kristus, atas dasar bait suci spiritual yang dibangun di atas cinta, kebenaran, dan keadilan.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Ilustrasi tentang Bendahara yang tidak jujur


Jumat, 8 Nopember 2024, 

Hari Biasa

Flp 3:17-4:1

Luk 16:1-8


Saudara-saudari terkasih, lewat kisah seorang bendahara yang tidak jujur, Yesus mengajak kita agar cerdik mencari jalan menyebarluaskan warta Injil Kerajaan Allah di mana kita berada dan ke seluruh dunia. 

Memang, bendahara tersebut tidak jujur. Karena bau ketidakjujurannya tercium oleh tuannya, sang bendahara diminta oleh tuannya untuk memberikan laporan pertanggungjawaban atas pekerjaannya. Dan ia pun mencari cara untuk menarik simpati tuannya kembali dengan cara yang sangat cerdik, termasuk dengan membuat surat-surat hutang palsu. Atas kecerdikannya, sang bendahara itu luput dari pemecatan oleh tuannya, dan selanjutnya bisa bekerja pada tuannya.

Sebagai mahluk yang berakal budi dan berbudi luhur, kita murid-murid Kristus telah dianugerahi oleh Allah kecerdasan dan kesanggupan untuk menemukan cara-cara dan langkah-langkah untuk mengatasi masalah-masalah hidup kita, dan segala tantangan dan kesulitan yang kita hadapi di dunia ini.  

Kita juga diberi anugerah untuk menemukan cara-cara baru dalam mewartakan Injil Kerajaan Allah sesuai dengan perkembangan zaman. Misalnya, dengan kemajuan sarana media komunikasi kita dengan mudah bisa menyebarluaskan Injil ke berbagai belahan dunia. Dengan sarana transportasi yang selalu berkembang, kita bisa menjangkau semua orang hingga di daerah-daerah yang sangat terpencil. Untuk itu, kita perlu membuka hati dan mengembangkan sikap mendengar yang reflektif, serta memiliki keberanian untuk mengeksekusi langkah-langkah tersebut. Dan yang paling penting adalah iman dan keterbukaan terhadap rahmat Tuhan yang akan membantu kita.

Dalam bacaan pertama  (Surat kepada Jemaat di Filipi), Rasul Paulus mengingatkan kita akan kehadiran tantangan dan kesulitan dalam pewartaan Injil. Ini disebut dengan istilah musuh salib Kristus. Mereka itu akan menghalangi pewartaan Injil baik lewat perkataan maupun lewat hidupnya. Akan tetapi, bila kita teguh dalam iman akan Yesus Kristus, kita bisa menghadapi dan mengatasinya. Dan bila kita bertahan dalam iman serta berjuang mengatasinya, kita akan memperoleh kemuliaan di surga abadi bersama Kristus yang telah sengsara dan wafat, serta bangkit menang jaya mengatasi derita dan jalan salibNya. 

Yuk, mari dengan cerdik sekaligus cerdas mengatasi segala persoalan hidup harian kita bersama dengan tantangan dan kesulitan yang kita hadapi. Mari juga kreatif menemukan cara mewartakan Injil, sehingga nama Allah semakin dimuliakan, semakin banyak orang menikmati keselamatan, dan kita pun bergembira. 

Tuhan memberkati! 

Pace e bene!


(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

Sepasang Sepatu yang dipakai sebagai lapisan penyangga tenda pada suatu pesta di salah satu umat di Stasi Lubuk Jantan Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori 


Jumat, 08 November 2024

Pekan Biasa XXXI/B

Luk 16:1-8


Seorang pemuda menggoda suster di bus. Beberapa saat kemudian suster turun. Maka sang supir bus menegur pemuda itu karena terlalu berlebihan menggoda suster sehingga dia langsung turun bus. Tapi sang supir memberi solusi bagi si pemuda: “kalau kamu mau bertemu berdua dengan suster, datanglah nanti malam di gua maria Katedral, ia berdevosi pada malaikat Gabriel.” 

Maka pada malam harinya sang pemuda memakai jubah dan menemui suster di gua Maria. Ia berkata: “Aku malaikat Gabriel!!” sang suster langsung berlutut. Lalu sang pemuda berkata peluklah aku. Karena suster punya devosi dan kepasrahan ia pun memeluk “malaikat Gabriel”. Langsung si pemuda tertawa hahaha suster tertipu aku pemuda tadi di bus. Lalu tiba-tiba sang suster berkata: hehehe you yang tertipu .. Aku supir bus tadi siang” 🤣🤣🤣

Injil hari ini, menyajikan kepada kita sebuah kisah yang mengejutkan, yakni bendahara yang akan dipecat karena tidak jujur tapi dipuji. Fakta ini ditemukan dalam Injil  Lukas: “Tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena dia telah bertindak dengan cerdik (atau tepatnya licik)” (Luk 16,8).

Saudara-saudari terkasih. Yesus ingin menggaris bawahi melalui kisah di atas yakni mencela kemampuan untuk menyelesaikan urusan-urusan dunia ini dan kurangnya kecerdikan sejati anak-anak terang dalam membangun Kerajaan Allah: “Anak-anak dunia ini, sebenarnya, terhadap sesamanya lebih licik dari pada anak-anak terang" Apakah kita mungkin berpikir bisa menipu Tuhan dengan penampilan kita?

Saat ini, dihadapan Tuhan kita perlu berefleksi bagaimana seharusnya kelicikan kita sebagai anak terang, yaitu keikhlasan kita dalam berhubungan dengan Tuhan dan dengan saudara kita. “Sebenarnya hidup sebuah pilihan: antara kejujuran & ketidakadilan, antara kesetiaan & perselingkuhan, antara kebaikan & kejahatan .... Pada akhirnya, Yesus menantikan keputusan kita.

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Ilustrasi tentang wanita yang mencari dirham yang hilang


Kamis, 7 Nopember 2024, 

Hari Biasa

Flp 3:3-8a

Luk 15:1-10


Saudara-saudari terkasih. Sebagai manusia kita semua pasti melakukan kesalahan dan dosa baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama. Seperti kata Rasul Paulus, kita tidak mempunyai sesuatu yang dibanggakan selain cacat cela dan dosa-dosa kita. 

Kendati demikian, Tuhan tidak begitu kejam sehingga menghukum kita karena kesalahan dan dosa, tetapi mengampuninya dengan penuh kemurahan dan belas kasih. Ia selalu mencari kita kaum pendosa untuk dibawa-Nya kembali ke dalam persekutuan kerajaan-Nya. 

Besarnya kemurahan Tuhan terhadap kita kaum pendosa, dan kesediaan-Nya untuk mencari kita orang yang lari dari jalanNya, dilukiskan oleh Penginjil Lukas lewat perumpamaan tentang domba dan dirham yang hilang dalam perikop Injil hari ini. 

Kendati Allah memiliki banyak orang baik yang sudah ada padaNya, ia tetap mencari seekor domba yang hilang, sama seperti seorang perempuan mencari dirhamnya yang hilang. Kemudian, Ketika Tuhan menemukan umat-Nya yang hilang (dipakai istilah domba dan dirham), ia pun bersukacita dan berpesta. 

Kemurahan hati dan belas kasih Tuhan membuat diri-Nya sendiri dan kita umat Allah menjadi penuh sukacita. Atas segalanya itu, sesungguhnya, kita tidak bisa menaruh harapan dan iman, selain pada Allah Bapa dalam nama Yesus Kristus. Seperti kata Rasul Paulus dalam bacaan pertama (Filipi) demikian, “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap merugikan karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi karena aku telah berkenalan dengan Kristus Yesus, Tuhanku, sebab hal itu lebih mulia dari segala-galanya”.

Maka, sekalipun kita sebagai makhluk lemah, yang jatuh ke dalam dosa, kita tidak perlu putus asa, tetapi semakin menaruh iman dan harapan pada Tuhan dalam nama Yesus Kristus. Serentak dengan itu, kita semakin belajar dari Yesus Sang Guru, Bapak Spiritual kita untuk semakin menunjukkan belas kasih dan kemurahan kepada sesama. 

Bila demikian adanya, hendaknya  tak seorang pun orang yang memohon ampun dan belas kasihan dari kita, kembali dari hadapan kita tanpa memperolehnya. Sebaliknya, mereka mesti kembali dengan penuh sukacita dan kegembiraan, karena mereka memperoleh mengalami cinta Tuhan lewat kita bela kasihan dan pengampunan dengan pengantaraan kita. 

Tuhan memberkati! 

Pace e bene!


(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

Seekor Anjing "memandu" Team Pastoral Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori saat Mengunjungi Stasi Pintu Sosopan


Kamis, 07 November 2024

Pekan Biasa XXXI/B

Luk. 15:1-10 


Diceritakan seorang pemuda menyaksikan seekor rubah cacat berjuang hidup di hutan. Ia melihat setiap hari seekor macan memberi sang rubah makan dari sisa buruannya. Sang pemuda Takjub pada Tuhan yang berlaku adil pada rubah. Maka ia pun tidak mau lagi bekerja dan pasrah tidur di rumah menunggu keadilan Tuhan padanya seperti pada rubah. Menjelang kematiannya Tuhan datang dan berteriak. PEMUDA BODOH KAMU SEHARUSNYA MENJADI MACAN BUKAN RUBAH!!! Takdir hidup ditentukan oleh sikap Aktif bukan sikap yang Pasif. 

Injil hari ini mengisahkan dua perumpamaan yang saling terkait, Yesus membandingkan penemuan sesuatu yang hilang dengan "orang berdosa yang bertobat." Respons terhadap kejadian seperti itu haruslah sukacita dan perayaan.

Saudara-saudari terkasih. Betapa indahnya kasih Tuhan yang mencari dan menyelamatkan kita yang “hilang.” Namun di balik kasih yang indah itu dituntut sikap aktif kita yang ditemukan. Caranya? Jangan memposisikan diri jadi pasif. Tapi aktiflah mencari dan menemukan yang hilang… paling tidak mau mencari jalan yang benar bila tersesat.

Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Tim Pastoral Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori bertemu dengan 2 anak pemukul durian di pegunungan 


Rabu, 06 November 2024

Pekan Biasa XXXI/B

Luk 14:25-33


Seorang bijaksana memiliki keahlian bermain catur. Suatu waktu panglima raja yang hendak berperang menyempatkan diri mampir bermain catur dengan sang bijaksana. Panglima menang telak!!! Pun pula ketika kembali dari medan perang dengan kemenangan gemilang. Ia menyempatkan diri bermain catur dengan sang bijaksana.. dan kalah Telak!!! “Si bijaksana sadar sang panglima membutuhkan kepercayaan diri, maka ia memberi kemenangan dalam permainan catur agar panglima meraih kemenangan dan rakyat serta kerajaan aman dari serangan musuh”

Injil hari ini menceritakan tentang pergumulan terberat yang harus dihadapi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, yakni ketika ia harus memilih antara melepaskan miliknya dan mengikut Tuhan Yesus atau memegang miliknya dan meninggalkan Tuhan Yesus.

Saudara-saudari terkasih, untuk membangun menara Anda harus memiliki uang yang cukup. Untuk menang dalam perang, Anda harus memiliki pasukan yang besar. Namun untuk mengikuti Yesus kita harus berani meninggalkan apa yg kita miliki. Ini adalah paradoks Injil.

Anda tidak bisa masuk surga dengan uang atau dengan pasukan yang kuat. Barangsiapa mengikatkan dirinya di bumi, ia akan terbebani menuju ke surga. Kita perlu melonggarkan ikatan dan lepas bebas dari belenggu egoisme.

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Ilustrasi Pesta Perjamuan Nikah (Gambar diambil dari Internet)


Selasa, 5 Nopember 2024

Flp 2:5-11

Luk 14:15-24


Saudara-saudari terkasih, lewat perikop Injil hari ini, Yesus mengajak kita menyadari dan menanggapi kemurahan hati Tuhan Allah Bapa di surga, dan kemudian mewartakannya kepada orang lain. 

Kemurahan hati Bapa digambarkan lewat perumpamaan tentang seorang  yang mengadakan perjamuan makan besar, dan mengundang sebanyak mungkin orang untuk menikmati perjamuan tersebut. 

Dengan ini Allah Bapa mau agar keselamatanNya dinikmati oleh banyak orang. Sayang bahwa undangan untuk menikmati keselamatan dan kemurahan Tuhan diabaikan oleh orang-orang yang diundang terdahulu. Mereka tidak datang menanggapi undangan tersebut, tetapi sibuk dengan urusan masing-masing dengan segala alasannya. 

Orang-orang yang tidak mau menanggapi undangan Tuhan adalah orang-orang sombong yang  terlalu yakin bahwa keselamatan adalah hasil upayanya sendiri. Namun karena ingin agar ruang perjamuanNya diisi oleh sebanyak mungkin orang yang akan merasakan nikmatnya hidangan perjamuan itu, dengan kerelaanNya Allah Bapa meminta hamba-hambaNya kembali memanggil orang lain untuk hadir ke pestaNya. 

Kini, yang diundang ialah orang-orang miskin dan cacat, orang-orang buta dan lumpuh. Mereka adalah orang-orang yang rendah hati dan percaya kepada Tuhan. Sesudah dicek ternyata ruang perjamuan belum penuh. 

Sekali lagi Tuhan meminta hamba-hambaNya untuk mengajak orang lain masuk ke ruang perjamuan dan menikmati hidangan pesta. Sangat jelas hendak dikatakan bahwa Tuhan Yang Maha murah ingin membagikan sukacita, kebahagiaan dan kekayaanNya bagi umat manusia. Ia tidak mau bahwa kegembiraanNya tertutup bagi DiriNya sendiri. Dari kekayaan hatiNya, Allah rela berbagi, dan mau agar semua orang bergembira. 

Dalam bacaan pertama (Surat Filipi), Rasul Paulus mengajak kita untuk menyadari kemurahan hati Yesus Kristus yang dengan rendah hati dan rela mengosongkan diri demi keselamatan kita manusia. Misteri kenosis dan perendahan diri Kristus ini adalah misteri semangat berbagi. Ia yang sudah dari sejak awal mula tinggal dalam kemuliaan, rela turun menjadi manusia demi keselamatan dan kebahagiaan bagi banyak orang. Semua itu bisa terjadi karena Yesus Kristus memiliki kerendahan hati.

Sebagai pengikut Kristus, kita juga diajak untuk menghidupi semangat kemurahan hati Allah Bapa dan perendahan diri Kristus dalam hidup setiap hari. Kita telah menikmati cinta dan kemurahan hati Tuhan Allah lewat berbagai rahmat dalam hidup kita, secara khusus dengan ikut serta dalam perjamuan Tuhan. 

Kini, kita diajak untuk bersedia membagikan rahmat itu kepada sesama. Kita juga diajak untuk membawa sebanyak mungkin orang ke ruang perjamuan Tuhan, ke dalam komunitas Kerajaan Allah, sehingga mereka menikmati Kerajaan Tuhan. Bila orang yang satu tidak mau, kita tetap menawarkannya kepada orang lain, seperti orang-orang miskin, orang lumpuh, orang buta yang tidak diperhitungkan dan kerap dilupakan dalam kehidupan masyarakat. 

Kita mesti memberi perhatian terhadap orang-orang yang diabaikan. Dan di atas segalanya, kita perlu meniru semangat pengosongan diri Kristus, yang tidak mencari dan mempertahankan kemuliaan bagi diriNya, tetapi mengutamakan kehendak Allah, serta melayani manusia dengan penuh cinta dan pengorbanan. Semoga kita bisa menghidupiNya di dalam hidup harian kita. 

Tuhan memberkati! 

Pace e bene!


(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

Tim Pastoral Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori Mengadakan tourne mengunjungi Umat Katolik Stasi Bulugodang

 

Selasa, 05 Nopember 2024

P. Biasa XXXI/B

Luk 14:15-24


Tangan turis terkena sengat hewan langka. Ia dibawa ke dokter. “Tangan Anda terkena sengat hewan langka, harus diamputasi!” : kata dokter. 

Ia  keberatan dengan solusi itu, maka ia pergi berobat ke tabib lokal dengan keluhan bahwa dokter mau amputasi tangannya. Memahami keluhan pasiennya, sang tabib pun berkata : “ini memang tidak perlu di amputasi, biarkan saja nanti 2 minggu lagi tangan anda akan putus sendiri.” 🤣🤣🤣 “keputusan ada di dalam diri untu mengatasi masalah di dalam diri sendiri.”

Injil hari ini mengkisahkan undangan Tuhan yang tidak mendapat tanggapan. Ini adalah ajaran Yesus tentang bagaimana orang-orang rendah hati dan terpinggirkan dapat lebih memenuhi syarat masuk kerajaan Allah daripada pemimpin. Kenyamanan hidup mapan mengalihkan siapapun dari undangan keselamatan kekal. 

Saudara-saudari terkasih, tidak seorangpun dilarang menghadiri ibadat atau ekaristi di hari Minggu, tapi sayangnya tidak semua kita menggapai undangan ini. Janganlah menunggu tua dan sakit-sakitan lalu menyediakan waktu bagi Tuhan. “Di akhir hidup capaian duniawi kita tidak berarti lagi, yang berarti adalah hubungan pribadi kita dengan Yesus.”

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget