2024

Gambar diambil dari Internet 


Senin, 16 September 2024

PW St Kornelius Paus & Martir; St Siprianus Uskup & Martir

Luk 7:1-10


Altruisme adalah sikap atau naluri untuk memperhatikan dan mengutamakan kepentingan dan kebaikan orang lain. Seseorang yang melakukan altruisme disebut sebagai altruis.

Gereja bertumbuh kembang lewat tindakan altruis yang sejak semula ditekankan oleh Yesus. Santo Kornelius Paus (tahun 251), memberikan diri dalam pelayanan secara total walaupun penganiayaan mengancam nyawanya. Pun pula Santo Siprianus (tahun 249), sangat giat menekankan pentingnya kasih sebagai pemersatu Gereja Kristus. Kedua pribadi ini kita peringati hari ini, guna menjiwai hidup kita.

Injil hari ini mengkisahkan sikap altruis  yang sangat mengagumkan seorang perwira militer terhadap budaknya;. Bayangkan ia pergi kepada Yesus untuk meminta kesembuhan bagi budaknya yang sakit parah. Kasih perwira militer kepada budaknya sangat menyentuh hati Yesus, itulah sebabnya Yesus mengabulkan keinginannya untuk kesembuhan bagi budaknya.

Saudara-saudari terkasih.

Siapakah budak di zaman modern ini? Yakni orang-orang miskin, terabaikan dan tidak punya daya untuk mempertahankan kehidupannya sendiri. Bisa jadi para budak zaman modern itu ada di sekitar kita. Sebagai pengikut Kristus yang altruis kita diundang untuk berbuat bagi mereka. “Bantuan meski kecil, sangat berarti bagi yang membutuhkan” 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Minggu, 15 September 2024

Pekan Biasa XXIV/B

Mark 8:27-35


Waktu Perang Dunia ke 2, suatu keluarga Yahudi telah mengalami penyiksaan. Lalu anak sulung dan anak bungsunya melarikan diri pergi mencari bantuan. Anak sulungnya pergi mencari orang yang dulu pernah membantu dirinya, sedangkan anak bungsunya pergi mencari orang yang dulu pernah dibantu oleh dirinya. Akhirnya anak sulungnya tertolong, sedang anak bungsunya bukan hanya tak mendapat bantuan bahkan dikhianati oleh orang yang dulu ia bantu.

Dalam kehidupan nyata manusia di dunia ini, orang yang benar-benar setia kepada dirimu biasanya adalah orang yang pernah menunjukkan kebaikan hatinya kepadamu. 

Injil hari Minggu ini menceritakan tentang Yesus yang meminta murid-murid-Nya untuk menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut-Nya.

Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.

Saudara-saudari terkasih, tiada manusia yg hidup bagi dirinya sendiri. Keberadaan kita saat ini tak lepas dari rentetan kebaikan yang telah diberikan pada kita. Kebaikan pasti akan bertumbuh kembang bila ada yang mau memulai dan meneruskannya. Yesus adalah pribadi yg setia dia telah memberikan kebaikan lewat pengurbanan di Kayu Salib. Yesus meminta kita menjadi pribadi yang menumbuh-kembangkan kebaikan dengan menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut-Nya. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Sabtu, 
Dokumentasi Penulis 

Pesta Salib Suci
Yoh 3:13-17

Tanda Salib bukan lagi sebuah lambang eksklusif umat Katolik. Bila kita menoleh ke lapangan sepak bola, ada banyak pemain sepak bola membuat tanda salib… “agar mirip Messi” : sahutnya, sambil membayangkan wajah pemain sepak bola Argentina yang mendunia saat ini. Bahkan banyak yang memakai tanda salib yang di tato atau pun kalung belum tentu pemakainya orang Kristen.. apalagi menghayati Lambang Salib itu…

Hari ini Gereja merayakan Pesta Salib Suci. Dalam Injil hari ini diceritakan tentang kasih Allah yang luas, pengorbanan Anak-Nya, dan tujuan Allah mengutus Anak-Nya ke dunia. Ia Mengorbankan diri di Kayu Salib keselamatan,  sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Saudara-saudari terkasih.
Bila kita memandang Tubuh Kristus di salib, tangan-Nya selalu terentang seakan-akan hendak merangkul siapa saja yang datang pada-Nya.  Kini dengan memandang salib Kristus pula kita dikuatkan untuk terus mengasihi dan mengampuni sesama; dan juga untuk bertumbuh dalam kerendahan hati, sebab itulah jalan yang dipilih Allah untuk menghantar kita kepada keselamatan kekal. Betapa dalamnya makna Salib itu, sehingga layaklah Tanda Salib itu melekat di batin kita, dan tidak semata kita buat di awal dan akhir doa secara tergesa-gesa.
Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Hampir setiap Minggu saya menghadiri Ekaristi di gereja karena saya selalu rindu bersatu dengan Tuhan lewat Ekaristi. Sayang rasanya melewatkan begitu saja kesempatan untuk bertemu secara istimewa dengan Tuhan Yesus dalam hosti kudus, dan setiap kali menerima hosti, saya membuka diri untuk diubah dalam segi apapun yang Tuhan kehendaki. 

Setiap kali menerima Hosti saya ingat apa yang dikatakan Yesus dalam Injil Yohanes 15 bahwa kita perlu bersatu dengan pokok anggur yang benar, yaitu Kristus.

Ekaristi menyatukan kita dengan Kristus. Penyatuan ini bukanlah sesuatu yang otomatis. Namun,  perlu dipererat dan diperdalam setiap hari hingga kita mencapai persatuan abadi kelak di Surga.

Doa setelah Komuni adalah saat intim bersama Yesus. Ada saat Yesus menghibur, meneguhkan atau membiarkan saya menangis dalam dekapan cinta-Nya. Ada juga saat saya merasa Tuhan sangat memahami dan menyayangi saya.

Saya tidak khawatir kata orang walaupun menangis dalam gereja. Tangisan meluapkan sebagian yang ada dalam jiwa saya. Ada waktunya juga kami saling berdiam dalam keheningan yang memesona seakan waktu terhenti.

Dalam tulisan ini, saya ingin membagikan pengalaman saya tentang mukjizat Ekaristi dalam hidup saya.

Ketika masih duduk di bangku kuliah, saya ikut misa bulanan yang dibuat Komunitas Mahasiswa Katolik (KMK) kampus. Dan ketika misa berlangsung, saya merasakan nyeri di bagian kepala saya sehingga ketika doa Bapa Kami saya harus duduk. Saya berharap sekali Tuhan menyembuhkan nyeri pada kepala saya. Dengan iman saya mengucapkan sungguh-sungguh: “Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh”.

Saya mengucapkan kalimat ini dengan kesungguhan hati dan kesadaran bahwa Kristus yang mau datang padaku berkuasa menyembuhkan.

Saat menyambut Komuni, saya mengimani penuh bahwa Tuhan mengalirkan kasih-Nya dan menyembuhkan saya.

Setelah itu saya mengikuti misa dan tanpa saya sadari saya dapat menyelesaikan misa tanpa terganggu oleh rasa sakit lagi.

Sepanjang sejarah Kristen, Tuhan kita telah menunjukkan kepada kita bahwa Dia benar-benar hadir sebagai Sakramen Mahakudus. Menariknya, banyak mukjizat Ekaristi telah terjadi selama masa-masa melemahnya Iman. Misalnya, banyak mukjizat Ekaristi telah terjadi sebagai akibat dari seseorang yang meragukan Kehadiran Nyata. 

Kebanyakan mukjizat Ekaristi melibatkan kejadian-kejadian di mana Hosti telah "berubah menjadi daging dan darah manusia". Tentu saja kita sebagai umat Katolik percaya bahwa Hosti yang dikonsekrasi berubah menjadi Tubuh, Darah, Jiwa, dan Keilahian Tuhan kita, dalam rupa roti dan anggur. Oleh karena itu, Yesus, melalui mukjizat-mukjizat ini, hanya menyatakan Kehadiran-Nya dengan cara yang lebih nyata.

"Lalu Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkan tanganmu dan masukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.

Memang bagi orang yang sudah percaya, mukjizat- mukjizat tidaklah penting; namun bagi orang yang memutuskan untuk tidak percaya, bahkan mukjizat yang terbesar sekalipun tidak akan pernah cukup. Jadi akhirnya terpulang pada kita masing- masing bagaimana kita menyikapinya, sebab Tuhan juga tidak pernah memaksa.

Semoga kita yang sudah percaya akan kehadiran Yesus dalam Ekaristi, dibimbing oleh Roh Kudus sehingga kita dapat semakin menghayatinya.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan. 

Salve🪷

(Ditulis oleh Vera Nainggolan, OMK Paroki Santa Maria Bunda Padangsidimpuan)

Gambar diambil dari Internet 


Jumat, 13 September 2024

PW St Yoh. Krisostomus Uskup & Pujangga Gereja

Luk 6:39-42


Setiap pagi sang istri mengkomentari kualitas cucian baju tetangga yg dijemur. Ia melihat dari jendela bahwa baju tak pernah bersih dicuci. Namun suatu waktu sang istri kaget karena ternyata sang tetangga ternyata bisa juga mencuci baju dengan bersih!!  Lantas Sang suami berkata, "Saya bangun pagi-pagi sekali hari ini dan membersihkan jendela kaca kita." Ternyata yang kotor selama ini adalah jendela kaca rumah mereka🤣 Begitulah kehidupan.  Apa yang kita lihat pada saat menilai orang lain tergantung kepada kejernihan pikiran (jendela) lewat mana kita memandangnya.

Dalam Injil hari Jumat ini, Yesus memperingatkan tentang menghakimi. Kita  cenderung melihat kesalahan orang lain tetapi tidak memperhatikan kekurangan kita sendiri. Kita cepat menuding orang lain, tetapi tidak punya keberanian dan kerendahan hati untuk menilai diri kita sendiri. kita harus menilai dengan saksama kebenaran dan kebijaksanaan kita sendiri sebelum mencoba menolong orang lain (Lukas 6:41–42).

Saudara-saudari terkasih, 

Hari ini Gereja memperingati St Yohanes Krisostomus. Ia dijuluki si mulut Emas karena memiliki talenta yang luar biasa dalam eksegese dan berkhotbah. Kiranya ini tidak muncul begitu saja. Ia menjalani penjernihan diri lewat hidup tapa yang ekstrem. Kejernihan dalam kata dan interaksi dengan sesama, akhirnya berpulang pada diri sendiri. Seperti doa yang diajarkan Kristus: “Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yg bersalah kepada kami..” 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Kamis, Pekan Biasa XXIII/B

12/09’24, Luk 6:27-38


“Satu-satunya cinta yang layak disebut CINTA adalah cinta tanpa syarat.” John Powell. Beliau menjelaskan kemudian: “Sebab, dengan cara demikianlah kita semua dicintai Tuhan, yang demi kita mengutus Putera-Nya menjadi manusia untuk mengorbankan nyawa-Nya demi kita. Dan karena kita dicipta menurut citra dan gambaran Tuhan itu, maka kita pun tidak dapat benar-benar saling mencintai selain dengan cinta tak bersyarat. 

Yesus memberi tahu kita dalam Injil: “Jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun mengasihi orang yang mengasihi mereka. Dan jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian (Lukas 6:32-33). 

Kasih terhadap musuh adalah perintah Yesus yang radikal karena mengajarkan kasih dan kemurahan hati yang tak terbatas.

Saudara-saudari terkasih.

Apakah cinta tanpa syarat, atau kemurahan hati yang tak terbatas itu nyata? Saya berani mengatakan: “Ya!!” Saya alami dan temukan itu dari orang tua saya sendiri. Cinta mereka semakin nyata ketika mereka bersentuhan dengan keterbatasan akal, materi maupun maupun kemampuan yang ada pada diri mereka. Namun mereka tetap setia  menjadi orang tuaku. Jadilah pribadi yang setia itulah cinta sejati. 

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Rabu, 11 September 2024

Pekan Biasa XIII/B

Luk 6:20-26


Pada saat kunjungan ke Indonesia, Paus Fransiskus diketahui terbang dengan pesawat komersial dan menolak fasilitas mobil mewah hingga duduk di kursi penumpang bagian depan. "Sikap Paus dalam kunjungan kenegaraan dan apostolik ke Indonesia mengajarkan secara langsung kesederhanaan dan membawa pesan kerukunan antara umat beragama, suku bangsa, ras dan golongan yang merupakan semangat persatuan," kata Ketua Umum Jaringan Kemandirian (JAMAN) Iwan Dwi Laksono dalam keterangannya, Rabu (4/9/2024).

Dalam Injil suci hari ini Yesus Kristus menegaskan pandangan banyak orang mengenai keadaan kehidupan setiap orang dewasa ini dimana kita melihat orang yang miskin menjadi sangat miskin, namun di balik kekurangan itu terdapat spiritualitas dan kesetiaan mereka yang kuat kepada Tuhan.

Saudara-saudari terkasih.

Apakah kita rela menjadi miskin untuk merasa lapar, menangis, dan dihina demi iman kita yang teguh kepada Yesus? Pertanyaan ini akan mendorong kita untuk berpikir keras karena tidak mudah untuk menjadi miskin untuk merasa dihina, menangis, dan lapar demi pemuridan kita yang teguh bersama Yesus. Namun Paus Fransiskus telah memberi teladan pada kita, bahwa itu semua bukan mustahil. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Selasa, 10 September 2024

Pekan Biasa XXIII/B

Luk 6:12-19


Pada akhirnya partai final lomba makan kerupuk dalam rangka 17 Agustusan, menyisakan 5 anak.

Beberapa menit sebelum peluit start, panitia memberi kesempatan semua finalis untuk bersiap. Maka ke lima anak berdoa. Ada seorang anak yg nampak serius kali berdoa. Dan akhirnya ia pulalah yg memenangkan perlombaan. 

Maka sang panitia berkata: “anakku sungguh kamu menang karena kamu tadi doa paling serius, apa yang kamu doakan tadi?” Sang anak menjawab dengan polos: “saya meminta agar Tuhan menguatkan saya, seandainya kalah saya tidak menangis…” 

Doa mengubah diri bukan mengubah orang lain. 🙏

Apakah doa merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari Anda? Dalam Injil hari ini, sebelum membuat keputusan yang sangat penting untuk memilih kedua belas rasul-Nya, Yesus terlebih dahulu pergi ke sebuah gunung untuk berdoa. Di sana, Ia menghabiskan malam dalam doa kepada Tuhan (Lukas 6:12).

Saudara-saudari terkasih.

Kebiasaan kita berdoa, membuat kita yang jauh dari Tuhan, kini menjadi  dekat Tuhan yang berjalan bersama kita. Sehingga berdoa itu bukan laksana sulap yang mengubah penampilan maupun materi. Tapi doa mengubah pribadi menjadi lebih siap dan dimampukan menghadapi kehidupan, bukan mengubah kehidupan demi kemauan diri. Doa adalah mukjizat di zaman modern, di mana hati yang ragu dan tidak percaya  menjadi percaya pada Tuhan. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Senin, 09 September 2024

Pekan Biasa XXIII/B

Luk 6:6-11


Pada tanggal 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, pasukan Perancis dan Italia sedang bertempur melawan pasukan Austria dalam suatu peperangan yang mengerikan. Pada hari yang sama, seorang pemuda warga negara Swiss, Henry Dunant , berada di sana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis, Napoleon III. 

Puluhan ribu tentara terluka, sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat 40.000 orang yang menjadi korban pertempuran tersebut. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat, segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong mereka. Inilah momentum yang menjadi penggagas lahirnya PMI (palang merah Internasional). Relawan PMI wajib menolong manusia yg terluka saat perang tidak memandang dari faksi manapun. 

Dalam Injil hari ini, Yesus ingin agar kita meneladani-Nya: Selalu membuat pandangan positif dalam kehidupan sesama kita, bahkan selama hari-hari suci seperti hari Sabat (dalam tradisi Yahudi). Dan janganlah kita juga pilih-pilih orang yang kita beri pertolongan.

Saudara-saudari terkasih.

Getar perasaan Henry Dunant kiranya menggelisahkan hati Yesus jauh sebelum PMI lahir. Kiranya getar rasa ini ditanamkan di dalam gaungan suara hati setiap insan, khususnya pribadi yang mengenal ajaran kasih. 

Bagi umat Kristiani adalah wajib hukumnya menolong mereka yang teraniaya. Tapi  tindakan menolong itu bisa dilakukan siapa saja. Bagi pengikut Kristus panggilan menolong yang teraniaya bukan memandang siapa si korban tapi karena kita memandang wajah Yesus yang hadir dalam setiap diri yang teraniaya. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Minggu, 08 September 2024

Pekan Biasa XIII/B

Mrk 7:31-37


Ada 3 orang pemburu ditangkap suku primitif di tengah hutan karena berburu. Raja primitif memberi mereka kesempatan hidup atau mati dengan cara mengambil sebanyak 10 buah yang harum di hutan. 

Ke-tiga pemburu dengan sigap mencari buah-buahan. Pemburu I dan II datang dengan buahnya, tapi pemburu ke III masih belum datang. 

Si pemburu I dengan bangga menyerahkan mangga harum yang besar-besar pada raja. Raja pun mengambilnya dan berkata: “bila kamu tetap diam selama dilempar dengan mangga ini kamu lolos!” Kekuatan si pemburu hanya tahan sampai mangga ke lima karena pecah di dahinya dan getahnya terkena matanya l, sehingga dia menjerit kesakitan. 

Pemburu II gembira karena dia membawa jambu air yang kecil-kecil. Tapi ketika jambu air ke-10 dilempar, dia malah tertawa dan akhirnya dieksekusi. 

Di alam kematian si pemburu I bertanya ke pemburu II: “kenapa kamu tidak bisa berdiam diri, bukankah buah jambu air yang dilempar itu tidak sakit?” Saya bukan menahan sakit tapi tertawa terbahak-bahak krn saat jambu air ke 10 dilempar, aku melihat pemburu ke tiga membawa 10 buah durian yang akan disetor pada raja primitif 😃😃😃

Dalam Injil kita mendengar, orang bisu tuli disembuhkan oleh Yesus bukan di tengah keramaian. Yesus malah membawa orang bisu tuli itu menjauh dari keramaian. Untuk bersama-Nya sendirian di tempat yang tenang dan dalam keheningan lingkungan, Yesus menyembuhkannya (Markus 7:33-35).

Saudara-saudari terkasih,

Dalam ilustrasi di atas kita menyaksikan nasib tragis pemburu ke II karena tidak bisa hening. Masalah keheningan sering muncul bukan dari luar tapi diri sendiri yang tidak mau masuk ke dalam keheningan. 

Yesus menyembuhkan si bisu tuli di tempat tenang dan hening. Artinya kita yang terlalu hiruk-pikuk dengan media sosial dan beragam kehidupan sekuler membuat kita menjadi bisu bersaksi dan tuli mendengar Sabda Tuhan. Mari mengambil waktu hening dan tenang agar kita disembuhkan oleh-Nya dari kebisuan dan ketulian iman. 

Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Sabtu, 07 September 2024

Pekan Biasa XII/B

Luk 6:1-5


Orang selalu berkata: ADA "bekas istri" & "bekas suami", tetapi TIDAK ADA "bekas anak " ataupun "bekas orangtua"...

Tapi saat pertemuan para menejer, seorang Vice President (VP) melakukan riset kecil kepada para menejer yang sudah berkeluarga saat Rapat di kantor.

Dia meminta seorang menejer maju ke depan white board untuk menulis 3 nama yang paling UTAMA dalam hidupnya. Lantas ia menulis

"ibu", "Istri" & "anak". 

Tiba-tiba sang VP berkata:"Silakan coret 2 nama dari 3 yg kamu tulis..!”

Menejer itu tertegun sementara waktu,... lalu dengan perlahan ia mengambil pilihan yang amat sulit dan mencoret nama IBU-nya! kemudian dengan sangat lambat mencoret nama: ANAK-nya..!!!

Bersamaan dengan itulah sang menejer tidak kuat lagi membendung air matanya, dan..., Ia pun " Menangis "

Setelah suasana tenang, akhirnya sang VP bertanya: “Kenapa kamu tidak memilih orang tua" yg membesarkanmu..?!? Atau "anak" yang adalah darah dagingmu..?!? kenapa kamu memilih "ISTRI??" Toh istri bisa dicari lagi khan..?!?..

Semua orang di kantor terpana menunggu jawaban dari mulut menejer itu...

Lalu sang menejer berkata lirih : " karena Istri saya ikut Rapat di sini Pak ...." 🤣🤣🤣

Dalam Injil hari ini dikisahkan, para murid sedang memetik gandum, dan beberapa orang Farisi menegur mereka karena hari itu adalah hari istirahat atau hari Sabat bagi mereka. Namun, Yesus menegur orang Farisi yang selalu kritis dengan mengutip apa yang dilakukan Daud dan para pengikutnya: Mereka memakan roti persembahan yang khusus untuk imam. Kemudian, Yesus mengakhiri teguran-Nya terhadap orang Farisi dengan mengatakan bahwa DIA berada di atas dan di atas hukum Sabat mereka.

Saudara-saudari terkasih.

Aturan yang Yesus ikuti adalah: kebutuhan dasar manusia yang wajar seperti makanan lebih diutamakan daripada hukum apa pun, bahkan hukum Sabat. Melakukan tindakan belas kasihan lebih penting daripada memenuhi adat istiadat atau tradisi. 

Pada umumnya mayoritas umat manusia sudah mampu memenuhi kebutuhan dasar yang wajar: makan-minum sudah terpenuhi. Namun sering kita tidak mampu mencukupi diri dengan apa yang ada sehingga jatuh pada jerat kebutuhan duniawi yang berakibat tak lagi punya hasrat memenuhi hukum Ilahi. 

Tuhan memberkati.

(Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Jumat, 06 September 2024
Pekan Biasa XII/B
Luk 5:33-39

HP sebenarnya adalah sarana yang membantu hidup tapi bukan tujuan hidup. Kiranya hal ini dimaknai terbalik oleh Seorang pemuda di China, Wang Shangkun (27) asal provinsi Anhui yang menjual ginjalnya hanya demi membeli produk-produk gadget buatan Apple.

Setelah sekian tahun melakukan operasi pengangkatan ginjal, dia harus rela menghabiskan waktu seumur hidup dengan berbaring di atas kasur, karena ginjalnya yang tersisa tidak berfungsi dengan baik.
(Serambinews.com Kamis, 3 Februari 2022 11:33 WIB)

Dalam Injil, Yesus ditanyai oleh para ahli Taurat dan orang Farisi, mengapa para pengikut-Nya tidak berpuasa seperti mereka dan para pengikut Yohanes Pembaptis. Jawaban sederhana Yesus adalah para murid belum bisa berpuasa karena Ia masih bersama mereka. 

Bisakah Anda memastikan kemurnian hati seseorang hanya dengan melihatnya menjalankan tradisi atau ritual seperti berpuasa? Puasa adalah baik tapi harus dipahami secara dewasa, bahwa puasa adalah sarana untuk mencapai tujuan yang lebih luhur. 

Saudara-saudari terkasih.
Kesatuan dengan Tuhan adalah tujuan hidup umat Kristiani. Kesatuan ini akan mengubah kita menjadi pribadi Kristus. Di mana Yesus lebih gampang melihat potensi kebaikan seseorang dari pada keburukan yang menjadi cap dalam pribadi. 

Inilah pesan keras yg disampaikan ketika Ia berkata di kayu salib: “Ampunilah mereka katena mereka tidak tahu apa yg mereka perbuat.” Berpuasa adalah sebuah sarana yang mau membawa kita pada tujuan hidup bersama Yesus. 
Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari vaticannews


Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!


Saya bahagia berada di sini, di Masjid terbesar di Asia, bersama Anda semua. Saya menyapa Imam Besar dan berterima kasih atas sambutannya yang disampaikan kepada saya, yang mengingatkan kita bahwa tempat ibadah dan berdoa ini juga merupakan "rumah besar untuk umat manusia", tempat setiap orang dapat masuk dan meluangkan waktu untuk diri mereka, guna menciptakan ruang bagi kerinduan akan Dia yang tak terbatas yang dibawa oleh kita masing-masing dalam hati kita, dan untuk mencari perjumpaan dengan yang ilahi dan mengalami sukacita persahabatan dengan sesama.


Saya mengenang dengan senang hati bahwa Masjid ini dirancang oleh arsitek Friedrich Silaban, seorang Kristen yang memenangkan sayembara desain. Ini membuktikan bahwa, dalam sejarah bangsa ini dan dalam budaya yang berkembang di sini, Masjid, seperti tempat ibadah lainnya, adalah ruang dialog, ruang untuk saling menghormati dan hidup bersama dengan damai di antara agama-agama dan berbagai kepekaan rohani yang berbeda.


Ini adalah sebuah anugerah besar di mana setiap hari Anda dipanggil untuk merawatnya sehingga pengalaman keagamaan Anda dapat menjadi titik rujukan bagi masyarakat yang damai dan bersaudara dan tidak pernah menjadi alasan untuk menutup diri dan berseteru.


Mengenai hal ini, haruslah disebut terowongan bawah tanah, "terowongan persahabatan" yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga. Ini adalah simbol yang bermakna, yang memperkenankan dua tempat ibadah agung tidak hanya berada "berhadapan" satu sama lain, tapi juga "terhubung" satu sama lain.


Sungguh, lorong ini memungkinkan perjumpaan, dialog, dan kemungkinan nyata untuk "menemukan dan membagikan "mistik" hidup bersama, berbaur dan bertemu ... mengambil bagian dalam gelombang yang, meskipun agak kacau, dapat menjadi pengalaman nyata persaudaraan dalam iring-iringan solidaritas, peziarahan suci" (Anjuran Apostolik Evangelii Gaudium, 87).


Saya mendorong Anda untuk melanjutkan di jalan ini sehingga kita semua, bersama-sama, masing-masing mengembangkan spiritualitasnya dan mengamalkan agamanya, dapat berjalan dalam pencarian akan Allah berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat yang terbuka, yang didasarkan atas sikap saling menghargai dan mengasihi satu sama lain, mampu melindungi diri dari kekerasan hati, fundamentalisme dan ekstremisme, yang selalu berbahaya dan tak pernah dapat dibenarkan. Ini bukan sekadar basa-basi, sesuatu yang formal, tidak!


Ini adalah jalan persahabatan bersama yang telah Anda mulai beberapa waktu lalu, didukung oleh mereka yang memiliki tanggung jawab sipil dan politik di negara ini, didorong oleh berbagai pemimpin agama, tetapi yang mungkin terjadi terutama karena watak orang Indonesia yang indah, karena keterbukaan batin Anda, karena Anda tahu bagaimana saling menawarkan sambutan, karena kemampuan Anda untuk merukunkan yang berbeda. 


Dalam perspektif ini, yang dilambangkan oleh terowongan bawah tanah, saya ingin meninggalkan Anda dua pesan untuk mendukung perjalanan menuju persatuan dan kerukunan yang telah Anda lakukan selama ini. Yang pertama adalah: selalu melihat secara mendalam, karena hanya di sanalah Anda dapat menemukan apa yang menyatukan di balik perbedaan.


Faktanya, sementara di permukaan ada ruang Masjid dan Katedral, yang didefinisikan dengan baik dan sering dikunjungi oleh umat beriman masing-masing, di bawah tanah, di sepanjang terowongan, orang-orang yang sama yang berbeda itu bertemu dan dapat mengakses dunia keagamaan yang lain.


Gambaran ini mengingatkan kita pada sesuatu yang penting: bahwa aspek-aspek agama yang terlihat ritus, praktik, dan sebagainya adalah warisan tradisional yang harus dilindungi dan dihormati; tetapi apa yang "di bawah", yang mengalir di bawah tanah, seperti halnya "terowongan persahabatan", kita dapat mengatakan akar umum dari semua kepekaan keagamaan hanya satu: pencarian perjumpaan dengan yang ilahi, dahaga akan ketidakterbatasan yang telah ditempatkan oleh Yang Maha tinggi di hati kita, pencarian akan kegembiraan yang lebih besar dan kehidupan yang lebih kuat dari kematian apa pun, yang menghidupkan perjalanan hidup kita dan mendorong kita untuk keluar dari ego kita untuk menuju Allah.


Di sini, marilah kita mengingat hal ini: memandang secara mendalam, memahami apa yang mengalir di kedalaman kehidupan kita, hasrat untuk mencapai kepenuhan yang bersemayam di kedalaman hati kita, kita menemukan bahwa kita semua adalah saudara, semua peziarah, semua dalam perjalanan menuju Allah, melampaui apa yang membedakan kita.


Undangan kedua adalah: untuk menjaga ikatan. Terowongan itu dibangun dari satu sisi ke sisi lain untuk menciptakan hubungan antara dua tempat yang berbeda dan berjauhan. Inilah yang dilakukan lorong bawah tanah: menghubungkan, yaitu menciptakan ikatan. Kadang-kadang kita berpikir bahwa perjumpaan antara agama-agama adalah soal mencari titik temu antara doktrin dan pengakuan agama yang berbeda dengan segala cara. 


Kenyataannya, pendekatan semacam itu bisa saja berakhir dengan memecah belah kita, karena doktrin dan dogma masing-masing pengalaman keagamaan berbeda. Yang benar-benar mendekatkan kita adalah menciptakan hubungan antara perbedaan-perbedaan kita, dengan menjaga agar ikatan persahabatan, perhatian, dan timbal balik tumbuh. Itu adalah hubungan di mana masing-masing pihak terbuka kepada pihak lain, di mana kita berkomitmen untuk mencari kebenaran bersama dengan belajar dari tradisi agama pihak lain; untuk saling memenuhi kebutuhan manusia dan spiritual.


Itu adalah ikatan yang memungkinkan kita untuk bekerja sama, untuk maju bersama dalam mengejar suatu tujuan, dalam membela martabat manusia, dalam memerangi kemiskinan, dalam memajukan perdamaian. Persatuan lahir dari ikatan persahabatan pribadi, dari rasa saling menghormati, dari saling mempertahankan ruang dan ide orang ang lain. Semoga Anda selalu menjaganya!! Saudara-saudari terkasih, "meneguhkan kerukunan umat beragama untuk kemanusiaan" adalah


Inspirasi yang harus kita ikuti dan yang juga menjadi judul Deklarasi Bersama yang disiapkan untuk kesempatan ini. Di dalamnya, kita bertanggung jawab menghadapi krisis serius dan terkadang dramatis yang mengancam masa depan umat manusia, khususnya perang dan konflik, yang sayangnya juga dipicu oleh eksploitasi agama, tetapi juga krisis lingkungan, yang telah menjadi hambatan bagi pertumbuhan dan kehidupan bersama masyarakat. Dan menghadapi skenario ini, penting untuk memajukan dan memperkuat nilai-nilai yang sama bagi semua tradisi agama, membantu masyarakat untuk "mengalahkan budaya kekerasan dan ketidakpedulian" (Deklarasi Bersama Istiqlal) dan untuk memajukan rekonsiliasi dan perdamaian.


Terima kasih atas perjalanan bersama yang kalian teruskan. Indonesia adalah negara besar, mosaik budaya, suku bangsa, adat istiadat, keberagaman yang sangat kaya, yang tercermin pula dalam keanekaragaman ekosistem dan lingkungan sekitarnya. Dan jika benar kalian adalah tuan rumah tambang emas terbesar di dunia, ketahuilah bahwa harta yang paling berharga adalah kemauan agar perbedaan tidak menjadi alasan untuk bertikai, tetapi diselaraskan dalam kerukunan dan rasa saling menghormati. Jangan sia-siakan anugerah ini!


Jangan pernah memiskinkan diri kalian dari kekayaan yang besar ini, sebaliknya, kembangkan dan wariskan terutama kepada kaum muda. Semoga tidak ada seorang pun yang terjerumus dalam pesona fundamentalisme dan kekerasan, semoga semua orang justru terpesona oleh impian sebuah masyarakat dan kemanusiaan yang bebas, bersaudara, dan damai! Terima kasih atas senyum ramah Anda, yang selalu terpancar di wajah Anda dan merupakan tanda kecantikan dan keterbukaan batin Anda. Semoga Allah melestarikan anugerah ini. Dengan pertolongan dan berkat-Nya, maju terus, Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Terima kasih!


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sebut "Bhinneka Tunggal Ika", Ini Pidato Lengkap Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal".

Gambar diambil dari Internet 


Kamis, 05 September 2024

Pekan Biasa XII/B

Luk 5:1-11


Seorang yang memakai kursi roda, ditanya: “Apakah terkurung di kursi roda membuat hidup mu terbatas?” Lantas ia menjawab: “saya bukan terkurung, malahan saya terbebaskan oleh kursi roda. Kalau bukan karena kursi roda, saya akan tetap terbaring di ranjang  dan terkurung di dalam kamar.” 

Perubahan sudut pandang terhadap kelemahan hidup mengubah sikap dan jalan hidup kita.

Dalam Injil, setelah Yesus melakukan mukjizat penangkapan ikan yang banyak di depan mata Simon dan para nelayan lainnya (Lukas 5:6), Simon Petrus berlutut di hadapan Yesus dan memohon agar Yesus meninggalkan mereka karena mereka semua berdosa. Dan karena itu tidak layak untuk hadirat-Nya dan mukjizat yang Dia lakukan bagi mereka (Lukas 5:8). 

Namun, Yesus dengan segala kasih, belas kasihan, dan pengampunan di dalam hati-Nya berkata kepada Simon, "Jangan takut; mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia (Lukas 5:10)." 

Saudara-saudari terkasih.

Terlepas dari dosa-dosa Anda dan masa lalu Anda yang kelam, Yesus memanggil Anda juga untuk memulai hidup baru bersama-Nya. Tuhan tidak memanggil kita untuk mengutuk kita atas dosa-dosa yang tak terhitung jumlahnya yang telah kita lakukan. Ia memanggil kita agar Ia dapat memulihkan martabat kita yang telah hilang karena dosa-dosa kita. 

Maukah Anda mengindahkan panggilan Yesus ini? Jawaban atas panggilan ini tidak cukup hanya KTP yg bertuliskan Katolik atau pun kemauan hati yang berkata di bibir : “ya”. Panggilan ini menuntut perbuatan nyata, rasul Yakobus mengatakan: “iman tanpa perbuatan. Pada hakikatnya mati.”

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Penulis 


Rabu, 04 September 2024

Pekan Biasa XII/B

Luk 4:38-44


Selama Krisis energi dan embargo minyak tahun 1970-an, peneliti Belanda mengamati pemakaian energi di negara itu. 

Di kawasan hunian pinggiran Amsterdam ditemukan penduduk menggunakan energi 30% lebih sedikit daripada tetangga mereka-padahal ukuran rumah dan jatah pemakaian listrik sama juga. 

Ternyata letak perbedaannya adalah: lokasi meteran listrik. Penduduk yg 30% lebih hemat menaruh meteran listrik dekat pintu masuk rumahnya, sementara yang lain di ruang bawah tanah. Posisi meteran jelas mengubah perilaku pengguna listrik, krn mereka memantau setiap masuk rumah. 

Dalam kehidupan sangat dibutuhkan waktu dan  situasi di mana kita bisa memantau hidup pribadi agar terkendali.

Dalam Injil hari ini kita membaca bahwa, Yesus selalu menemukan waktu untuk Tuhan, tidak peduli seberapa sibuknya Dia. Mengapa? Karena Yesus memperoleh kekuatan dari persekutuan-Nya dengan Tuhan. Waktu dan situasi yang diambil Yesus adalah menyendiri dan berdoa. Apakah kita mencari persekutuan dengan Yesus pada waktu dan situasi tertentu setiap hari?

Saudara-saudari terkasih.

Keindahan relasi dengan Yesus adalah Anda tidak akan pernah tersesat di hutan dunia yang penuh dosa ini. Melalui Yesus, Anda selalu memiliki jangkar yang kuat untuk menstabilkan hidup Anda. Apakah Anda merasa tersesat sesekali di dunia ini? Ambillah situasi dan waktu untuk berjumpa dengan-Nya. Mintalah Yesus untuk menemani Anda untuk Melihat banyak aktivitas yang penuh tekanan. Yesus selalu punya cara “ajaib” membebaskan kita dari tekanan kehidupan ini. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Selasa, 03 September 2024

PW St Gregorius Agung  Paus & Pujangga Gereja

Lukas 4:31-37


Hari ini Gereja memperingati Santo Gregorius Agung, Uskup Roma ke-64 yang wafat  3 September 590. Peran Gregorius Agung sebagai santo pelindung para guru berakar kuat pada komitmen abadinya terhadap pendidikan, pembelajaran, dan penyebaran pengetahuan. Pengetahuan kiranya adalah gerbang iman sebab iman yang didasari pengetahuan akan menambah daya guna bathin untuk menghempang segala daya goda yang menjauhkan kita dari Tuhan, yakni godaan setan.  

Dalam Injil kita membaca tentang Yesus yang mengusir setan dari orang yang kerasukan. Setelah Yesus mengusir orang yang kerasukan itu, orang banyak berkata, apa maksud perkataan-Nya? Karena dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memerintahkan roh-roh jahat, dan mereka pun keluar (Lukas 4:36). Kita mengenal Yesus; kita tahu dari mana kuasa dan otoritas-Nya berasal. 

Saudara-saudari terkasih.

Mari kita renungkan firman-Nya yang penuh kuasa dalam Alkitab, melalui kehidupan doa, dan dengan kehadiran secara teratur dalam ibadat/Misa Kudus. Dengan melakukan tindakan iman ini, kita secara permanen mengimunisasi diri kita dari kerasukan iblis. 

Iblis itu sangat nyata! Iblis berkeliaran di saat kita ada di dekat berbagai macam godaan dan dosa yang membuat kita menjadi terasing. Kerasukan ini nyata lewat kecanduan HP sehingga tak perduli orang lain, amarah yg tak terkendali sehingga merusak relasi yg lama sudah terjalin, kecanduan obat-obatan sehingga rela menjual segalanya; dijerat oleh wajah manis sang iblis dalam cinta diri yang berlebihan. Kita harus berani membebaskan diri dari jerat kerasukan setan dunia modern ini. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Senin, 02 September 2024

Pekan Biasa XXII/B

Luk 4:16-30


Mahatma Gandhi pernah mengalami penolakan  ketika di Afrika Selatan. Setelah membaca Alkitab dan kehidupan Yesus, ia sangat ingin menjadi seorang Kristen. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk menghadiri kebaktian gereja. 

Ketika ia sampai di pintu gereja, penatua gereja bertanya, "Menurutmu ke mana kau akan pergi, orang kafir .... Tidak ada tempat bagi orang kafir di gereja ini. Keluar dari sini atau aku akan menyuruh asistenku melempar mu dari tangga". 

Pengalaman ini tidak membuatnya menjadi anti-Kristus ia mengatakan:  “Saya mencintai Kristus Anda. Hanya saja begitu banyak dari Anda orang Kristen yang sangat bertolak belakang  dengan Kristus Anda"

Dalam Injil hari ini kita mendengar, Yesus awalnya dikagumi dan diterima dengan hangat oleh teman-teman sekota-Nya karena Ia berbicara dengan cemerlang. Namun, ketika Ia berbicara tentang sesuatu yang tidak disukai teman-teman sekota-Nya, kekaguman itu berubah menjadi cemoohan dan sambutan hangat itu menjadi dingin seperti es. Hal ini menyebabkan teman-teman sekota-Nya mendorong-Nya ke arah bukit sehingga Ia akan jatuh dan terbunuh. Yesus mengalami penolakan di kampung halaman-Nya sendiri. 

Saudara-saudari terkasih.

Bagaimana dengan kita? Pernahkan Anda ditolak? Injil hari ini mengajak kita untuk mengubah paradigma/pola pikir kita yang belum memiliki kemerdekaan hati. Pengalaman ditolak justru membawa berkat bagi kita sebagai sarana penyerahan diri kepada Allah. 

Pengalaman ini dapat menjadi titik tolak bagi kita untuk menyerahkan diri kepada Allah, agar kuasa-Nyalah yang berjaya, dan bukan kekuatan kita, "sebab jika aku lemah, maka aku kuat (2 Kor 12:10b). Oleh karena itu, bersyukurlah betapa kelemahan kita justru membuat kuasa Allah menjadi sempurna dan nyata dalam hidup kita.

Tuhan memberkati 😇

(Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dokumentasi Komsos 


Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Daerah (LP3KD) Sumatera Utara mengadakan Musyawarah Daerah (MUSDA) di Hotel JTS Pangururan, Samosir Sumatera Utara. Musda tersebut berlangsung dari 30 Agustus sampai 1 September 2024 di Hotel JTS Pangururan, Samosir.


Peserta Musda berasal dari LP3KD setiap Kabupaten/Kota. Musda kali ini mengambil tema BERJALAN BERSAMA MEMBANGUN GEREJA DAN BANGSA. 


MUSDA ini dikoordinir oleh Pengurus LP3KD Sumatera Utara. Musda ditutup dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Sibolga, Mgr. Fransiskus Sinaga. Setelah Perayaan Ekaristi dilanjutkan penutupan Musda oleh pengurus LP3KD Sumatera Utara.

Gambar diambil dari Internet 


Minggu, 01 September 2024

Pekan Biasa XXII/B

Mrk 7:1-8.14-15.21-23


Suatu hari Pastor berkunjung ke rumah umat untuk mengajak sang bapa aktif menggereja. Pembicaraan berjalan sangat akrab sampai pastor diajak makan bersama keluarga. 

Minggu berikutnya si pastor tak melihat keluarga itu.  Malah si ibu tidak lagi ke gereja. Sampai suatu waktu tak terduga sang pastor bertemu sang ibu di pasar. 

Pastor bertanya: “Mengapa ibu tak ke gereja lagi?” Sang ibu bercerita pada pastor, kalau sehabis kunjungan Pastor  dulu, ia bertengkar dengan suaminya karena mereka kehilangan uang 5 juta di ruang makan. 

Sang suami berkeras kalau uang itu diambil pastor karena posisi uang itu tepat di tempat yang diduduki pastor. Sang pastor bukan menyangkal malah menegaskan: “Memang uang itu di dekat saya tapi karena kita mau makan, maka uang itu saya letakkan di bawah Kitab Suci, agar tidak kotor terkena makanan.  

Lalu ibu itu segera menemukan uang tersebut saat mereka membaca kitab suci. Segera wajah sang isteri berubah pucat karena mereka sudah lama tak menyentuh Kitab Suci itu sehingga mereka tak menemukan uang itu malahan menuduh pastor yang mencuri uang!!!

Dalam Injil hari ini, kita mendengar orang Farisi melihat para pengikut Yesus makan tanpa mencuci tangan. Karena itu, mereka bertanya pada-Nya: "Mengapa mereka tidak mencuci tangan mereka terlebih dahulu?" 

Tetapi seperti biasa, Yesus tahu tentang motif mereka, Yesus tahu bahwa mereka hanya baik dalam ketaatan lahiriah terhadap tradisi mereka. Namun jauh di dalam diri mereka, mereka adalah orang-orang yang sombong dan suka memaksakan kehendak mereka.

Saudara-saudari terkasih. Gereja Katolik sangat kaya akan tradisi, liturgi dan ajaran iman. Tapi semua hanya akan menjadi hiasan yang tidak berfaedah bila tidak dipraktekkan. Sehingga kritik Yesus terhadap orang Yahudi bisa berlaku pada kita. 

Hari ini Gereja merayakan pembukaan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). Di mana Kitab Suci saudara? Apakah masih ada? Atau sudah lama tidak dibuka dengan berbagai alasan? Pada bulan ini kita diundang untuk masuk kembali ke dasar iman utama kita dalam memahami dan menghayatinya melalui Kitab Suci. 

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil)

Gambar diambil dari Internet 


Sabtu, 31 Agustus 2024

Pekan Biasa XXI/B

Mat. 25:14-30.


Suatu hari Malaikat pencabut nyawa kepergok seorang musafir di luar kota. Sang Musafir yg mengenal malaikat pencabut nyawa berteriak: “WAHAI… Malaikat Pencabut Nyawa!! Ada apa gerangan!!!” Sang malaikat menjawab santai.. “saya hendak masuk kota dan mencabut Lima nyawa.”

Mengetahui misi malaikat maut itu, sang musafir mempercepat langkahnya ke dalam kota dan segera memberitakan perihal kedatangan malaikat pencabut nyawa ke semua orang yang ia jumpai di kota. 

Esoknya ditemukan 500 orang mati!!! 

Menyadari situasi ini sang musafir galau dan menemui malaikat maut mempertanyakan lonjakan kematian yang tak sesuai dengan apa yang dikatakannya kemarin. Sang malaikat santai menjawab: “saya memang hanya mau ambil Lima nyawa , tetapi yang 495 orang mati karena ketakutan.” 😯🤣😎

Kekurangan hamba yang ketiga dalam Injil yang kita dengar hari ini adalah ia menyimpan sendiri apa yang diberikan Tuhannya kepadanya. Dia bisa saja menginvestasikannya, dia bisa melakukan sesuatu untuk membuatnya tumbuh tapi dia tidak pernah melakukannya karena rasa TAKUT terhadap Tuhannya. 

Jika kita membiarkan rasa takut menguasai kita, hal itu pada akhirnya akan melumpuhkan kita dan menghalangi kita menjadi anak-anak Allah yang berbuah.

Saudara-saudari terkasih.

Masing-masing kita diberikan talenta oleh Tuhan sesuai dengan kemampuan kita. Mari kita manfaatkan talenta yang telah Dia berikan kepada kita sebaik-baiknya dengan sukacita dan demi  kemuliaan-Nya yang lebih besar. 

Janganlah kita berkecil hati apalagi TAKUT dengan keterbatasan kita, karena Tuhan selalu ada membimbing dan menolong kita. Sebab melakukan aktivitas dongan sukacita akan menumbuh-kembangkan aktivitas menjadi bukan sekedar aktivitas terapi menjadi bagian dari hidup kita.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Jumat, 30 Agustus 2024

Pekan Biasa XXI/B 

Mat 25:1-13.


Ada seorang pegawai yang dijauhi oleh teman sekantornya krn sifat malasnya yang suka menunda-nunda.... Mulai dari menunda janji sampai yang paling pahit menunda membayar hutang. 

Suatu hari, karena semua orang mengucilkannya, dia berkata: “AKU mau BERTOBAT dan memulai hidup baru MENGHILANGKAN SIFAT MENUNDA!” Maka temannya memberikan buku tips menghilangkan sifat menunda. Langsung ia terima buku itu dan berkata:" Terima kasih kawan, saya ambil buku ini nanti kalau sudah ada waktu saya baca ya?"....😭😭😭 (kembali lagi dia menunda padahal sudah dapat buku gratis 🤢)

Dalam Injil, kita membaca tentang sepuluh gadis, lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Mereka yang bijaksana datang dengan membawa sebotol minyak tambahan. Agar pelita mereka tetap menyala jika mempelai laki-laki datang terlambat.   Dan benar saja, mempelai laki-laki datang terlambat ke pesta pernikahan. 

Namun kelima gadis bijaksana itu tidak mengalami masalah karena mereka mempunyai sebotol minyak tambahan untuk pelita mereka.   Oleh karena itu, kelima gadis bijak tersebut diperkenankan masuk ke pesta pernikahan untuk menyaksikan upacara tersebut. 

Apa yang terjadi dengan lima orang lainnya yang bodoh? Mereka tidak diizinkan masuk oleh mempelai laki-laki. Mengapa? Karena mereka tidak siap. 

Saudara-saudari terkasih, 

Salah satu dari tujuh dosa pokok adalah KEMALASAN. Kemalasan dalam wujud penundaan, nampaknya remeh tapi berdampak fatal. kita yang terus-menerus dengan dosa menunda, membuat kita tidak siap menyambut kedatangan Tuhan. Bagaimana mengantisipasi sifat menunda dalam hidup kita? Mungkin nasehat seorang tokoh dunia berikut bisa membantu kita: “saya selalu menyelesaikan setiap kegiatan harian saya, karena saya senantiasa mengandaikan besok saya akan dipanggil Tuhan.”  

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari wikipedia.com


Saudara-saudari terkasih. Mengenang wafatnya St. Yohanes Pembaptis, saya teringat dengan komentar seorang umat (Bapak) terhadap khotbah kritis saya terhadap sikap politik umat yang menurutku terlalu gelap mata terhadap kebenaran dan terbelenggu oleh kepentingan pribadi sesaat yang sarat dengan kenyamanan semu dan politik uang.

Si umat berkata, “Lain kali tak usah berkhotbah demikian Pastor!” Saya jawab, “Kamu terganggu dengan khotbahku? Bagus itu! Dan saya akan tetap menyuarakan kebenaran sampai kamu sadar akan pentingnya nilai menyuarakan kebenaran!” Sang bapak akhirnya diam.

Tak lama berselang, beberapa umat berkata, “Khotbah Pastor tadi sangat bagus! Menggugah sampai ke ubun-ubun! Tapi, apa boleh buat, kami sudah terjerat oleh pelbagai kepentingan!” Begitulah umat sangat beragam menanggapi khotbah yang sama. Namun, kiranya jelas bahwa suara kenabian tentang kebenaran mesti terus dan konsisten dilambungkan, sekalipun terkadang harus mengalami penolakan.

St. Yohanes Pembaptis, perintis jalan Tuhan Yesus, wafat karena dia lantang menyuarakan kebenaran dengan mengkritisi perilaku Herodes yang memperistri Herodias istri saudaranya dengan cara yang kasar, yakni membunuh saudaranya. Yohanes tidak tahan untuk tidak bersuara atas perilaku bejat itu. Akhirnya, keberanian Yohanes yang lantang itu menghantarnya kepada kematian.

Sesungguhnya, Herodes sadar bahwa dia bersalah dan Yohanes benar. Namun, karena terbelenggu oleh harga diri semu dan janji untuk menyenangkan puteri Herodias, Herodes pun membunuh Yohanes, dan menyerahkan kepala Yohanes Pembaptis kepada puteri Herodias, sesuai dengan pesanan Herodias.

Tentu, sekalipun kematian Yohanes Pembaptis sangat ngeri dan menakutkan, suara kebenaran yang dikobarkannya tidak akan mati, bahkan terus mengumandang hingga kini. Suara kenabian nan lantang Yohanes Pembaptis menjadi referensi bagi banyak orang, khususnya bagi kita kaum Kristiani untuk tetap berpegang teguh dan berani mengumandangkan kebenaran.

Sikap seperti yang dimiliki Yohanes Pembaptis juga telah ada pada Nabi Yeremia, seperti terdapat dalam bacaan pertama. Nabi Yeremia berani bersuara lantang menyampaikan pesan dan kehendak Tuhan kepada pemimpin dan umat Israel yang menjauh dari Tuhan.

Sesungguhnya Nabi Yeremia sempat gentar, karena menghadapi ancaman kematian. Namun, berkat peneguhan dari Tuhan, Yeremia menjadi berani dan konsisten menyuarakan kebenaran dan pertobatan. Dia tidak takut mati dan ditolak oleh pemimpin Israel. Dia hanya takut dan percaya kepada Tuhan, serta hormat terhadap kebenaran.

Sikap seperti dimiliki oleh Nabi Yeremia dan Yohanes Pembaptis hendaknya dimiliki oleh setiap orang Kristen, yakni berani dan konsisten menyuarakan kebenaran, sekalipun menghadapi ancaman dan intimidasi. Tentang ini, saya masih teringat dengan Romo Magnis Suseno, di kala menyongsong PEMILU 2024. Api keberaniannya menyala, dan menjadi model bagi kita, agar kita juga terus berpegang pada kebenaran.

Tuhan memberkati! Pace e bene!

Gambar diambil dari Internet 


Berbuat dosa karena tidak berbuat apa-apa

Kamis, 29 Agustus 2024

PW Wafat St Yohanes Pembaptis 

Mrk 6:17-29.


Pontius Pilatus mencoba bertanya kepada orang banyak tentang kejahatan apa yang telah dilakukan Yesus, namun mereka berteriak, “Salibkan Dia!” Terakhir, Pilatus mencuci tangannya di depan umum untuk menunjukkan bahwa kematian Yesus bukanlah tanggung jawabnya. 

Ritus mencuci tangan di depan umum adalah sebuah rasionalisasi Pontius Pilatus, tapi secara internalisasi dia tak mampu membendung rasa bersalah di hatinya. Kiranya perbuatan dosa bukan hanya karena melakukan sesuatu, tapi tidak berbuat apa-apapun bisa jadi dosa nyata!

Hari ini Gereja memperingati “kemartiran” Yohanes Pembaptis. Dari manakah datangnya keberanian Yohanes Pembaptis? Keberaniannya berasal dari Tuhan, dia mendapatkan kekuatan dari Tuhan. Allah lah yang mengobarkan motivasi Yohanes untuk mencela perbuatan amoral Herodes dan Herodias. Yohanes Pembaptis tidak mau meredam suara hati dalam pembungkaman lewat sikapnya terhadap raja Herodes. 

Saudara-saudari terkasih.

Ketika dihadapkan pada dilema yang sama, bisakah kita tetap teguh dan menatap langsung ke mata orang-orang yang korup dan tidak beretika? Di saat ini, di Indonesia kita bisa memahami sikap para mahasiswa/i dan seluruh pribadi di lebih 40 kota yang meluapkan sikapnya lewat demonstrasi. 

Sikap cuci tangan penguasa lewat penyangkalan, pengubahan aturan, etika politik diabaikan membuat suara hening menggema. Sebagai umat beriman kita pun diundang untuk proaktif berbuat dalam hidup panggilan kita, krn dosa nyata itu bukan hanya dalam perbuatan, tapi tidak berbuat apa-apa bisa menjadi dosa nyata dalam hidup kita. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Gambar diambil dari Internet 


Rabu, 28 Agustus 2024, 

PW St. Agustinus Uskup dan Pujangga Gereja

2 Tes 3:6-10.16-18

Mat 23:27-32


Saudara-saudari terkasih, perikop Injil hari ini merupakan lanjutan khotbah Yesus bernada celaan terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena kemunafikan mereka. 


Kali ini Yesus mencela mereka karena di luar tampak bersih dan putih serta indah, sementara hati mereka penuh dengan kebusukan, seperti iri hati, dengki, tidak tulus dan tidak jujur. Mereka diibaratkan oleh Yesus seperti kuburan yang dipermak putih bersih serta rapi di luar, namun penuh dengan tulang-belulang dan bangkai yang busuk di dalam. 


Celaan Yesus ini sangat tajam. Dan semua itu disampaikan oleh Yesus karena memang orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat sezaman-Nya kerap berlaku munafik, yakni di permukaan menyanjung Yesus atas segala wibawaNya dalam hal mengajar dan kuasaNya mengadakan mukjizat, tetapi berusaha untuk menjatuhkan Yesus karena iri hati dan kedengkian. Sesungguhnya mereka ingin melenyapkan Yesus, sebab menganggapNya sebagai saingan berat karena menjadi penafsir Taurat alternatif, sekaligus mengagumkan dan otoritatif.


Lewat celaan terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, Yesus mengajak kita untuk menghindari segala bentuk kemunafikan atau kepura-puraan, terutama dalam bentuk pujian palsu dan semu terhadap sesama. Sangat tidak baik bahwa kita memuji orang saat berhadapan muka, tetapi membicarakan kekurangannya saat berada di belakangnya. Apalagi kalau sempat mencari aneka cara untuk menjatuhkannya. Ini lebih ngeri. 


Sangat indah dan baik kalau kita berbicara terus terang, dan saling mendukung dalam kebaikan, serta bersedia dalam memberi serta menerima koreksi. Perilaku jujur dan terbuka, bersih luar dalam, akan membuat kita berkembang, dan layak menikmati Kerajaan Allah.


Dalam bacaan pertama, sikap transparan ditunjukkan oleh Rasul Paulus lewat kesaksiannya perihal karya kerasulannya. Ia sangat aktif menjalankan tugas kerasulan pewartaan Injil kepada semua jemaat, seraya tetap bekerja untuk memperoleh rejekinya. Sekalipun sebenarnya Rasul Paulus berhak mendapat upah atau biaya hidup karena karya kerasulannya, namun tidak diambilnya dari jemaat. 


Paulus tidak mau menjadi beban bagi jemaat. Dan karena itu, sambil bekerja demi kehidupan setiap hari, Rasul Paulus terus giat mewartakan Injil. Semoga pesan Yesus untuk memiliki hati bersih di luar dalam, dan semangat untuk mewartakan Injil selalu bertumbuh kembang dalam hidup kita, sehingga kita kelak menikmati Kerajaan Allah. 


Semangat yang sama sudah tumbuh dan berkembang dalam diri St. Agustinus yang kita kenang hari ini, sehingga Gereja berkembang lewat kehadiran dan pelayanannya. Semoga kita semakin bertumbuh kembang lagi dalam semangat yang sama. 

Tuhan memberkati! 

Pace e bene!


(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

Gambar diambil dari Internet 


Rabu, 28 Agustus 2024

PW St Agustinus 

Mat. 23:27-32;


Suatu hari di sekolah Dasar, ibu guru melakukan pemeriksaan kebersihan anak, yakni memastikan setiap anak sikat gigi sebelum sekolah.  Sang guru  bertanya pada muridnya:  "Bimo, tadi pagi tidak gosok gigi ya?"

Alangkah kagetnya si Bimo. Dia berpikir teman-temannya yang mengadu pada ibu wali kelasnya kalau dia belum sikat gigi.

Bimo: "Kok ibu guru bisa tahu?"

Ibu guru: (Tersenyum) "Coba lihat, ada sisa sayur di gigimu."

Bimo: (Berteriak dengan riang) "Kalau begitu, ibu salah. Tadi pagi saya sarapan nasi goreng pakai telur dadar. Terakhir saya makan sayur tiga hari yang lalu." 🤣🤣🤣 

Dalam Injil hari ini, Yesus mengkritik kemunafikan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi karena mereka hanya pandai melihat apa yang dilihat orang lain. Mereka mengabaikan persyaratan yang paling penting: tidak lain adalah kemurnian dan transformasi batin. Sehingga ia menggambarkan mereka laksana Kubur yang bagus dilihat dari luar tapi kotor di dalamnya. 

Saudara-saudari terkasih.

Penerawangan Yesus itu pun berlaku bagi kita. Tiada manusia yang luput dari kekurangan, tapi kita masih punya waktu untuk melepaskan diri dari semua kepalsuan, pembanggaan diri, dan manipulasi. 

St Agustinus kiranya mengalami transformasi ini, setelah hidup dalam kemunafikan dan anti Kristus pada masa mudanya, namun bertobat bahkan menjadi uskup di Hipo dan bapa Gereja di dalam sejarah menggereja. 

Artinya selalu ada peluang untuk berubah, caranya? Jadilah seperti Yesus yang melayani umat dengan penuh keikhlasan, bila jatuh bangkit dan ulang lagi… perlahan tapi pasti lubang dosa itu pasti semakin mengecil🙏

(Ditulis oleh RP. Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget