2024

Dokumentasi Penulis 


Sabtu, 27 Juli 2024

Pekan Biasa XVI/B

Mat 13:24-30


Seorang ayah tengah berupaya menghibur anak gadisnya yang menangis sedih karena ditinggal kekasihnya yang berpaling pada temannya sendiri. Sang gadis sulit menerima kenyataan kalau dunia terlalu kejam karena sahabat yang hidup bersamanya ternyata berkhianat. 

Sang ayah memahami perasaan sang anak dan berkata: “anakku saat ini kamu mungkin kecewa tapi sadarkah kamu kalau Tuhan sebenarnya sedang mempersiapkan pria yang lebih dewasa dan bertanggungjawab bagimu?.” Dan sang ayah berjanji bahwa esok matahari akan terbit kembali… si gadis berhenti menangis dan benar matahari esok paginya terbit kembali 🙏

Dalam Injil hari ini, lalang yang disebutkan oleh Yesus dalam perumpamaan adalah banyaknya godaan yang ditabur iblis di hidup kita. Banyak yang menyerah pada godaan ini sehingga berdosa. Yesus bersabda: “Biarkan keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba.” Kita diundang untuk belajar dan melihat kesabaran hati Tuhan. Kiranya Tuhan memberi kesempatan manusia yang berdosa untuk bertobat. 

Saudara-saudari terkasih. Tuhan akan tetap sabar terhadap kita. Karena Tuhan berharap agar kita melihat terang dan sepenuhnya menjauh dari kegelapan sebelum kegelapan itu menyelimuti kita. Tetapi mengapa harus menunggu hukuman jika kita masih punya kesempatan  untuk menghadapi dosa dan segera meninggalkannya? Hidup di dunia adalah sebuah kesempatan dan kesempatan ini harus diupayakan secara aktif bukan menunggu secara pasif. 

(Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari sangsabda.wordpress.com




Jumat, 26 Juli 2024
PW St. Yoakim dan St. Anna, Orang Tua SP Maria
Sir 44:1.10-15
Mat 13:16-17


Saudara-saudari terkasih, menurut tradisi Kitab Suci orang yang berbahagia adalah orang yang terberkati. Kata “berbahagialah” yang berarti “terberkatilah” digunakan sebagai kata kerja dalam bentuk pernyataan dalam perikop Injil hari ini. Itulah alasan pemberian judul permenungan kita pada peringatan St. Yoakim dan St. Anna, orang tua St. Perawan Maria. Mereka berdua adalah orang-orang yang terberkati karena mata mereka telah melihat karya keajaiban Allah lewat puteri mereka St. Perawan Maria, yang dipilih Allah sebagai Bunda Penyelamat Yesus Kristus. Mereka juga menjadi orang yang terberkati karena mereka mendengar aneka berita keselamatan dan puji-pujian karena kepenuhan janji keselamatan Allah lewat puteri mereka Bunda Maria.

Memang nama St. Yoakim dan St. Anna tidak disebutkan dalam Kitab Suci. Akan tetapi, nama mereka dapat ditemukan dalam berbagai Tradisi Kristen awal. Lepas dari soal disebut atau tidak disebut dalam Kitab Suci, keduanya pasti sangat berperan dalam membentuk pribadi Bunda Maria yang penuh iman dan bersahaja. Iman mereka akan Allah yang diwariskan oleh leluhur, ditanamkan dalam keluarga, terkhusus dalam diri Bunda Maria, sehingga Maria dipilih oleh Allah menjadi Bunda Penyelamat. 

St. Yoakim dan St. Anna sanggup dan berani menanamkan kisah iman akan karya keselamatan Allah kepada Maria, karena mereka mengimani Allah yang telah mengerjakan banyak karya keselamatan Allah. Dengan telinga dan mata mereka, serta lewat penghayatan hidup, mereka telah sungguh menikmati karya Allah. Karena itu, mereka berani dan tegas mengajarkannya kepada puteri mereka Maria bersama dengan anggota keluarga lainnya. Atas segala kebaikan dan jasa mereka, pastilah Tuhan pun mengganjari mereka kebahagiaan atau berkat. Dan karena itu St. Yoakim dan St. Anna pantas disebut sebagai orang berbahagia atau orang yang terberkati.

Kebahagiaan mereka menjadi semakin berlimpah karena menyaksikan keterpilihan putri mereka jadi Bunda Penyelamat, dan kemudian menjadi kakek dan nenek dari Yesus Kristus Sang Penyelamat. St. Yoakim dan St. Anna, sungguh berbahagia karena telah percaya pada Tuhan, dan mewartakan karya Tuhan kepada sesama. Mereka termasuk dalam kalangan orang termasyhur dan terberkati yang dipuji dalam bacaan pertama (Sirakh), karena Kebajikan, kebijaksanaan, iman dan cinta kasih mereka.

Predikat sebagai orang yang terberkati pun mungkin atau bisa diberikan Allah kepada kita, asalkan kita mau hidup seturut teladan St. Yoakim dan St. Anna. 

Kita diminta menjadi orang yang beriman, bijaksana dan penuh kasih, serta terus bersedia bersaksi tentang karya keselamatan Tuhan. Semoga dengan itu kita juga akan menyaksikan rahmat Tuhan yang lebih besar dalam diri dan keluarga kita masing-masing. 

Kini juga kita sekaligus berdoa untuk kakek-kakek dan nenek-nenek dalam keluarga dan lingkungan kita secara khusus, agar mereka sehat dan bisa menikmati masa tuanya dengan penuh bahagia, sukacita, iman dan berkat, seperti St. Yoakim dan St. Anna. Kita juga sekaligus bertekad untuk berbuat lebih baik bagi para lanjut usia,dan  menolong mereka agar mereka bisa menikmati hidup yang lebih baik dan lebih indah. 

Selamat merayakan peringatan St. Yoakim dan St. Anna. Tuhan memberkati. Pace e bene.

(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

Gambar diambil dari internet 


Jumat, 26 Juli 2024

Peringatan St Yoakim dan St Anna. 

Mat 13:16-17. 


Almarhum bapak saya pernah berkata: “mencintai cucu itu jauh lebih menyala daripada anak sendiri.” Memang ini bisa saya rasakan, kamar tidur mereka menjadi “zona eksklusif” bagi para cucunya. Tatkala cucu merasa kurang nyaman tidur, maka masuklah si bocil ke kamar mereka. Bahkan tak jarang kamar kakek-nenek jadi benteng perlindungan aman bagi para cucu terhadap orang tua mereka. Sehingga tak jarang cinta terhadap cucu pertama bisa menjadi sebuah “drama” kehidupan dalam keluarga-keluarga muda. 

Hari ini kita merayakan peringatan Santo Yoakim dan Anna, orang tua Perawan Maria yang Terberkati. 

Dalam Injil hari ini kita diundang untuk memiliki mata dan telinga baru. Sehingga mampu melihat dan mendengar kehadiran Tuhan yang nyata kehidupan St Yoakim dan St Anna yang dipilih oleh Tuhan untuk mengandung dan membesarkan ibu dari Putra tunggal-Nya.  Dengan cara ini, mereka juga menerima Sabda Tuhan di hati dan rumah mereka.
 

Saudara-saudari terkasih, Santo Yoakim dan Santa Anna adalah teladan kebaikan, kasih, dan sukacita bagi para kakek-nenek di mana pun. Di surga, mereka menjadi perantara bagi kita agar kita dapat memperoleh keselamatan yang dijanjikan Tuhan kepada umat-Nya. Seperti para kakek-nenek yang menunggu kedatangan anak-anak dan cucu-cucu, mereka menyambut kita di rumah surgawi.

Tuhan memberkati 🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Komsos 


Mgr Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga memimpin Perayaan Ekaristi Pentahbisan Diakon kepada keempat Frater pada Kamis, 25 Juli 2024. Perayaan Ekaristi dirayakan di Gereja Katolik Paroki St. Fransiskus Asisi Laverna Gunungsitoli.


Keempat Fr yang ditahbiskan menjadi Diakon ialah: Fr. Jonatan Benediktus Samosir, Fr. Theo Silfanus Harefa OFMCap, Fr. Georgius Segunar Fadel Seda dan Fr. Blasius Toni Lahagu.

Perayaan Ekaristi Tahbisan Diakon dilaksanakan tepat pada Pesta Santo Yakobus Rasul. Dalam homilinya, Mgr Frans berharap agar keempat Fr yang akan menjadi Diakon memiliki mental dan semangat seorang hamba yang fokusnya hanyalah melayani.


Bapa Uskup juga menyinggung tentang Rahmat selibat. Bapa Uskup mengatakan bahwa selibat adalah tanda dan dorongan untuk melayani umat dengan penuh pengabdian. 


"Dengan penghayatan selibat, kamu memiliki semangat yang besar untuk lebih melayani umat. Dengan selibat kamu menjadi lebih bebas dan tidak terikat dengan orang-orang atau kelompok tertentu", tegas Bapa Uskup dalam homilinya.


Seusai Perayaan Ekaristi, kegiatan perayaan Tahbisan Diakon berlanjut pada acara ramah tamah. Kegiatan ramah tamah dilaksanakan di Aula Yakobus Paroki St. Fransiskus Asisi Laverna Gunungsitoli. Dalam kegiatan tersebut, Bapa Uskup, keempat Diakon dan tokoh umat disambut dengan pengalungan bunga sebelum dibawa masuk ke dalam aula.


Perayaan Tahbisan Diakon ini merupakan Rahmat bagi Gereja Keuskupan Sibolga. Keuskupan Sibolga memperoleh tambahan 4 orang Hirarki untuk melayani Allah dalam diri umat. Kita doakan, semoga para Diakon tetap setia pada panggilannya. Berkat Tuhan senantiasa mendampingi mereka.

Gambar diambil dari Wikipedia 



Kamis, 25 Juli 2024

Pesta St. Yakobus Rasul

2 Kor 4:7-15

Mat 20:20-28

 

Saudara-saudara, sangat menarik merenungkan kedua bacaan pada Pesta St. Yakobus Rasul hari ini. Lewat Injil Yesus mengajak para muridNya untuk memiliki jiwa dan semangat pelayanan yang besar, bila mereka sungguh ingin menjadi murid Yesus sekaligus menjadi pelayan yang besar. Penegasan itu bertolak dari permintaan Yakobus dan Yohanes yang disampaikan lewat ibunya agar mendapat tempat Istimewa di samping Yesus.

Yakobus melihat bahwa dekat dengan orang yang popular dan besar ternyata sangat asyik. Bagaimana tidak? Dengan bersama Yesus, banyak orang mengikuti dan mencari mereka. Sekalipun kadang-kadang terasa capek, toh memiliki sukacita yang besar. 

Apalagi mereka akan masuk dalam lingkaran utama kelompok dua belas rasul. Di tengah situasi itu muncul pokok pembicaraan baru, bila Yesus sang Pemimpin “pergi”, siapa kelak menggantikanNya? Tentu hal yang paling mungkin adalah orang yang paling dekat. Ini disadari oleh Yakobus dan Yohanes. 

Maka, seperti sikap orang pada umumnya, Yakobus dan Yohanes ingin mendapat tempat istimewa di hati Yesus, dan juga dalam posisi kepemimpinan. Itu terungkap melalui ibu mereka, yang ingin agar mereka menempati posisi utama dalam kerajaan Yesus, satu duduk di sebelah kiri dan satu di kanan Yesus. Semua itu ungkapan kerinduan kehormatan. 

Sikap itu dikritisi Yesus dengan mengajukan pertanyaan kesediaan untuk meminum cawan/piala yg akan diminumNya. Memang mereka mengiyakan pertanyaan Yesus, tetapi toh masih dirasuki pikiran kehormatan, bukan pelayanan. Hal yg sama tampak dalam murid yang lain. 

Sekalipun mereka sepertinya mencela sikap Yakobus dan Yohanes, mereka juga ingin merebut tahta kepemimpinan. Sesungguhnya mereka cemburu, bahwa jika Yakobus dan Yohanes memiliki posisi sebagai lingkaran satu Yesus.

Di kala seperti itu Yesus menegaskan bahwa kualifikasi penting yg dimiliki oleh murid Yesus adalah sikap hamba yang melayani semua orang. “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”, kata Yesus. 

Menjadi pemimpin berarti harus bersedia melayani,  sampai turun ke bawah; bukan hanya dengan perkataan atau perintah, tetapi sungguh mau bekerja, sampai menyentuh hal yang paling rendah.

Sekarang ini, bagi banyak orang muatan kata pemimpin rasanya agak bebas dari unsur pelayanan. Kata pemimpin atau memimpin lebih dipahami sebagai jabatan kehormatan yg menghasilkan popularitas dan gengsi. 

Karena itu, banyak orang ketika melakukan kampanye pemilihan suatu jabatan atau kursi kepemimpinan memiliki jargon dan motto yg hebat, tetapi sesudah terpilih atau duduk di kursi kepemimpinan, unsur pelayanan sangat lemah. Banyak juga orang ingin memperebutkan kursi kepemimpinan dengan keinginan untuk menggapai popularitas dan kehormatan tersebut.

Dalam bacaan pertama, Rasul Paulus berbagi tentang pengalamannya dalam melayani. Pelayanan itu bagaikan bejana dalam tanah liat. Jiwa pelayanan itu rapuh. 

Di situ ditunjukkan bahwa jiwa pelayanan mesti berasal dari Allah.  Kalau dari manusia akan sangat rapuh. Orang yang mau melayani tanpa pamrih adalah hanya orang yang berasal dari Allah. 

Karena itu  memang harus sungguh melihat nilai pengorbanan. Teladannya ialah Yesus Kristus yang sengsara, wafat dan bangkit. Kini, semua orang Kristen juga harus memiliki semangat yang sama. 

Kita harus selalu hidup dalam semangat melayani kepada sesama, secara khusus bagi yang berkekurangan dan membutuhkan. Dan untuk itu perlu sikap pengorbanan tanpa pamrih. Yuk.. mari saling melayani! Selamat Pesta St. Yakobus Rasul! Tuhan memberkati! Pace e bene!

(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

Gambar diambil dari Wikipedia 


Rabu, 24 Juli 2024, 

Pekan Biasa XVI

Yer 1:1.4-10

Mat 13:1-9



Saudara-saudari terkasih. 

Perumpamaan Yesus tentang penabur yang menaburkan benih di berbagai jenis tanah menggambarkan aktivitas Tuhan bersama para utusanNya dalam mewartakan sabdaNya kepada semua orang. 

Sebagian benih tersebut jatuh di pinggir jalan dan tidak tumbuh; sebagian lagi yang jatuh di tanah berbatu yang humusnya tipis, lalu tumbuh sebentar tetapi cepat layu; dan sebagian lagi tumbuh di tengah semak duri, hingga sempat tumbuh namun lekas terjepit dan tertekan hingga mati; dan Sebagian lagi jatuh di tanah yang subur, hingga tumbuh dan berbuah mulai dari tiga puluh kali lipat hingga serratus kali lipat. Semua itu melukiskan aktivitas penabur yang menyebarkan sabda Tuhan kepada umat manusia. Sejumlah benih sabda Tuhan tidak bertumbuh di hati orang; sebagian diterima dan tumbuh sebentar, tetapi tidak berkembang; sebagian lagi bertumbuh baik, tetapi kemudian terjepit oleh berbagai situasi dan tuntutan, lalu mati juga; dan sebagian lagi bertumbuh baik dengan kualitas hasil yang berbeda pula, mulai dari yang rendah hingga besar.

Sebagai manusia pastilah kita terlebih dahulu menjadi penerima benih sabda, atau tergolong ke dalam tanah penerima benih. Soal kualitas tanah atau kesiapan hati kita menerima sabda tergantung pada diri kita masing-masing. Sehingga pertumbuhan benih dan hasil nyata dalam diri kita berbeda-beda juga. Kalau di masa lalu kita masih berupa tanah berbatu atau yang dihimpit semak, semoga ke depan menjadi tanah yang baik dan subur, yang hasilnya pun berkembang terus dari waktu ke waktu. Bila demikian kita menjadi umat kesayangan Tuhan, karena hidup sesuai dengan kehendakNya.

Namun, selain sebagai tanah atau penerima sabda, pada saatnya kita harus menjadi penabur benih, sebab demikianlah program Kerajaan Allah yang dicanangkan oleh Allah lewat Yesus Sang Putra bisa berjalan dengan baik. Kita tidak cukup hanya menjadi penerima Sabda, tetapi harus bertransformasi menjadi penabur sabda. Sabda Tuhan yang sudah kita terima mesti sebarluaskan atau wartakan kembali dalam hidup kita baik lewat perkataan maupun perbuatan hingga menghasilkan buah yang lebih melimpah lagi.

Keyakinan Nabi Yeremia sebagai orang pilihan Tuhan seperti diungkapkan dalam bacaan pertama kiranya menjadi inspirasi dan teladan bagi kita. Sadar sebagai orang yang dipilih Tuhan sejak dari dalam kandungan membuat Nabi Yeremia tetap bersemangat mewartakan firman Tuhan sekalipun dia harus mengalami aneka pergumulan dan penolakan dari teman sebangsanya. Semoga kita mampu meniru semangat nabi Yeremia, sehingga Kerajaan Allah sungguh berkembang lewat kehadiran kita. Tuhan memberkati! Pace e bene!

Dokumentasi Penulis 


Kamis, 25 Juli 2024

Pesta St Yakobus Rasul

Mat 20:20-28


Seringkali tatkala berpapasan di jalan raya dengan ibu-ibu yang berkendaraan di pagi hari, lampu sign menyala di sebelah kanan tapi ternyata malah belok kiri, demikian pula sebaliknya.. sehingga seorang teman berkata: “hati-hati kalau berpapasan dengan mamak-mamak di jalan raya.”

Ungkapan ini bukan rasis atau menyerang gender, namun bukannya tanpa alasan. Seorang ibu menjawab demikian: “ sadarkah Anda betapa beban dipundak seorang ibu begitu dahsyat di pagi hari? 

Ada banyak hal yang harus dia pikirkan dan jalankan dalam waktu yang bersamaan: persiapan sekolah anak, sarapan seluruh keluarga, rumah yg masih berantakan, belum lagi rencana belanja dengan uang yang harus di-pas-paskan.” Inilah the power of emak-emak: mereka melakukan banyak hal sampai melupakan dirinya sendiri. 

Hari ini gereja merayakan Pesta St Yakobus Rasul, dan kembali digaungkan kisah Ibunya yang menginginkan anaknya duduk di sisi kiri dan kanan Bapa di surga. 

Cinta ibu ini sungguh radikal bagi anak-anaknya sehingga mendapat reaksi amarah para murid Yesus lainnya. Namun melalui peristiwa ini kita mendapat pencerahan bahwa hakikat hidup yang sebenarnya adalah melayani bukan publisitas dan ketenaran.

Saudara-saudari terkasih,

Yesus berjalan di dunia ini untuk melayani dan bukan dilayani. Yesus tidak pernah bercita-cita menjadi terkenal. Yang Dia inginkan hanyalah mengikuti kehendak Tuhan tidak peduli betapa sulitnya itu. 

Ini juga harus menjadi prinsip hidup kita. Meski kenyataannya ada yang tertarik untuk melayani di gereja dengan motivasi: apa yang dapat diberikan atau apa yang dapat mereka peroleh dari gereja dan Yesus jika mereka melayani. 

Pelayanan yang sejati bagi gereja bukanlah tentang memiliki kuasa dan pengaruh, melainkan didasarkan pada kehilangan kuasa dan pengaruh demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar.

Tuhan memberkati 🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Rabu, 24 Juli 2024

Pekan Biasa XVI/B 

Mat 12:46-50


Alkisah, terdapat seorang kakek tua dari Gunung Utara yang bernama Yu Gong (愚公). Beliau hidup di balik pegunungan tersebut selama hampir 90 tahun. Kakek tersebut tidak senang karena gunung-gunung tersebut menghalangi jalannya ke selatan. Ia  harus berjalan mengelilinginya setiap kali pergi atau pulang. Maka ia bertekad memindahkan gunung itu. 

Dengan bantuan anak cucunya ia mulai bekerja. Namun pekerjaan ini mendapat cemoohan dari orang-orang yang berkata: “usiamu sudah tua mustahil kamu bisa memindahkan gunung ini.” Namun Yu Gong menghardik orang itu: “Kamu salah! Setelah saya mati, akan ada anak dari anak saya dan cucu saya punya anak yang terus bertambah, sementara gunung ini tak akan pernah bertambah!” 

Seorang teman pernah berkata: “lebih mudah memindahkan gunung daripada mengubah hati manusia.”

Dalam Injil hari ini kita mendengar perumpamaan benih yang ditabur dengan berbagai kualitas lahan yang menampungnya dengan konsekwensinya.

Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, semua berakhir mati. Namun  sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah. 

Saudara-saudariku yang terkasih.

Yesus selalu menabur benih Injil kepada Anda. Kita semua memiliki kebebasan untuk menerima benih-benih Injil yang ditaburkan Allah dengan murah hati kepada kita. Namun, janganlah kita menyalahgunakan kebebasan ini dengan memilih untuk mengabaikannya. 

Mari mengubah hati pribadi kita masing-masing:  “Bukalah Alkitab Anda, baca dan renungkan perkataan Yesus, dan biarkan perkataan itu meresap dalam diri Anda. Sehingga perkataan itu akan berakar, bertumbuh, dan menghasilkan banyak buah lewat kata dan perbuatan kita. 🙏

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Selasa, 23 Juli 2024

Pekan Biasa XVI/B

Mat 13:46-59


Pada saat saya masih frater, banyak keluarga yang tidak bisa memahami panggilan saya menjadi imam. Mungkin karena sebagian besar keluarga saya berasal dari agama Protestan. Sulit mereka terima kalau saya kelak tidak akan menikah. Apalagi kami hanya dua bersaudara. 

Saya sendiripun sulit untuk memberi mereka pemahaman terkait jalan panggilan ini karena memang berbeda berdasar ideologi iman. Akhirnya saya mendapat jawaban yang tepat dan tak menyinggung perasaan mereka, setiap kali mempertanyakan panggilan dengan jawaban: “mari berdoalah pada Tuhan kalau memang jalan saya salah pasti Tuhan tidak biarkan saya jadi pastor.”

Dalam Injil hari ini kita diperdengarkan, menjadi kerabat Yesus bukanlah hal yang mudah. Kita harus melakukan bagian kita untuk menjadi kerabat Yesus. Dan bagian yang harus kita lakukan adalah dengan setia mengikuti kehendak Tuhan. 

Anda mungkin bertanya, apa kehendak Tuhan bagi saya? Kehendak Tuhan bagi Anda adalah mengikuti perintah-perintah-Nya (Keluaran 20:1-17). 

Saudara-saudari terkasih. Melakukan kehendak Bapa adalah membuat pilihan yang bijak di dalam hidup kita.  Anda tidak hanya akan menjadi saudara Yesus jika Anda mengikuti kehendak Tuhan, tetapi juga akan menyelamatkan Anda dari begitu banyak masalah. Anda juga akan diselamatkan dari cengkeraman iblis yang tajam dan mengerikan. Jadilah orang yang bijaksana karena iblis selalu menyembunyikan rencana jahatnya melalui hal-hal yang menarik dan menggoda. 

Tuhan memberkati 🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Senin, 21 Juli 2024

Pesta St Maria Magdalena

Yoh 20:1.11-18

Seorang anak bertanya pada ibunya: “Bu, apakah arti cinta itu?” Lalu ibunya menjawab dengan lembut: “ibu Pernah menangis karena tingkah lakumu yang keterlaluan, tapi apakah pernah ibu menjauhimu?” Lalu sang ibu memeluk anaknya dan berkata lagi: “Ibu justru memaafkanmu…ITULAH CINTA.”

Dalam Injil hari ini kita merayakan Pesta St Maria Magdalena yang tangisannya menggema di makam Yesus yang kosong. Tangisannya membuat ia tak sadar bahwa pria yang menjadi lawan bicaranya di makam adalah Yesus sendiri. Tangisannya diganti dengan kehadiran Yesus. 

Saudara-saudari, terkasih.

Tangis dan air mata membuka dan menutup sejarah kehidupan kita. Tapi ada yang akan abadi selamanya, yakni Cinta. 

Yesus adalah sang Cinta dan Ia abadi selamanya. Jalanilah hidup dengan Cinta dan kebaikan. “Hujan yang turun di laut, tidak akan mampu membuat air laut menjadi tawar. Mereka yang menjelekkanmu tidak akan mampu mengurangi cinta dan kebaikan yang ada dalam dirimu.”

Tuhan memberkati 🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Minggu, 21 Juli 2024

Pekan Biasa XVI

Mrk 6:30-34


Saat kecil hal, yang kunanti dari mamak -setiap pulang perkumpulan ibu bayangkari dari kantor bapak- adalah mencari kue di tas tangan yang selalu dia sisakan untuk kami. Mungkin ia tak pernah merasakan kue itu, tapi tampak sorot matanya puas melihat kami melahap kue itu. 

Saat Natal di Gereja saya pernah memakai sepatu sport bapak- jatah dari kantor- karena saya tak punya sepatu saat tampil di panggung untuk acara Natal. Bapak bangga saat itu denganku sehingga menggendong saya pulang. Mungkin karena ia takut aku tersandung memakai sepatu kebesaran.

Pengalaman ini sangat membantuku untuk membandingkan Yesus dengan orang tua kita. Cobalah mengingat betapa keras upaya terbaik yang telah orang tua berikan bagi kita.

Dalam Injil hari ini, Yesus bagaikan orang tua bagi para rasul dan bagi mereka yang mengikuti-Nya. Ia adalah faktor pemersatu bagi mereka. 

Yesus menyuruh pada murid ke tempat yang sunyi untuk beristirahat sejenak guna menyegarkan tubuh dan pikiran mereka yang lelah. Bukankah ini yang biasanya dilakukan oleh orang tua yang baik saat mereka melihat anak-anak mereka lelah dan letih karena melakukan sesuatu yang terpuji dan penting?

Akhirnya, ketika Yesus tiba di tempat yang seharusnya sepi, kerumunan besar yang telah mengikuti-Nya sudah ada di sana menunggu-Nya. Ia tidak menyuruh mereka pergi karena menginginkan waktu privasi. Ia tergerak oleh rasa kasihan karena mereka seperti domba tanpa gembala. Dan sebagai gembala yang baik, Yesus mulai mengajarkan banyak hal kepada mereka.

Saudara-saudari terkasih. Jika kita lelah dan letih dengan tantangan dan beban hidup, marilah kita datang kepada Yesus karena Dia akan selalu ada untuk memberi tahu kita agar datang kepadaNya untuk menggembalakan dan menguatkanmu.  Yesus adalah personifikasi dari orang tua dan gembala yang baik yang tidak memiliki apa pun kecuali yang terbaik untuk Anda. 

Tuhan memberkati🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Matius 12:14-21

Sabtu, Pekan Biasa 15, Tahun B

“Bulu yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya”

(Matius 12:20).

Dalam Kitab Yesaya (bab 42) diperkenalkan sosok Hamba Tuhan. Dia dipilih Allah karena sejiwa dengan-Nya. Dia tidak suka bertengkar, tidak menggunakan kekerasan dan tidak spektakuler, walaupun banyak orang sangat mengharapkannya.

Dia sangat peka atau sensitif melihat penderitaan dan kemalangan yang dialami manusia. Dia mudah tergerak oleh perasaan iba tatkala melihat kerapuhan dan kelemahan manusia; Dia pun akan segera memberikan sesuatu sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Kebaikan-Nya tidak hanya diberikannya kepada orang yang baik dan kukuh imannya. Dia justru mudah tergerak untuk membantu manusia buluh, yaitu manusia yang terkulai karena kelemahan dan manusia sumbuh yang hidupnya redup dan kelak akan padam.

Ketika tergantung di kayu salib, Sang Guru tidak marah tatkala melalui sebatang buluh diberikan kepada-Nya cuka yang sangat asam, bahkan pahit. Mengapa? Karena Dia adalah Sang Terang, bukan pemadam nyala api dalam kehidupan manusia. Dia sendiri rela dipatahkan dan dipadamkan, tanpa mematahkan dan memadamkan siapa pun saja yang terkulai lemah. Dia justru menjadi lemah untuk menyelamatkan yang terkualai lemah.

Dokumentasi Penulis 


Sabtu, 20 Juli 2024

Pekan Biasa XV/B

Mat 12:14-21


Siapa yang tidak panik ketika melihat mobil yang sudah dirawat dengan telaten dicorat-coret oleh anak sendiri. Selain sulit dihilangkan, biaya untuk mengecat ulang juga cukup mahal. Emosi ingin marah dirasakan oleh pemilik mobil namun seketika PADAM! Ketika ia tahu itu adalah karya tulis perdana anaknya, yang dipersembahkan di mobil kesayangan bapaknya dengan tulisan “Aku Sayang Bapak.” Sang bapak tak jadi marah karena ia lebih sayang anaknya…

Dalam Injil hari ini kita dengar bahwa Orang Farisi mengincar hidup Yesus. Namun Yesus terus melakukan tindakan belas kasihan-Nya meskipun hidup-Nya sudah dalam bahaya. Bagi Yesus, kebaikan yang lebih besar bukanlah melindungi hidup-Nya, melainkan melayani orang-orang yang sangat Ia kasihi. 

Saudara-saudari terkasih. Kasih itu adalah kurban, meskipun tidak semua kita rela mengorbankan nyawa kita demi sesama. Hari ini kita diundang menjadi seperti Yesus, tetap berbelaskasih. Karena suatu hari nanti kita akan menuai pahala atas perbuatan kita dari Tuhan Yang Maha Esa. Kita mungkin bisa  mencecapnya selagi hidup. Namun, kita pasti akan menerimanya ketika perjalanan kita di dunia ini berakhir dan saat itu kita sudah di surga. 

Tuhan memberkati🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin, OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Komsos 

Di awal tahun ajaran baru ini, Bapa Uskup Mgr. Fransiskus Sinaga mengunjungi dua unit sekolah Katolik yang ada di Gunung Sitoli, yakni SD MUTIARA & SMP Bunga Mawar yang keduanya berada di bawah naungan Yayasan Budi Bakti Keuskupan Sibolga. 

Dokumentasi Komsos 

Pada permulaan tahun ajaran baru ini, Bapa Uskup menyapa, meneguhkan dan menghimbau kembali semua Bapak-Ibu Guru tentang sejatinya seorang Guru, yang bukan hanya pengajar tetapi juga pendidik. 

Dokumentasi Komsos 

Hakikat seorang Guru ialah mendidik dan memperhatikan para murid agar mereka memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. 

Maka sebagai Guru yang mendedikasikan dirinya di Sekolah Katolik, mestinya memiliki semangat dan karakter nilai-nilai Injili untuk memberikan teladan dan kesaksian hidup yang benar bagi anak didik, sehingga menghantar anak didik menjadi pribadi yang berkualitas, berkarakter dan beriman.

Dokumentasi Komsos 

Di penghujung pertemuan tersebut, bapa Uskup juga berpesan agar menjadi seorang Guru yang selalu bersyukur dan berbahagia menjalani tugas dan tanggung jawab. Pertemuan dan sapaan kegembalaan ini ditutup dengan foto bersama.

Gambar diambil dari sangsabda.wordpres.com


Yes. 38:1-6, 21-22, 7-8

Mat. 12:1-8

Jumat, 19 Juli 2024

Raja Hizkia sakit dan hampir mati. Dalam kerendahan hati dan kepercayaan penuh kepada Tuhan, Dia memohon belas kasihan dan Tuhan merespons doanya dengan memperpanjang hidupnya lima belas tahun. Ini menunjukkan bahwa Tuhan berbelas kasih kepada mereka yang merendahkan diri dan berserah kepadaNya.

Maka inspirasinya adalah penting merendahkan diri di hadapan Tuhan dalam setiap pergumulan dan kesulitan melalui doa, iman, dan penyerahan diri pada kasih dan pertolongan Tuhan yang tak terbatas. Tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni Tuhan kalau hati penuh penyesalan dan niat untuk berubah.

Selanjutnya dalam Injil, Yesus menegaskan prinsip "Hukum dibuat untuk manusia dan bukan manusia untuk hukum" menanggapi kritikan orang-orang Farisi terhadap murid-muridNya yang memetik bulir gandum pada hari Sabat. Yesus menunjukkan bahwa kebutuhan manusia lebih penting daripada aturan yang kaku dan bahwa belas kasih lebih utama daripada pengorbanan.

Dari sini, kita belajar bahwa hukum seharusnya menjadi sarana kebaikan publik, melatih cinta kasih, dan membangun solidaritas sosial. 

Maka inspirasinya; 1). Memahami hukum sebagai sarana untuk melatih cinta kasih, sehingga setiap tindakan kita menempatkan kasih sebagai landasan utama. 2). Hukum mestinya memperkuat ikatan sosial, saling membantu, dan memperhatikan kebutuhan sesama, sehingga tercipta masyarakat yang adil dan penuh kasih.

Mari kita hidup dengan kasih dan solidaritas, sesuai dengan semangat hukum yang diajarkan oleh Yesus. Amin (Ditulis oleh Rm. Wilfridus Vinsen Sarah, Pr)

Gambar diambil dari Internet 


Jumat, 19 Juli 2024

Pekan Biasa XV/B

Mat 12:1-8


Suatu hari di padepokan bening hati, terjadi perdebatan keras antara 2 orang murid, yang mempersoalkan matahari terbit dan terbenam. Murid pintar bermaksud menghukum si bodoh, karena ngotot matahari terbit di barat, lalu membawa masalah ini pada pimpinan padepokan. Mereka meminta pemimpin padepokan sebagai hakim yang adil. Si bodoh berkata: “Guru katakanlah pada si pintar bahwa matahari terbit di Barat agar ia dipermalukan.” Si pintar berkata: “Guru katakanlah bahwa matahari terbit dari timur agar si bodoh dihukum gantung.”  Maka sang guru langsung menjawab: “Matahari terbit di barat!”

Lebih baik mempermalukan dari pada membunuh!!!

Injil hari ini menceritakan kisah orang-orang Farisi yang berkata kepada Yesus, “Lihatlah, murid-murid-Mu melakukan perbuatan yang dilarang pada hari Sabat (Matius 12:2).” Namun Yesus dengan adil membela murid-murid-Nya dengan mengatakan: “Pernahkah anda membaca dalam Kitab Taurat bahwa pada hari Sabat para imam yang bertugas di Bait Suci melanggar hari Sabat dan tidak bersalah? (Matius 12:5)

Saudara-saudari terkasih, 

Bagaimana bisa kita menyebarkan kebaikan Yesus jika kita kaku dan terlalu mudah menghakimi? Orang-orang Farisi dalam Injil bersifat menghakimi, mereka ingin hukum mereka dipatuhi dengan ketat. Namun ironisnya, mereka sendiri diam-diam melanggar hukum yang mereka buat demi kepentingan diri sendiri. Bagi Yesus yang penting adalah belas kasihan, dan potensi kebaikan yang tertanam dalam hati setiap seorang. “Tak ada manusia yang dilahirkan dalam kondisi jahat.” 

Tuhan memberkati 🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari mukisi.com


Kamis, 18 Juli 2024, Biasa XV/B

Yes 26:7-9.12.16-19

Mat 11:28-30


Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” (Mat 11:28-30)


Lega Dalam Tuhan

Saudara-saudari terkasih, sebagai manusia kita pasti memiliki beban hidup. Bentuknya beraneka ragam, antara lain usaha untuk memperoleh pekerjaan, pemenuhan kebutuhan harian, menjaga harmoni dalam keluarga, membina relasi dengan sesama, kesehatan, dan lain sebagainya. Banyaknya beban bisa membuat kita merasa letih dan bingung dalam menentukan arah perjalanan. Sebagian akhirnya menemukan jalan yang tepat, yakni pergi kepada Tuhan, asal dan tujuan segala yang ada di bumi ini. Sedangkan sebagian lagi tersesat, lari dari Tuhan, hingga hidup dalam derita dan kesusahan yang tak kunjung hilang.

Yesus Sang Guru dan teladan kita, mengajak kita untuk datang kepadaNya bila memperoleh beban dan kepenatan hidup. Rasa letih dan beban pasti berubah menjadi kelegaan lega bila kita bersandar pada Yesus, sebab bersamaNya kita akan sampai kepada Allah Bapa pemilik segala kebahagiaan dan ketenangan. Lebih dari itu, kita juga diajak untuk belajar dariNya menghadapi aneka beban hidup, yakni bersikap lemah lembut dan rendah hati. Kelemah-lembutan dan kerendahan hati yang dimiliki Yesus menghantar-Nya sampai kepada ketenangan sejati. Cara Yesus menghadapi beban hidup telah nyata dan teruji dalam jalan salibNya. Sekalipun jalan salib sungguh berat, namun Yesus bisa menjalaninya dengan sabar dan penuh iman. Lewat peristiwa itu pula Yesus sampai kepada kemuliaan Bersama Allah Bapa di surga.

Sama seperti Yesus, Nabi Yesaya melihat bahwa bila kita sungguh mengarahkan pandangan kepada Allah Bapa, maka kita akan memperoleh damai sejahtera serta kehidupan kembali. Dalam Tuhan, ada kelegaan dan kehidupan, ada kebahagiaan dan sukacita.

Maka, bila kita memiliki beban hidup, mari pergi kepada Tuhan, agar kita lekas memperoleh kelegaan. Lari dari Tuhan hanya menambah derita dan kesulitan baru. Sementara pergi kepada Tuhan, akan mendatangkan keselamatan dan kelegaan. Tuhan memberkati! Pace e bene! (Ditulis oleh RP Yoseph Sinaga, OFMCap)

 

Gambar diambil dari Elohim Ministry

Matius 11:28-30

Kamis, Pekan Biasa 15, Tahun B

**********************************************

Pikullah gandar yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku,

karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Matius 11:29)

Dua ekor lembu jantan biasanya dipasangi gandar untuk meringankan pekerjaan manusia. Berkat gandar itu, kedua lembu dengan penuh kedisiplinan bekerjasama agar bisa memusatkan perhatian mereka pada apa yang diperintahkan.

Yesus, Sang Guru mengundang calon pengikut-Nya untuk berani menerima gandar mereka. Dengan cara ini, Yesus mengajarkan mereka untuk menjalani kehidupan bersama dengan cara yang lurus dan tulus.

Gandar seperti apakah yang diberikan Yesus? Gandar Cinta! Yesus bersabda bahwa Gandar Cinta terasa ringan dan menyenangkan. Semua manusia, termasuk pribadi yang sangat kuat egonya tetaplah bodoh dalam hal mencintai. Siapa saja yang memikul gandar cinta yang diberikan Yesus, Sang Guru secara perlahan akan menyerap cinta-Nya dan akhirnya menjadi insan pencinta, seperti Sang Guru sendiri.

Apakah gandar cinta itu sungguh-sungguh ringan? Gandar Cinta pasti ringan. Sang Guru sudah menunjukkan kekuatan cinta-Nya dalam kebaikan hati-Nya dan keterbukaan-Nya untuk merangkul dan mengampuni, termasuk merangkul dan mengampuni musuh. Dalam dan dengan kekuatan cinta, Sang Guru rela menjadi “kecil”, rendah hati, bahkan menjadi hamba, asalkan semua pengikut yang mencintai-Nya senatiasa mengalami kebahagiaan. 

Cinta adalah Napas, Sumber Hidup, Vitalitas Hidup Bapa dan Putra sendiri. Roh cinta inilah yang ditanam dalam diri semua manusia, ciptaan-Nya. Dalam kekuatan cinta, manusia diberdayakan untuk menjadi ciptaan baru, yaitu menjadi insan pencinta, hidup dalam cinta dan saling mencintai. Kehidupan bersama akan harmonis dan penuh sukacita apabila semua ajaran dan perintah-Nya tentang cinta, saling mencintai, saling melayani dan saling mengampuni menjadi norma universal bagi semua ciptaan, terutama pengikut-Nya. Dengan demikian, hukum-Nya menjadi gandar yang ringan apabila diterima dan dijalankan dengan penuh cinta sebab gandar hukum itu tidak lagi diterima sebagai kemutlakan yang berasal dari luar, tetapi terukir dan tertanam dalam kepribadian dan kehidupan insan beriman sendiri. (Ditulis oleh Rm Alfonsus Ara, Pr)

Dokumentasi Penulis 


Kamis, 18 Juli 2024

Pekan Biasa XV/B

Mat 11:28-30


“Depresius” seorang pemuda yang sangat idealis berada di titik menyerah karena tidak menemukan harapan yang sesuai di dalam hidupnya. Dia bergumam pada dirinya sendiri, “Aku benar-benar gagal” di tengah jurang  frustasinya, dia berpikir untuk mengakhiri hidupnya.  

Namun ia dinasihati oleh temannya “Cantika” untuk mencari Tuhan dan menyerahkan setiap beban yang ada di hatinya. Jadi, dia menghadiri Misa Kudus secara teratur dan membaca Alkitab. Setelah beberapa minggu dia mengembangkan persahabatan yang mendalam dengan Yesus dan menyerahkan segalanya kepada-Nya. 

Dalam Injil kita hari ini, Yesus mengajak kita semua untuk datang kepada-Nya. Kita yang terlalu sibuk dengan dunia ini, cenderung melupakan keutamaan Tuhan atas dunia ini. Kapan kita membuka hati terhadap undangan Yesus ini? Apakah  setelah kita tua dan sakit-sakitan? Janganlah kita menunggu saat itu tiba. 

Saudara-saudari terkasih,

Banyak di antara kita yang cenderung membiarkan diri kita termakan oleh hiruk pikuk dan materialisme dunia ini. Kita menjadi terlalu sibuk bahkan sangat sibuk untuk  memuaskan hasrat fana yang tiada batas. 

Mengapa banyak dari kita yang lebih memihak dunia ini? Padahal apa yang kita peroleh dari dunia ini sebenarnya bisa diambil kapan saja. Marilah kita membangun hubungan dengan Yesus dan menanggapi undangan-Nya sekarang juga.

Tuhan memberkati.🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Rabu, 17 Juli 2024

Yes 10:5-7.13-16

Mat 11:25-27


Yesus berdoa kepada Bapa-Nya. Dalam doa-Nya, Ia bersyukur karena semuanya yang berasal dari Allah justru dinyatakan kepada orang kecil bukan kepada orang bijak dan pandai. Apa itu: mukjizat-mukjizat Allah dan segala kebaikan-Nya dan hanya orang kecil lah yang mampu menerimanya.

Yesus tidak sedang bersikap diskriminatif dalam hal ini. Sesungguhnya, Ia sangat ingin agar baik mereka yang kecil pun yang bijak dan pandai mau dan mampu menerima segala kebaikan Tuhan. Namun nyatanya, acap kali kesombongan justru mendatangkan penolakan atas apa yang baik dari Tuhan.

Untuk mengerti kebaikan Tuhan kita memang harus selalu merendahkan diri dengan bersikap rendah hati. Itulah sikap orang kecil yang dimaksud Yesus.

Dokumentasi Komsos 


Rabu, 17 Juli 2024, pkl. 06.00 wib, Bapa Uskup Sibolga, Mgr. Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga memimpin Perayaan Ekaristi perutusan Fr. Paskalis Tafonao dan Fr. Filipus Ofedi Tafonao. Mereka diutus untuk dua tugas yang berbeda.


Fr. Paska diutus untuk melanjutkan pendidikan imam di Seminari Tinggi St Petrus Sinaksak, Pematangsiantar dan guna melanjutkan studi Teologi di Sekolah Tinggi St Yohanes Pematangsiantar. Perutusan ini ia terima setelah ia berhasil menyelesaikan Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Paroki St. Hilarius Tarutung Bolak. 


Sementara itu, Fr. Ofedi Tafonao mendapat perutusan untuk menjalani masa TOP di Batam, Keuskupan Pangkal Pinang. Selama menjalani masa TOP, Fr. Ofedi akan belajar dan berpraktek di Shelter Pastoral Migran dan Perantau, Keuskupan Pangkal Pinang. 


Semoga Frater berdua tetap semangat, bahagia dan setia dalam tugas perutusan mereka.


Dalam Perayaan Ekaristi tersebut, hadir pula Tim Komunitas Tritunggal MahaKudus (KTM) Jakarta yang sudah berada hampir selama satu minggu di Sibolga. Mereka memperkenalkan Komunitas Tritunggal MahaKudus untuk umat Keuskupan Sibolga.

 

Dokumentasi Penulis 

Rabu, 17 Juli 2024

Pekan Biasa XV/B

Mat 11:25-27.


Frater “sensitifus” sangat berambisi  untuk mengenal Tuhan. Dia melahap setiap buku yang membahas tentang Tuhan. Sayangnya, semakin sering dia membaca buku tentang Tuhan, semakin dia merasa asing dengan Tuhan. Maka, ia mencari nasihat pada pembimbing rohaninya untuk mendapatkan pencerahan. 

Sang pembimbing mengatakan: “Dilema Anda sederhana. Anda perlu menjadi lebih rendah hati saat Anda membaca lebih banyak tentang Tuhan.” Ia melanjutkan: “Anda harus memasukkan ke dalam hati Anda dan bukan ke dalam kepala Anda pembelajaran apa pun yang Anda peroleh dari bacaan Anda.”

Dalam Injil hari ini Yesus berdoa: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. 

Apakah Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang Tuhan dalam hidup Anda? Kata rahasianya adalah kerendahan hati.

Saudara-saudari terkasih, 

Kita pun harus selalu rendah hati bila ingin lebih mengenal Tuhan. Jalan kerendahan hati hanya bisa ditemukan melalui jalan bersyukur. HATI YANG BERSYUKUR tidak perlu dicari ke mana-mana. Tapi ada di dalam diri sendiri yakni bersyukur atas apa yg bisa dinikmati, bersyukur atas persoalan hidup yang dihadapi dan bersyukur atas segala keterbatasan diri yang ada. Jadilah pribadi rendah hati yang senantiasa bersyukur🙏

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Komsos 


Selasa, 16 Juli 2024

Pekan Biasa XV/B

Mat 10:34-11:1


Pastor “lelah hati” mengeluh pada rekannya. Karena niat baik pelayanan terhadap umat tidak mendapat respon yang baik. Bukannya mau bekerja sama tetapi malah terjadi penolakan. 

Pastor “motivasiorus”mendengar dengan seksama keluhan pastor “lelah hati” dan memberi peneguhan: bahwa apa yang baik tetap harus dilakukan, selanjutnya biarlah Roh Kebaikan menumbuh-kembangkannya. 

Dalam Injil hari ini, Jelas sekali Yesus sangat marah terhadap penduduk Betsaida dan Khorazim. Mereka telah melihat keajaiban yang Yesus kerjakan di tengah-tengah mereka, tapi mereka tidak bertobat! Mereka tetap melakukan perbuatan jahat. Jelaslah, mereka tidak tertarik untuk mengubah gaya hidup mereka atau takut akan Tuhan!

Saudara-saudari terkasih, 

Tampaknya Yesus melampiaskan kemarahan-Nya pada tiga kota itu, namun kita mengenal Yesus yang penuh belas kasih. Sebenarnya Yesus sedang meratapi mereka. Apakah kita ingin Yesus meratapi kita? Karena menunda mengikuti-Nya  sebab tdk mau mengubah gaya hidup manusia lama? Sadarilah kebaikan Tuhan yang telah kita terima cuma-cuma, dan berbagilah pula dengan cuma-cuma. 

Tuhan memberkati🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Komsos Sibolga 

Minggu, 14 Juli 2024, RD Mikael Runggu Sitanggang melantik 30 Petugas Pastoral dan menyambut kehadiran Kongregasi Suster-suster Fransiskanes Santa Lusia (KSFL) di Paroki St. Hilarius Tarutung Bolak. Kedua peristiwa berahmat ini dilaksanakan dalam Perayaan Ekaristi Minggu Biasa XV Tahun B/II di Gereja Paroki.

Sebanyak 30 orang petugas pastoral yang dilantik oleh Pastor Mikael. Sebagai Pastor Kepala Paroki, beliau juga turut bersyukur atas kehadiran para suster dari Kongregasi KSFL. 

Para suster KSFL untuk sementara tinggal di rumah keluarga Alm. Katekis Op. Teofilus Sihombing atau ayah dari RP. Sebastian Sihombing OFMCap. Mereka akan mengontrak rumah tersebut sampai gedung komunitasnya berdiri.

Ke-30 petugas pastoral yang baru dilantik tersebut bergerak di Komunitas Basis Gerejawi (KBG) di Stasi Keluarga Kudus Tarutung Bolak.

Pastor Mikael Runggu Sitanggang dalam kotbahnya menekankan bahwa Tuhan telah memilih para murid-Nya dari latar belakang kehidupan yang berbeda. Maka sebagai murid Tuhan, para petugas pastoral harus mengandalkan Kuasa Tuhan dalam pelayanan di komunitas masing-masing.

Setelah perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan acara ramah tamah di aula paroki.

(Ditulis oleh Hadamean Tumanggor)

 

Dokumentasi Penulis 

Senin, 15 Juli 2024

Peringatan St Bonaventura, Uskup & Pujangga Gereja

Mat 10:34-11:1


Saya mengenal dengan baik beberapa pastor yang memiliki keyakinan agama yang berbeda dengan orang tua mereka. Mendengar kisah, bagaimana mereka merintis panggilan sungguh menghadirkan sikap hormat yang mendalam terhadap mereka. Karena dampak penolakan dari orang tua dan keluarga menimbulkan berbagai praduga yang mendorongnya harus berani membuat keputusan yang berdampak “memisahkan” mereka secara struktur lembaga ke-keyakin-an bahkan juga hubungan kekerabatan. 

Dalam Injil hari ini Yesus berkata kepada para Rasul-Nya: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi. Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. 

Saudara-saudari, terkasih

Pedang apakah yang dibicarakan Yesus dalam Injil? Itulah pedang kebenaran dan keadilan! Yesus datang ke dunia ini untuk membawa pedang kebenaran dan keadilan, dan pedang tersebut memisahkan siapa pun yang menghalangi. 

Gereja selalu menyuarakan pendapatnya setiap kali ada isu atau kebijakan yang menyakiti umat Tuhan. Gereja tidak takut menentang siapa pun yang berkuasa, bahkan jika itu menciptakan permusuhan sementara. Mengapa? Karena misi gereja adalah berbicara atas nama Tuhan dan menyampaikan kebenaran, tidak peduli siapa yang terluka. Bawalah pedang iman di dalam hati kita masing-masing dalam perjuangan hidup Anda.

Tuhan memberkati🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Komsos Sibolga 


Para pengurus Badan Pelayanan Nasional (BPN) dan Badan Pelayanan Karismatik (BPK) se-Indonesia mengadakan retret bersama yang dilakukan pada 12-14 Juli 2024.


Pembukaan retret dilaksanakan dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Mgr Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga pada Jumat, 12 Juli 2024 yang lalu. Kini retret bersama pun berakhir dan kembali ditutup dengan Perayaan Ekaristi yang juga dipimpin langsung oleh Mgr Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga.


Perayaan Ekaristi diadakan di Gereja Lady Akita, Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Perayaan Ekaristi dihadiri oleh seluruh peserta retret dan umat lainnya yang berasal dari berbagai tempat. Dengan Perayaan Ekaristi hari ini, berakhirlah kegiatan retreat para Pengurus BPN dan BPK se-Indonesia.


Seusai Perayaan Ekaristi, dilaksanakan makan bersama. Tidak lupa juga diadakan sesi dokumentasi oleh panitia penyelenggara.

 

Dokumentasi Penulis 

Minggu, 14 Juli 2024

Pekan Biasa XV/B

Markus 6:7-13 


Suatu hari suster “sendu” mempertimbangkan perutusan dewan pimpinan sebagai kepala sekolah.  Namun, ia ragu karena dalam lubuk hatinya ia merasa  bahwa secara intelektual tidak akan sanggup mengemban tanggung jawab sebesar itu. 

Ia bercerita kepada suster “optimista” tentang keinginannya dan kekurangan intelektualnya. Nasihat suster optimista adalah untuk terus maju dan mengikuti perutusannya. Ia juga diberitahu oleh temannya untuk tidak bergantung pada  kekurangan intelektualnya tetapi bergantunglah hanya pada Tuhan saja.

Firman Yesus hari ini melarang para murid  membawa perbekalan apa pun, kecuali tongkat. Mereka tidak boleh membawa makanan, atau uang, atau sepatu atau pakaian cadangan sekalipun. Ini adalah sebuah perutusan radikal di mana kita diminta untuk lepas bebas dari ketergantungan diri untuk kemudian terjun bebas hanya pada Kehendak Tuhan semata. 

Saudara-saudari terkasih, 

Sering kali kita tidak mencapai apa yang Yesus ingin kita lakukan bagi-Nya, karena kita tidak percaya kepada-Nya dan kita kurang beriman kepada-Nya. Karena alasan yang sama, kita juga takut untuk mengambil langkah pertama menuju realisasi misi kita bagi Tuhan. Oleh karena itu kita mandek dan gagal maju, kita juga gagal mencapai misi kita bagi Kristus.  

Jika Anda ingin mengikuti Yesus, Anda harus mengikuti-Nya dengan iman dan Anda harus belajar untuk percaya sepenuhnya kepada-Nya. Apakah Anda selalu beriman dan percaya kepada Yesus?

(Ditulis oleh Rm. Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Sabtu, 13 Juli 2024

Pekan Biasa XIV/B

Mat 10:24-33


Ada sebuah kisah tentang seorang lelaki sekarat yang jarang menghadiri Misa Kudus dan sangat takut mati. Ketika kerabatnya mengatakan kepadanya bahwa mereka akan memanggil seorang imam agar dia dapat dianugerahkan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, dia bertanya kepada mereka, Apakah saya sudah akan mati?  Singkat cerita, setelah dia dianugerahkan sakramen, lelaki yang sekarat itu berkata kepada kerabatnya, sekarang saya siap mati. 

Injil hari ini memperdengarkan sabda Yesus: “Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”

Saudara-saudari terkasih,

Apakah kita takut mati? Tentu saja, tapi mengapa kita takut mati? Mungkin alasannya karena kita belum menemukan Yesus dan tentunya Yesus belum menjadi bagian dari jalan hidup kita. Ini mungkin alasan utama mengapa banyak dari kita takut mati. Namun, ketika Yesus sudah menjadi bagian dari cara hidup Anda, Anda tidak akan lagi takut mati.   

Ketika kita memiliki Yesus dalam hidup kita, kita sudah memiliki keberanian untuk menghadapi apa pun yang mungkin menimpa kita. Kita tidak lagi takut menatap kematian di dunia karena kita sekarang tahu bahwa sebentar lagi kita akan bersama Yesus di surga. 

Apakah kamu masih takut mati?

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget