Desember 2024

Umat KBG St. Lusia Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori duduk kompak sambil menanti anggota yang lainnya 


Selasa, 31/12’24 

Oktaf Natal VI. 

Johanes 1:1-18


Drama menggambarkan realita kehidupan, watak, serta tingkah laku manusia melalui peran dan dialog yang dipentaskan. Dalam drama setiap pemeran berakting sesuai watak yang diperankannya, sehingga dia harus mengesampingkan watak asli pribadinya. Persiapan drama akan sukses bila diawali dengan pribadi tulus mau berlatih bersama. Tapi drama tidak akan berhasil bila saat mau latihan pun semua pemeran sudah bersandiwara dengan berbagai alasan utk tidak latihan 🤣🤣🤣

Prolog Injil Yohanes hari ini diproklamirkan bahwa “ Sabda – atau Sabda Allah yang kreatif – menjadi daging dan diam di antara kita ”. Sabda, yang diam di surga, yaitu dalam dimensi Tuhan, datang ke bumi agar kita dapat mendengar, mengenal serta menyentuh kasih Bapa. Sabda Allah adalah Putra Tunggal-Nya, yang menjadi manusia, penuh kasih dan kesetiaan, yaitu Yesus sendiri.

Saudara-saudari terkasih.

Melalui pencerahan Injil Yohanes kita disadarkan bahwa Tuhan hadir secara nyata di dunia. Mengelupas dan meretas selubung dan rentang jarak Dia dan dunia. Kiranya pada penghujung tahun ini kita pun mengelupas topeng sandiwara dan meretas jarak dengan pribadi yang butuh kehadiran kita. Masa lalu adalah sejarah… kita perlu belajar dari sejarah agar tidak mengulang kesalahan yang sama. 

Selamat menyambut Tahun Baru 2025👍

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Tim Pastoral Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori sedang menunggu air surut agar bisa melanjutkan perjalanan 


Senin,30/12’24

Hari VI Oktaf Natal

Luk 2:36-40


Menunggu adalah waktu yang relatif. Bisa terasa lamaaaaa tapi bisa juga tak terasa sama sekali. Tergantung situasi kebathinan. Misalkan menunggu dokter gigi menyelesaikan operasi bor gigi pasti akan lebih terasa lama dibandingkan menonton film drama Korea. Suasana kebathinan menentukan nilai yang dinantikan. 

Dalam Injil hari ini dikisahkan “perjumpaan” Hana, putri Phanuel, dari suku Asyer" dengan Yesus. Hanna artinya "rahmat Tuhan", Phanuel artinya "wajah Tuhan", Asyer artinya "keberuntungan". Wanita ini, atas karunia Tuhan, memiliki keberuntungan melihat wajah Tuhan seluruh umat manusia. Sukacita penantian  puluh tahun terjawab sudah, bahkan ia rela mati. 

Saudara-saudari terkasih. Penantian Hanna, seorang janda selama puluhan tahun adalah simbol kerinduan “pernikahan abadi.” Kita semua yang mengalami ketidakpastian hidup, bisa dikenakan simbol penantian di atas. 

Yesus yang hadir dalam peristiwa Natal adalah jawaban atas seluruh ketidakpastian hidup. Simbol pengharapan yg menyadarkan kita untuk lahir dalam semangat yang baru. Natal bukan perubahan tampilan tapi perubahan mental menjadi lebih baik. 

Tuhan memberkati😇

(Ditulis Rm. Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Mgr. Fransiskus Sinaga sedang menghunjukkan Salib Yubileum Biasa 2025 kepada umat


Setelah dibuka secara resmi oleh Bapa Suci Paus Fransiskus untuk Gereja Universal pada Vigili Natal 2024 di Vatikan, Roma, maka Gereja Keuskupan Sibolga membuka Tahun Yubileum Biasa 2025 di Gereja Katedral Sibolga pada 29 Desember 2024 berketepatan pada Perayaan Keluarga Kudus Nazaret. Bukan hanya Gereja Keuskupan Sibolga yang membuka Tahun Yubileum pada hari ini, setiap Gereja Lokal atau Gereja Keuskupan di seluruh dunia serentak membukanya pada hari tersebut.

Ibadah Pembukaan Tahun Yubileum Biasa 2025 di Keuskupan Sibolga di halaman SMA Katolik Sibolga


Diawali dengan ibadah singkat di halaman SMA Katolik Sibolga, Mgr Fransiskus memimpin Perayaan Pembukaan Tahun Yubileum Biasa 2025 dengan didampingi oleh 6 orang Imam dan seorang Diakon.

Dalam homilinya, Mgr. Frans mengajak umat Allah untuk bergiat dalam ziarah rohani, berhubung tema Tahun Yubileum ini berbunyi Peregrinantes in Spem (Para Peziarah Pengharapan). Mengikuti teladan Keluarga Kudus Nazaret yang setiap tahunnya mengadakan ziarah ke Yerusalem, Mgr. Frans juga mengajak agar umat Keuskupan Sibolga mulai menumbuhkan semangat rohani dengan mengunjungi tempat-tempat ziarah. "Tidak perlu jauh-jauh ke Roma, kecuali jika kita punya cukup uang untuk itu", demikian kata Mgr. Frans.

Sebagai informasi, untuk memudahkan umat melakukan ziarah selama Tahun Yubileum Biasa 2025 ini, terdapat 4 Gereja yang ditentukan sebagai pusat atau destinasi Ziarah Rohani di Keuskupan Sibolga. Keempat Gereja tersebut ialah:
1. Katedral Santa Theresia Lisieux Sibolga, sebagai Gereja Pusat untuk Keuskupan Sibolga,
2. Kon-Katedral Santa Maria Bunda Para Bangsa Gunungsitoli, sebagai pusat peziarahan kepada Bunda Maria di Dekanat Nias,
3. Gereja Paroki Hati Kudus Yesus Teluk Dalam, Nias Selatan, sebagai tempat devosi peziarahan kepada Hati Terkudus Yesus, dan
4. Gereja Paroki Santa Elisabeth dari Hungaria Lobutua Paroki St. Fransiskus Pangaribuan, sebagai jejak awal masuknya Agama Kristen di Keuskupan Sibolga dan Nusantara.

Selamat memasuki tahun berahmat bagi kita semua. Semoga Tahun Yubileum Biasa 2025 ini semakin mendekatkan kita kepada Tuhan dan sesama. Tahun Yubileum ini akan ditutup pada 6 Januari 2026 untuk Gereja Universal dan pada 28 Desember 2025 untuk Gereja-gereja Lokal atau Keuskupan, yang juga bertepatan pada Perayaan Keluarga Kudus Nazaret.

Pencarian korban kecelakaan Berastagi-Medan


Minggu 29/12’24

Pesta Keluarga Kudus

Luk 2:41-52


Dalam WA Group Paroki Pinangsori hari ini  disiarkan Kabar tentang “hilangnya” seorang anggota keluarga dari sebuah keluarga.  Dari hati kecil terdalam saya bisa merasakan betapa cemas dan gelisah keluarga. Sehingga berbagai upaya dilakukan untuk menemukan kembali. Bahkan melalui renungan inipun kami berusaha membantu menemukan yang hilang. 

Injil pada Pesta Keluarga Kudus ini, mengisahkan “keterkejutan” Maria dan Yusuf  saat mereka kehilangan dan akhirnya menemukan Putra mereka di Bait Allah. Bunda mengungkapkan kekhawatiran mereka kepadaNya dengan mengatakan: “Ayahmu dan aku, dengan cemas, sedang mencarimu”

Saudara-saudari terkasih. Kesedihan yang dirasakan orang tua Yesus saat mereka kehilangan Yesus, hendaknya juga menjadi kesedihan kita ketika kita jauh dari Yesus. Apakah kita merasa sedih ketika kita melupakan Yesus, tanpa berdoa,. tanpa Injil, tanpa merasakan kebutuhan akan kehadiran-Nya? Laksana keluarga kita pasti saling merindukan dan membutuhkan bila kehilangan satu sama lain. 

Tuhan memberkati 😇

Selamat Pesta Keluarga Kudus🙏

Tuhan memberkati (+)

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Team Pastoral Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori tengah mempersiapkan paket Natal yang akan dibagikan kepada umat 


Sabtu, 28/12”24, 

Pesta Kanak-Kanak Suci


Bagi anggota kelas atas Romawi "Makan adalah tindakan tertinggi peradaban dan perayaan kehidupan," kata Alberto Jori, profesor filsafat kuno di Universitas Ferrara di Italia. Ada sebuah ruangan “vonitirium” yang bersebelahan dengan ruang makan, dipenuhi dengan baskom dan bulu-bulu untuk menggelitiki tenggorokan agar bisa muntah. Setelah muntah, perut pun memiliki tempat untuk santapan selanjutnya. Inilah gaya hedonisme masa imperium Romawi. 

Hari ini Gereja merayakan  Pesta kanak-kanak suci, di mana Injil mengisahkan kerakusan akan kekuasaan Herodes, sehingga Ia tega membunuh para bayi di wilayahnya, demi menghindar dari ramalan bintang tentang kelahiran sang Raja baru di wilayah kuasanya. 

Saudara-saudari terkasih. Hedonisme bukan hanya terkait makan tetapi terkait kerakusan di hati yang tiada pernah terpuaskan. Seorang akademisi mengatakan. Koruptor itu kasta terendah makhluk di dunia. Karena bila hewan sudah kenyang dia tak mau lagi makan apapun. Tetapi koruptor sudah pun ia memiliki haknya, dia masih tetap mengambil apa yang bukan haknya. 

Natal adalah sapaan kenabian Yesus bagi kita semua agar tetap kendali diri, sederhana dan berbagi dengan yg kurang mampu karena godaan hedonisme material dan bathin ada di dalam diri setiap insani. 


Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Jalan terjal menuju Stasi pedalaman dari Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 


Jumat, 27/12’24, 

Pesta St Yohanes Penginjil

Yoh 20:2-8


Suatu hari, di tepi pantai, seorang anak mengeluh pada ayahnya. Anak: “mengapa laut berombak dan anginnya kencang? Bukankah Tuhan sebaiknya membuat tidak ada ombak dan angin tenang?”  Sang ayah dengan bijaksana menjawab: “Anakku, tidak ada kapal layar yang bisa berjalan tanpa ombak maupun angin di laut.” Demikianlah hidup tidak bisa berjalan tanpa ada tantangan dan godaan.

Injil hari ini jelas merujuk pada hari raya Santo Yohanes Penginjil. Yang menjadi problematis adalah mengaitkan Injil ini dengan hari raya Natal yang kita alami, apalagi berada dalam minggu liturgi oktaf Natal. Kiranya hubungannya tampak dalam  palungan dan kain lampin yang dikenakan saat kelahiran Yesus dengan makam dan kain kafan saat kematian Yesus.

Saudara-Saudari terkasih. Ketika Yohanes masuk kubur Yesus yang kosong, ia melihat dan percaya.  Kita pasti pernah melihat kematian dan percaya bahwa hidup ini hanya sementara. Tetapi apakah kepercayaan ini tercermin dalam hidup kita sehari-hari? Sikap lepas bebas dari berbagai kelekatan dan hati yang bersyukur adalah cerminan pribadi yg percaya akan hidup kekal setelah melihat kehidupan yang fana di dunia. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Dua ekor anjing Pastoran sedang bercengkerama 


Kamis, 26/12’24 

Pesta Martir St Stefanus 

Mat 10:17-22


Budaya Jepang punya filosofi “ Hito no me” artinya Mata masyarakat. Sehingga kontrol sosial pada masyarakat Jepang sangat kuat. Sejak kecil anak-anak sekolah dilatih utk tidak menyentuh barang yang bukan milik mereka. Sehingga survei menunjukkan kasus HP Hilang-dikembalikan di New York-Amerika 6% sementara di  Tokyo-Jepang berbanding dan 88%. Bagaimana dgn kita? Di Pinangsori anjing paroki “Jumbo-Jimbo” hilang pada waktu bersamaan… katanya ditabrak kendaraan .. tapi bangkainya juga turut raib 😡🤢😭 Prinsip hidup di dalam bathin itulah yg menentukan kualitas manusia sebenarnya. 

Injil hari ini berbicara tentang penganiayaan. 

Ini adalah topik yang sangat hangat karena saat ini Kekristenan dianiaya di banyak belahan dunia. Penganiayaan bisa saja terjadi secara fisik maupun mental. Tapi pesan Yesus sangat jelas utk berprinsip agar bertahan dan diselamatkan!

Saudara-saudari terkasih. Yesus menyadarkan kita bahwa penganiayaan yg dialami karena iman bukanlah KEGAGALAN. Kita harus belajar MATI TERHADAP EGOIS KITA UNTUK DILAHIRKAN KEMBALI DALAM HIDUP SEMANGAT kasih terhadap sesama dan pelayanan kepada yang membutuhkan. Seperti teladan St Stefanus Martir “perdana” Gereja. Badan bisa binasa tapi prinsip hidup tetap abadi… 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm. Adytia Peranginangin O.Carm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori)

Sr Fitri sedang berdoa syukur di hari ulang tahunnya 


Rabu, 25/12’24, 

Misa Fajar Lukas 2:15-20


Seorang anak mendapat Hadiah Natal mobil-mobilan balap dari kakeknya. Dia langsung memakai mobil itu dalam lomba mobil yang diselenggarakan. Sebelum mulai lomba, dia berdoa dgn serius. Dan hasilnya dia MENANG! Panitia sambil beri hadiah mengatakan: “Anakku kamu juara pasti karena tadi doa minta menang dari Tuhan ya🤣?” Si anak menjawab: “Tidak, aku tadi doa agar Tuhan beri aku kekuatan TIDAK NANGIS kalau kalah.” “Doa adalah perubahan hati bukan manipulasi orang lain.”

Dalam Injil misa Fajar hari ini, kita disadarkan bahwa sejarah keselamatan terjadi di tempat yang tidak terpikirkan. Karena Tuhan memilih Galilea tanah milik orang-orang bukan Yahudi, yang dikecualikan oleh orang-orang Yahudi karena merupakan tempat najis, justru menjadi tempat kelahiran Raja Damai.

Saudara-saudari terkasih. Tanda-tanda kontradiksi besar ditawarkan kepada kita pada Hari Raya Natal ini. Sebab Natal sebenarnya adalah hadirnya KEMUNGKINAN bagi siapapun, apapun, bagaimanapun setiap pribadi untuk menyambut Tuhan & DISELAMATKAN. Namun kemungkinan ini hanya bisa jadi kenyataan bila kita secara tahu, mau dan sadar mengubah keegoan kita menjadi percaya dan mengikuti kehendakNya. 


Tuhan memberkati😇

Selamat Natal💖

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)



Malam Natal, 

24/12”24 


Jika Kristus dilahirkan hari ini, Dia lahir di bawah reruntuhan gedung dan tembakan Israel. Kata imam Gereja Lutheran Betlehem Munther  Isaac. Seperti Palestina saat ini, Yesus pun lahir sebagai anak terjajah di Israel. *

Natal 2024 mengangkat tema "Marilah sekarang kita pergi ke Bethlehem" (Luk 2:15). Tema ini membawa pesan tentang kesetiaan dan kesediaan dalam mengikuti panggilan Tuhan. Kiranya kita diundang utk membuka mata-hati kita melihat kenyataan hidup sehari-hari. Menanggalkan segala sandiwara dan manipulasi yg justru menyelubungi diri kita dari kedekatan dengan Yesus yang terbungkus kayu lampin di palungan.

Saudara-saudari terkasih, Natal adalah peristiwa kelahiran Yesus di dunia nyata. Saat ini Betlehem hancur porak poranda dan Yesus hadir bersama para pengungsi yang terjajah. 

Betlehem adalah tempat pergumulan antara keputusasaan dan pengharapan. Sadarkah kita bahwa setiap kali merayakan Natal, kita disadarkan bahwa  Yesus “lahir” di rumah kita masing-masing yang jauh dari sempurna? 

Betlehem  adalah dunia nyata yg tak luput dari porak poranda kehancuran alam dan kemanusiaan karena bencana maupun nafsu materialisme manusia. Yesus sungguh lahir di hati kita masing-masing. Ketika kita berani melihat kerapuhan dan cela diri tapi tidak berputus asa, berjalan dalam pengharapan menuju kebaikan. Itulah makna berangkat ke Betlehem. 

Mari belajar dari Santo Yosef katakan padanya: “Tolonglah kami, kamu yang tahu bagaimana berjalan dalam kegelapan, kamu yang tahu bagaimana mendengarkan suara Tuhan, kamu yang tahu bagaimana bergerak maju dalam keheningan”.**


Selamat Merayakan Malam Natal saudara-saudari terkasih🙏

Tuhan memberkati(+)

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori)


 

*(Kompas 10 Des 23 Irene Sarwinda Ningrum “Di Betlehem tangis bayi Yesus datang dari puing-puing perang”)

** (PAUS FRANSISKUS, Pria yang menjadi ayah, Senin, 18 Desember 2017)

Anak-anak SEKAMI Bermain di Aula Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 


Senin, 23/12’14, 

Pekan Advent IV/C 

Lukas 1:39-45


Kumpulan anak-anak berdebat dan saling membanggakan keturunannya. Anak I: “kakekku adalah seorang pemberani. Dulu dia penguasa di kabupaten ini.” 

Anak ke II tak mau kalah: “Kakekku lebih hebat. Dia mengalahkan penguasa-penguasa sebelumnya di kabupaten ini.” 

Anak III: “kakekku biasa aja, tapi ia ajari kami untuk sekolah agar bisa memiliki kuasa mengalahkan penguasa manapun kami berada.” 🤣🤣

Pada akhirnya kuasa sejati bukan pada garis keturunan tetapi apa yang ada dalam pribadi kita. 

Dalam Injil hari ini kita mendengar kisah tradisi Yahudi di mana nama Ayah dikenakan pada anak karena ada anggapan bahwa keabadian ada pada keturunannya. Namun dengan adanya Yohanes Pembaptis, tradisi ini berakhir. Karena nama yg dikenakan padanya bukan dari nama ayahnya tetapi dari Tuhan sendiri.

Saudara-saudari terkasih, Santo Paulus berkata: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; hal-hal lama telah berlalu; lihatlah, yang baru telah lahir” (II Kor 5, 17). IMAN KITA ADALAH PERUBAHAN. Perubahan dalam arti adaptasi, sehingga siapapun, dimanapun, kapanpun, bagaimanapun, apapun.. bisa dipakai oleh Tuhan untuk menyatakan kuasanya. Jangan tersekat oleh status apalagi masa lalu.. berbuatlah bagi sesama dalam terang iman. Garis keturunan adalah sejarah, namun keselamatan ada pada pilihan kita pribadi lepas pribadi. 

Tuhan memberkati 😇

Rm Adytia OCarm🙏

Umat bergotongroyong membuat Pohon Natal di Gereja Stasi Pandurungan Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 



Minggu, 22/12’24. 

Pekan Advent IV/C

Lukas 1:39-45


Suatu hari tukang cat perahu menemukan bocor kecil di lambung kapal dan dengan sigap ia menambalnya, lalu lanjut menyelesaikan cat perahu. 

Seminggu kemudian si pemilik kapal membayar kembali dengan jumlah uang besar pada si tukang. Si tukang berkata: “Uang ini terlalu besar untuk hal kecil yang saya lakukan.” 

Si pemilik perahu menjawab: “Yang sudah Anda lakukan bukan hal kecil karena itu telah menyelamatkan nyawa orang lain. Sesungguhnya saya tidak punya cukup uang untuk membayar kebaikan-mu itu...!!!" 

Ternyata sesaat setelah perahu kering anak-anaknya langsung memakai perahu itu saat ia tak di rumah, dan ia tahu kalau tidak ada kebocoran di lambung kapal itu. 

Minggu Pekan Advent IV ini kita diperdengarkan kisah kunjungan Maria ke Elisabeth. “Apalah awak ini sehingga ibu Tuhanku datang kepadaku?”: seru Elizabeth yang kagum dengan kunjungan Maria. Kehadiran Maria telah membawa rahmat Ilahi dan sukacita bagi Elisabet.

Saudara-saudari terkasih. Lewat kunjungan Maria pada Elisabeth kita disadarkan bahwa  seorang Kristiani selalu membawa dua dimensi dalam hidupnya: persatuan dengan Tuhan dan pelayanan kepada sesama. "Saat kita berusaha menciptakan cahaya bagi orang lain, kita tentu saja menerangi jalan kita sendiri."


Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Tim Pastoral Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori menyeberangi sungai menuju Stasi Pintusosoan


Sabtu, 21/12’24, 

Pekan Advent III/C. 

Lukas 1:39-45


Suatu hari seorang jemaat datang dengan begitu banyak usulan tentang pengadaan alat-alat liturgi, penyemangat para pengurus gereja sampai renovasi Gereja. 

Menanggapi itu, Pastor menjawab dengan bertanya: “Mengapa Panbers mencipta lagu dengan judul Gereja Tua?” Sang pengurus gelagapan tak bisa menjawab. 

Maka pastor menjawab: “Karena ijin membangun Gereja sangat susah apalagi mencari dananya.” 🤣🤣🤣

Pada akhirnya semua berujung pada aksi dan kesaksian.

Dalam Injil hari ini dikisahkan kunjungan Maria terhadap Elisabeth yang tinggal bersama suaminya Zakharia. Terdapat perbedaan antara Maria yang beriman dengan Zakharia yang ragu akan janji malaikat, sehingga ia diam dan bisu hingga kelahiran Yohanes. Ini kontras!

Saudara-saudari terkasih. Maria justru diberkati karena percaya: perjumpaan dengan Tuhan adalah buah iman. Namun Zakharia yang ragu dan tidak percaya, tetap tuli dan bisu. Kiranya kesaksian ini mempersiapkan kita untuk memasuki Natal dengan bahasa iman yakni, aksi dan kata. Karna diam dan membisu adalah bahasa ketidakpercayaan.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)




Jumat, 20/12’24, 

Pekan Advent III/C, 

Lukas 1:26-38


Saat menjelang Pemilu, banyak hal menggelikan terjadi. Salah satunya ketika  berpapasan dengan pengemudi sepeda motor dengan kaos bertuliskan: “Teruslah berbuat baik sampai orang mengira kamu  NYALEG (=menjadi calon legislatif).” Tulisan ini  mungkin jenis humor “sarkas” mengekspresikan refleksi sang kreator atas rutinitas PEMILU dengan ritual sandiwara yang sama.

Dalam bacaan Injil hari ini, kita dapat melihat perbedaan kontras antara janji malaikat dan tanggapan Maria. Kontras ini terwujud dalam ukuran dan isi ekspresinya. 

Malaikat berkata kepada Maria bahwa “Anak yang akan dilahirkan olehnya akan disebut Putra Yang Maha Tinggi”. Terbayangkan martabat yang sangat tinggi. Sebaliknya, tanggapan Maria, tidak berbicara tentang kemuliaan, ataupun hak istimewa, tetapi hanya tentang kesediaan dan pelayanan: “Aku ini, hamba Tuhan: terjadilah padaku menurut perkataanmu” ( ay.38). Maria tidak ambisius menjadi ibu Mesias, namun tetap rendah hati dan tulus terhadap rencana Tuhan.

Saudara-saudari terkasih. Kita baru saja melalui masa PILKADA. Di dalam kampanye kandidat menyatakan: mampu, bisa dan amanah menjadi pemimpin, bahkan tak jarang saling menjatuhkan kandidat lain. 

Kondisi ini sangat berbeda dengan jawaban Maria ketika dipilih menjadi ibu Tuhan, kiranya ini membuat kita paham bahwa ia sungguh rendah hati dan tidak berusaha pamer. 

Maria menyadari bahwa dia kecil di hadapan Tuhan, dan menerimanya. Ini menyadarkan kita semua bahwa ketulusan dan kerendahan hati adalah menjadi ciri dasar dan utama bagi setiap pengikut Tuhan, terlebih lagi kita yang memiliki devosi yang kuat terhadap Santa Maria.

Tuhan memberkati 

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

P. Aditya Peranginangin OCarm sedang berfoto bersama dengan seorang bayi dari umat yang sudah lama menantikan kelahiran seorang anak


Kamis, 18/12’24, 

Pekan Advent III/C 

Luk 1:5-25


Tiga orang pria sedang menanti kelahiran anak-anak mereka. Ke tiga calon bapak ini sangat antusias menanti kelahiran anaknya dan saling berkenalan. 

Lalu suster memanggil bapak yang pertama sambil berkata: “seorang anak bapak telah lahir.” Maka si bapak senyum dan berkata: “tentu saja karena saya kerja di perusahaan Gadjah TUNGGAL.” 

Lalu suster memanggil bapak ke-2: “Anak bapak kembar”: si bapak menyahut : “sudah tentu karena saya kerja di pabrik kacang DUA kelinci.” 

Beberapa saat sebelum suster keluar tiba-tiba bapak ke -3 pingsan. Dan suster bertanya: “kenapa??” lalu ke dua bapak tadi menjawab: “bapak ini polisi kesatuan DENSUS 88, ia cemas kalau anaknya juga 88  suster.” 🤣🤣🤣

Injil hari ini mengisahkan tentang wanita mandul, yang  kehilangan harapan untuk memiliki anak karena usia lanjut. Namun perbuatan Tuhan mengubah segalanya. Maka Elisabeth berseru: “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang."

Saudara-saudari terkasih. Kita bukanlah Elisabeth tetapi sebagai pengikut Kristus  harus selalu “hidup berbuah”. Kita haruslah seperti Elisabeth yang hatinya selalu terbuka “untuk menerima dan memberi kehidupan.” 

Kemandulan iman membuat ke-Kristen-an menjadi hanyalah sebuah kewajiban sosial yang menjemukan. Buah Kristiani adalah bertumbuhnya rasa kebermilikan terhadap iman baik di sekitar altar maupun dalam penghayatan hidup sehari-hari. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

P. Aditya Peranginangin, OCarm mendorong sepeda motornya yang terjebak lumpur saat mengunjungi Stasi Garoga, Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 


Rabu, 18/12’24, 

Pekan Advent III/C

Matius 1:18-24


Suatu hari ada sayembara dengan hadiah 100 juta bagi siapa saja yang mau berenang menyeberang kolam yang di dalamnya ada buaya besar. 

Begitu sayembara mulai. Tiba-tiba seorang pria masih berpakaian lengkap langsung melompat!! Dan tentu saja buaya mengejarnya. Tapi si pria berhasil selamat. 

Begitu di darat dia marah bukan kepayang dan teriak: “siapa yang mendorong saya tadi woii!!! Tapi tidak ada yang menjawab. Si pria langsung terdiam setelah melihat istrinya sedang menghitung uang 100juta dari panitia. 

Memang benar kata pepatah:  “Di balik suami yang sukses ada istri yang luar biasa” 😇😇🙏

Lewat kisah Injil hari ini kita disadarkan bahwa Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita pada godaan. Saat Yosef di tengah pusara godaan meninggalkan Maria, Bapa mengutus salah satu malaikat-Nya untuk meyakinkan ayah dari putra-Nya. “Yusuf, anak Daud, jangan takut untuk membawa Maria, mempelaimu, bersamamu”: seru Tuhan dalam mimpi kudus Yosef. 

Saudara-saudari terkasih. Yusuf tidak pergi menemui teman-temannya untuk mencari kenyamanan, ia tidak pergi ke peramal untuk menafsirkan mimpinya, tapi dia bergerak maju, membuat keputusan sendiri. Intinya, Yusuf harus mengambil alih dua hal, kebapakan bagi Yesus dan misteri keselamatan dunia. 

Apa yg mencemaskan Anda saat ini? Berusahalah dengan berani karena Allah itu setia, Ia tidak pernah mencobai kita lebih daripada kekuatan kita. 

Tuhan memberkati😇

Ditulis Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

 

Foto bersama seusai mengikuti Perayaan Ekaristi di salah satu rumah umat di KBG St. Petrus Stasi Hutagodang Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori

Selasa, 17/12’24

Pekan Advent III/C

Mat 1:1-17. 


Seusai kursus persiapan perkawinan, salah seorang peserta bertanya pada pastor: “Bapa Pastor, banyak yang mengajarkan teori perkawinan, tapi tak pernah menerangkan caranya pada kami.” Sang pastor menjawab :”Anakku, bagaimana kalau seseorang memberimu buah, tapi mengunyahkannya dahulu bagimu? 

Pada akhirnya yang menentukan kualitas hidup bukan buahnya atau keturunan keluarga siapa, tetapi kemauan diri untuk menjadi lebih baik.

Injil hari ini menulis silsilah keluarga Yesus yang berawal dari Abraham. Matius ingin menegaskan realitas Inkarnasi Tuhan. Di samping itu terdapat empat nama wanita, tiga di antaranya adalah pendosa. Mereka adalah Tamar, Rahab, Rut dan Batsyeba, istri Uria dan kemudian Daud yang juga pendosa besar. Kitanya Yesus justru datang dari kemanusiaan kita yang kecil dan rapuh, tapi juga pahlawan dan orang suci. Dalam konteks ini, Yesus adalah Tuhan yang sepenuhnya juga manusia .

Saudara-saudari terkasih. Kita tidak perlu malu apalagi minder bila memiliki garis keluarga yang kurang sempurna. Justru garis keluarga memotivasi kita agar meneladani Kristus yang sungguh Allah dan sungguh manusia, berasal dari manusia yang tak luput dari kelemahan dan dosa. Karena yang menentukan keselamatan kita pada akhirnya, adalah apa yang menjadi keyakinan dan karakter hidup kita sehari-hari. 

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin, OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori)

Ketiga anak yang turut dalam ibadat KBG di Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 


Senin, 16/12’24 

Pekan Advent III/C 

Matius 21:23-27


Seorang guru yang bijak mampu mendeteksi pemahaman para muridnya bukan lewat jawaban mereka, tetapi lewat pertanyaan yang mereka ajukan. Kunci ilmu pengetahuan adalah bertanya.  Laksana pintu yang tertutup hanya bisa dibuka dengan kunci dan kuncinya adalah bertanya. 

Dalam Injil hari ini, tatkala Yesus mengajar, datanglah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa mempertanyakan kuasa dan kekuatan-Nya. Lalu Yesus menjawab pertanyaan mereka  dengan  bertanya, tentang asal baptis Yohanes Pembaptis. Melalui pertanyaan balasan ini, Yesus menyingkapkan kemunafikan lawan bicaranya. 

Saudara-saudari terkasih. Semua orang tahu di dalam hati mereka bahwa Yohanes Pembaptis mengatakan hal yang benar, namun tetap juga banyak yang bersukacita ketika Herodes membunuhnya. Yesus juga bertanya pada kita apakah kita berpihak pada kebenaran atau lebih memilih “diam” demi kenyamanan? Kita jawab dengan bertanya pada diri sendiri dan menguraikan jawaban dalam aktivitas hari ini. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Seorang anak yang sedang menasihati temannya di depan Gereja Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 


Minggu, 15/12’24, 

Pekan Advent III/C

Lukas 3:10-18


Suatu hari pengusaha melihat nelayan sederhana tidur pulas di perahunya. Ia bangunkan itu nelayan dan nasehati agar lebih produktif dan bisa kaya. Sang nelayan bertanya: “lantas kalau sudah kaya bagaimana pak?. Pengusaha menjawab: “Ya kamu bisa tidur santai-santai.” Sang nelayan menanggapi dengan senyum sumringah, “lantas bapak lihat apa yang sekarang sedang saya lakukan?” Sang nelayan melanjutkan tidur santai di perahunya 🤣🤣🤣 

Injil hari Minggu ini menindaklanjuti pelayanan Yohanes Pembaptis, yang mengundang kita untuk bertobat dan menjalani hidup dengan bijaksana. Salah satu sabdanya: "'Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan upahmu'" (Lukas 3:14). Kiranya tobat yang radikal itu berawal dari diri yang terkendali. 

Saudara saudari terkasih. Kita diingatkan bahwa rekonsiliasi bukan sekadar perasaan, atau keinginan saja, tetapi membutuhkan perubahan mendasar dalam hidup kita. Selama masa Advent, kita diundang untuk merenungkan bagaimana kita dapat menjalani nilai-nilai Kristen dengan sebaik-baiknya. Misalnya, menghormati kehidupan dan martabat pribadi manusia, yang dimulai dari diri sendiri yang berani mencukupkan diri di tengah godaan dan gaya hidup yang berkelimpahan. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

 


Bacaan I: Zef 3:14-18a

Bacaan dari Nubuat Zefanya:

Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bergembiralah, hai Israel! Bersukacita dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem! Tuhan telah menyingkirkan hukuman yang dijatuhkan atasmu, Ia telah menebas binasa musuh-musuhmu. Raja Israel, yakni Tuhan, ada di tengah-tengahmu, engkau tidak akan takut kepada malapetaka.

Pada hari itu akan dikatakan kepada Yerusalem, “Janganlah takut, hai Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah lunglai. Tuhan Allahmu ada di tengah-tengahmu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bersukaria karena engkau, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, dan Ia bersorak-gembira karena engkau seperti pada hari pertemuan raya.

Demikianlah Sabda Tuhan

 

Bacaan II: Flp 4:4-7

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi:

Saudara-saudara, bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!

Janganlah kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi dalam segala hal nyatakanlah keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permoohonan dengan ucapan syukur. Maka damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

Demikianlah Sabda Tuhan

 

Lukas 3:10-18

Ketika Yohanes Pembaptis mewartakan pertobatan, orang banyak bertanya kepadanya: "Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat? " Jawab Yohanes, "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat demikian juga." 

Pada waktu itu datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis, dan mereka bertanya kepada Yohanes, "Guru, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes, "Jangan menagih lebih banyak dari yang telah ditentukan!" Dan prajurit-prajurit pun bertanya kepadanya, "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka, "Jangan merampas dan jangan memeras, dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu." 

Tetapi orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias. Karena itu Yohanes berkata kepada semua orang itu, "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari pada aku masih akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.  Alat penampi sudah ada di tangan-Nya: Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya untuk mengumpulkan gandum ke dalam lumbung-Nya. Tetapi debu jerami akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.” Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak. 

Demikianlah Sabda Tuhan.

 


Renungan:

 

Apa yang Harus Kuperbuat?

Masa Adven yang berlangsung selama 4 minggu tersebut kini sudah memasuki minggunya yang ketiga. Masa Adven Minggu ini juga punya namanya tersendiri, yakni Minggu Gaudete atau Minggu Sukacita. Alasannya ialah karena masa penantian itu tidak lama lagi akan memasuki puncaknya. Hari kedatangan Tuhan itu sudah semakin mendekat. Untuk itu, perlu bersukacita.

Bagaimana masa sukacita ini perlu dijalani? Yohanes Pembaptis dalam Injil kali ini mengajak setiap pendengarnya untuk bertanya diri dan menemukan apa yang perlu mereka lakukan. Ini semacam ajakan untuk berefleksi tentang apa yang perlu diperbuat dalam masa-masa persiapan yang sudah semakin mendekat.

Filsuf Socrates pernah berkata, “Hidup yang tidak direfleksikan tidak layak untuk dijalani”. Hal yang sama juga berlaku dalam masa penantian ini. Saat kita tidak mau bertanya dalam hati tentang apa yang perlu dan harus kita lakukan dalam menyambut kedatangan Tuhan, sesungguhnya kita tidak layak untuk ikut menantikan kedatangan Tuhan.

Keinginan untuk bertanya dalam diri tentang apa yang perlu dilakukan juga merupakan ungkapan sukacita hati dari setiap pribadi yang melakukannya. Karena pertanyaan tersebut menjadi ajakan juga untuk mulai memikirkan apa yang terbaik yang perlu dipersembahkan kepada Tuhan yang akan datang tersebut.

Bagaimana dengan kita? Semoga kita juga ikut bertanya tentang apa yang perlu kita lakukan dalam menyambut kedatangan Tuhan. Dan seperti jawaban Yohanes Pembaptis kepada setiap kelompok yang bertanya, mari kita sesuaikan apa yang perlu kita lakukan itu dengan status hidup kita masing-masing.

Rm Kartolo Malau O.Carm bersama Team Pastoral paroki Pinangsori beristirahat di tebing jurang menganalisa tanda-tanda cuaca dalam perjalanan ke stasi Aek kola luar


Sabtu, 14/12’24

PW ST Yohanes dari Salib imam & Pujangga Gereja

Matius 17:10-13


Seorang kakek begitu asyik merokok sampai ketiduran dan cucunya melihat janggutnya terbakar. Cucu berteriak: “Astaga Kakekkkk … lihat janggut Anda terbakar.” Sang kakek malah marah: “Aku tahu!!! Kamu tidak lihat, aku sedang berdoa pada Tuhan memohon tanda-tanda agar dikirim hujan turun!!”😱😱😱

Pada zaman Yesus, ada kepercayaan umum bahwa Mesias akan didahului dengan kembalinya Nabi Elia. Inilah sebabnya dalam Injil hari ini para murid bertanya: “Mengapa ahli-ahli Taurat mengatakan bahwa Elia harus datang lebih dulu?” Yesus menjawab mereka bahwa hal ini benar, tetapi ketika Elia telah datang mereka menyingkirkan dia. Yohanes Pembaptis adalah Elia yang ditunggu-tunggu pun, berakhir dengan kepala terpenggal. Bahkan  Mesias pun dibunuh di kayu salib. 

Saudara-saudari terkasih.

Injil hari ini sepertinya memberi isyarat kepada kita bahwa kita semua selalu  menunggu tanda yang membantu kita membedakan apa yang benar untuk dilakukan, namun sering kali tanda yang kita harapkan adalah tanda yang spektakuler. Kita tidak akan selamat, hanya karena kita tahu tanda-tanda atau waktu kita akan meninggal, melainkan kita hanya akan selamat apabila tahu bertobat, berbuat baik dan berdoa!

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori)

Seorang frater yang merupakan anggota komunitas Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori sedang menjalani pemeriksaan mata

Jumat, 13/12’24

Pekan Advent II/C 

Matius 11:16-19 

PW ST Lusia Perawan & Martir 


Filsuf Diogenes hidupnya sangat sederhana, hanya makan roti & kacang. Sementara Filsuf Aristipus hidupnya sangat nyaman karena bekerja untuk raja. Aristipus prihatin melihat Diogenes dan berkata: “saudara, belajarlah menghamba pada raja agar kamu tidak perlu makan kacang.” Diogenes pun menjawab: “Saudara belajarlah hidup dengan makan kacang dan kamu tidak perlu menjilat raja.” Setiap keputusan ada konsekuensi dalam hidup pribadi, bahkan tidak membuat keputusan-pun tetap memiliki konsekuensi. 

Dalam Injil hari ini. Yesus disebut sebagai pelahap, pemabuk, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa oleh orang Farisi dan ahli Taurat. Kiranya mereka melihat Yesus mendasarkan penilaian yang tidak adil pada atas dasar penglihatan subyektif. Kalau saja mereka tahu motivasi Yesus sebenarnya adalah pertobatan para pemungut cukai dan orang berdosa, tentu penilaian mereka berubah.

Saudara-saudari terkasih. Tidaklah tepat untuk menghakimi berdasarkan apa yang kita lihat atau amati semata, karena apa yang kita lihat hanyalah gambaran sekilas. Kenali dulu orangnya sebelum menghakimi. Bahkan tak jarang perlakuan kita terhadap orang lain adalah cerminan dari diri pengenalan kita terhadap diri sendiri. Benarlah kata Yesus: “kasihilah sesamamu, seperti engkau mengasihi diri sendiri.” mari kita lakukan. 

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Rm. Adytia Peranginangin OCarm berfoto bersama anak-anak di Stasi usai Pelayanan Misa


Kamis, 12/12’24, 

Pekan Advent II/C

Mat 11:11-15


Suatu hari seorang anak permisi pada ibunya mau makan bareng Tuhan. Sang ibu memberi izin dengan catatan “Jangan lama-lama dengan “Tuhan” ingat makan malam.” Maka si anak pergi ke taman, mendekati seorang wanita pengemis dan membagi kue dan minumannya, mereka lalu makan dan minum bersama. Si wanita tersenyum manis setiap kali si anak kecil itu menawarinya makanan, lalu pulang. Sesampai di rumah si anak kecil berkata pada ibunya: “Ternyata Tuhan itu wanita yang mempunyai senyum yang sangat indah.” 

Dalam Injil hari ini Yesus berkata bahwa ukuran kebesaran Tuhan berbeda dari apa yang mungkin dipikirkan orang. Ia berkata bahwa mereka yang percaya kepada Yesus dan menerima ajaran-ajarannya lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, meskipun Yohanes lebih besar dari pada Abraham, Musa dan Elia.

Saudara-saudari terkasih. Hari ini, marilah kita berdoa agar kita memiliki mata untuk melihat orang miskin, orang kecil, dan orang yang paling diabaikan. 

Semoga kita juga memiliki rahmat untuk membantu atau menghibur mereka dengan cara apa pun yang kita bisa. Mungkin menyapa atau mendengarkan mereka? Atau mungkin membantu dengan cara yang sederhana? Bagi kita, tindakan ini mungkin tampak tidak penting. Namun bagi "orang lain," itu merupakan anugerah yang luar biasa! Siapa yang akan Anda  perhatikan hari ini?

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)



Rabu, 11/12’24, 

Pekan Advent II/C

Matius 11:28-30


Pernah anggota komunitas pastoran tinggal di kamar bersebelahan dengan kandang ayam. Dia mengeluh karena terganggu dengan suara ayam. Akhirnya ia meminta masukan agar bisa tinggal nyaman di kamar tanpa harus terganggu suara ayam. 

Maka pastor memberi saran sederhana: “Cintailah suara ayam.” Jangan potong orangnya agar pas bajunya, pun pula jangan potong ayamnya agar bisa tinggal nyaman. 

Dalam Injil hari ini Yesus berkata: “Pikullah kuk yang Kupasang ….”  Kuk adalah sebuah alat, yang dirancang sejak zaman kuno untuk menarik hewan, pada bagian depan tubuh satu atau lebih hewan penarik. 

Istilah kuk juga merujuk pada kondisi ditundukkannya seseorang. Yesus dalam Injil, berbicara tentang kuk, meminta kita untuk tunduk kepada-Nya. Bahkan dia mengatakan kepada kita: “pikullah kuk yang Kupasang.”

Saudara-saudari terkasih. Yesus mengundang mereka yang lelah dan tertindas untuk memikul kuk-Nya. Seolah-olah Ia berkata: biarlah dirimu ditaklukkan oleh-Ku, maka kamu akan mendapat kesegaran. 

Namun manusia tak mau tunduk pada-Nya. Mereka menuntut kebebasan-otonominya. Mereka tidak mau memikul kuk apa pun. Inilah yang menyebabkan mereka malah kehilangan segalanya. 

Evolusi fisik manusia dari posisi merangkak berlutut dan berdiri, namun evolusi spiritual membuat manusia dari berdiri menjadi berlutut di hadapan Tuhan untuk menerima berkat. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Seekor anjing yang tetap setia menjaga Pastoran 


Selasa, 10/11’24, 

Pekan Advent II/C

Matius 18-12-14


Saya pernah memelihara Anjing “Max” namanya, lucu tapi juga nakal. Max setia menunggu setiap kali saya pulang kembali dari berbagai tempat pelayanan. 

Suatu hari “Max” hilang! Satu-dua-tiga hari tidak pulang-pulang. Segenap karyawan dan tetangga dikerahkan mencarinya dengan iming-iming bonus tapi tiada hasil. 

Seminggu kemudian di malam gelap, hujan deras, Max kembali ke depan kamar saya dalam kondisi lusuh, kurus dan berantakan.apakah ia berhasil lari dari para penjagal anjing?!? Ternyata tidak… rupanya ia habis menjalani musim kawin 🤣🤣🤣

Injil hari ini menggugah rasa ingin tahu kita. Misalnya, mengapa penggembala memilih pergi mencari seekor domba saja? Bukankah berisiko kehilangan sembilan puluh sembilan ekor domba? 

Ada sebuah katekese simbolisme Gembala Baik -dalam ikonografi Kristen abad pertama- yang turun dari gunung sama dengan Tuhan yang turun dari surga. Domba yang hilang bukanlah satu di antara seratus manusia, tetapi seluruh umat manusia. 

Sementara sembilan puluh sembilan domba adalah para malaikat, semua yang Tuhan miliki di surga. 

Saudara-saudari terkasih. Sang Gembala meninggalkan kawanan-Nya dan datang menjemput kita manusia. Dia menempatkan kita di pundaknya dan membawa kita pulang. Semua ini karena kita berharga di matanya. Karena kamu berharga di mataNya, maka Ia mengutus PuteraNya yg tunggal kepada kita Manusia. Maukah kita rela menjadi domba yang ditemukan Tuhan? Atau tetap bersembunyi dariNya?

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Tim Baksos Perdhaki Keuskupan Sibolga berfoto bersama para Pastor dan Sekretaris Paroki Trinitas Sogawunasi 


Tim Baksos Perdhaki Keuskupan Sibolga tiba di Paroki Trinitas Sogawunasi - Lölömatua pada hari Sabtu, 07 Desember 2024. Adapun tujuan kehadiran Tim Baksos yakni melaksanakan kegiatan Bakti Sosial Kesehatan serta pembinaan anak-anak sekami di Paroki Trinitas Sogawunasi - Lölömatua.  

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu, 08 Desember 2024 setelah perayaan ekaristi selesai. Umat sangat antusias menyambut kegiatan ini baik yang ada di sekitar paroki maupun umat dari stasi-stasi jauh. Kegiatan ini terbuka kepada seluruh umat di Paroki Trinitas Sogawunasi - Lölömatua dan masyarakat Desa Caritas Sogawunasi. 

Adapun jumlah anak sekami yang akan mengikuti pembinaan tersebut yakni 200 Orang. Sementara umat yang mengikuti pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis yakni ±400 Orang. Oleh karena itu, pastor Paroki dan segenap umat Paroki Trinitas Sogawunasi - Lölömatua mengucapkan Terimakasih kepada Tim Baksos Perdhaki Keuskupan Sibolga, Bapak/Ibu dokter telah meluangkan waktu-nya serta berbagi kasih di Paroki Trinitas Sogawunasi - Lölömatua. 

Tak luput juga mengucapkan Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapa Uskup Keuskupan Sibolga Mgr. Fransiskus Sinaga yang telah merekomendasikan Paroki Trinitas Sogawunasi - Lölömatua kepada Tim Baksos Perdhaki untuk melaksanakan kegiatan sosial ini. 

(Ditulis oleh Denis Harefa, S.Pd)

 

P Bartolomeus Sihite, Pr menyerahkan SK DPPI kepada P. Sixtus Swicang Zalukhu, Pr

Pembekalan di mulai pada hari Sabtu, 07 Desember 2024 yang di fasilitasi oleh Pastor Vikep Pastor Bartolomeus Sihite, Pr dengan Tema: KEPEMIMPINAN. Pastor Barto menyampaikan bahwa Kepemimpinan itu harus mempunyai kerendahan hati, kerjasama dan loyalitas.

Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa DPPI itu adalah 'Dapurnya Pastor'.

Dalam rangka Pembekalan ini di hadiri oleh DPPI/P dengan berjumlah 26 Orang. Dan dilanjutkan Pelantikan pada hari Minggu, 08 Desember 2024 Di Stasi St. Paulus Gomo.

Sebelum Pelantikan diawali dengan perayaan Ekaristi yang di Pimpin Oleh Pastor Vikep Pada Minggu Adven Ke II.


Perayaan Ekaristi pesta Jubileum 85 tahun Gereja Katolik Kristus Raja Alam Semesta - Sugasuga, Paroki St. Ludovikus - Sipeapea dipimpin oleh Mgr. Fransiskus Sinaga pada Minggu, 24 November 2024. Sebagai Imam Konselebran, RD. Alboen Simatupang, RD. Bartolomeus Sihite, RP. Willem Sibagariang OFMCap (Pastor Paroki), RP. Vinectius Simbolon OFMCap (Pastor Vikaris Paroki), RP. Yusuf Silaban OFMCap (Kustos Kapusin Sibolga), RD. Rohendi Marpaung, RP. Bonifasius Langgur OFMCap dan RP. Marselinus Limbong OFMCap.

Pengantin menangis haru saat meminta restu orang tua dalam Upacara Pernikahan 

Senin, 9/12’24 

Hari Raya SPM Tanpa Noda Dosa

Lukas 1:26-38

 

Sang ibu menangis saat membaca surat dari kepala sekolah anaknya. Sang anak turut sedih dan mendesak mamaknya memberitahu isi surat tersebut. 

Si ibu berkata: “Kepala sekolah meminta saya mengajar anakku karena terlalu pintar sehingga sekolah tak sanggup lagi mengajarnya.” Sang ibu lalu menyimpan surat itu di laci kamarnya. 

Berpuluh tahun kemudian, setelah sang ibu meninggal, si anak membaca surat yang lama disimpan mamanya. Ternyata isinya demikian: “Anak anda terlalu bodoh untuk sekolah kami, silahkan ajari sendiri di rumah.” 

Anak itu adalah Albert Einstein, ia menangis membaca surat itu sambil berkata: “ibuku adalah wanita yang mulia, ia mengubah aku anak bodoh menjadi orang jenius.” 

Tangis haru adalah adanya pengharapan dibalik ketidakpastian. 

Hari ini Gereja merayakan St Perawan Maria dikandung tanpa noda dosa. Dalam Injil Malaikat menyapa Maria dengan “Kàire” yang artinya: bersukacita. 
Tuhan adalah sukacita. Namun sukacita ini tidak bersifat naluriah, spontan, melainkan sukacita mendalam. 

Malaikat mengingatkan kita yang sedang sedih, namun sebenarnya kita sedih di permukaan saja, karena jauh di lubuk hati kita penuh dengan kegembiraan yang hanya perlu muncul dengan kesadaran baru. 

Saudara-saudari terkasih. Iman membawa kesadaran baru. Seperti pandangan Yesus pada penjahat di sebelah salibnya, Ia mampu melihat titik-titik kebaikan dalam diri seorang penjahat. 

Kiranya semakin religius seseorang semakin mudah melihat pengharapan dalam pribadi yang dicap kafir sekalipun. Apa tangisan kehidupan Anda saat ini? Bawalah itu dalam kesadaran iman yg baru. Jangan menyerah tetap berpengharapan. 

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Kelompok manula Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori melakukan persiapan senam rutin di Paroki


Minggu, 8/12’24 

Minggu Advent II/C

Lukas 3:1-6 


Suatu hari seorang peziarah kaget bukan main karena berpuluh tahun si pertapa hidup tapi tidak memiliki perabot di tempat tinggalnya. 

Maka sang peziarah bertanya: “Di mana perabot Anda selama ini?” Sang pertapa menjawab: “Perabot Anda sendiri di mana?” 

Peziarah: “ Loh aku kan cuma mampir di tempat Anda?” 

Pertapa menutup dialog dengan tersenyum sumringah seraya menjawab: “Aku pun juga demikian.” 

Tiada yang tinggal abadi di dunia. Dunia adalah tempat transit persiapan menuju hidup kekal. 

Melalui Injil Minggu Advent II ini, Tuhan telah menghendaki Yohanes Pembaptis dilahirkan dari seorang wanita mandul, agar setiap orang mengerti bahwa pendahulu Yesus adalah sang pembuka jalan bagi karya Tuhan. Kiranya Tuhan mempunyai rencana keselamatan bagi seluruh umat manusia.

Saudara-saudari terkasih. Kita dibimbing oleh nasehat Yohanes Pembaptis: “Persiapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskanlah jalan-Nya!”, katanya kepada kita (ayat 3). 

Kita mempersiapkan jalan Tuhan dan meluruskan jalan-Nya, ketika kita memeriksa hati nurani, mencermati sikap-sikap kita, dan berbuat. Apa yg kita perbuat untuk mempersiapkan jalan Tuhan? Bila yang lain enggan diminta berdoa mulailah dari diri Anda, bila yg lain ragu atau menolak utk bertugas liturgi mulailah dari Anda. Confucius berkata: “Agar bisa lari seribu langkah diawali dengan satu langkah pertama.”

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Seorang suster melepaskan sepatunya karena terlalu lama berjalan saat tourne ke Stasi pedalaman 


Sabtu, 7/12’24 

Mat 9:36-10:1,6-8 

PW St Ambrosius


Dalam sebuah percakapan singkat dengan kolega imam, ketika ditanya “apa yang bisa dilakukan sebagai imam untuk melayani Tuhan?” Spontan saya menjawab : “kuhibahkan diriku untuk Tuhan semata.” 

Mengapa menghibahkan? Mengapa tidak? Untuk melayani 45 stasi dengan berbagai medan ekstrem yg hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki, saat ini sebagai imam di paroki hanya tinggal saya seorang diri saja. 

Injil hari ini mencerminkan keprihatinan Yesus terhadap kerumunan orang yang tampaknya kehilangan arah, karena tiadanya  gembala yang memandu mereka. Yesus membandingkan mereka dengan domba yang lesu tanpa gembala yang dapat merawat dan memimpin mereka. 

Saudara-saudari terkasih. Tuhan  mempercayai dan menginginkan kita, yang memiliki panggilan hidup yang beragam, untuk menjadi rasul bagi dunia kita. Fakta kondisi pastoral dan imam hanya seorang menjadikan tugas penggembalaan dalam struktur hirarkis pastoral adalah MUSTAHIL di Pinangsori. 

Saat ini kita menemukan banyak orang yang mengalami disorientasi dan putus asa, yang haus akan Kabar Baik Keselamatan yang dibawakan Kristus kepada kita dan kitalah yang menjadi utusannya. Dan Tuhan memberikan pilihan pada kita: “ Mau ikut panggilan Tuhan atau mau dipanggil Tuhan?”

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

RP. Yoakhim OCarm memerciki tempat peletakan batu pertama Gereja Stasi Kualo Maros


Jumat, 6/12’24, 

Pekan Advent I/C. 

Mat. 9:27-31. 


Seekor kera dengan bangga menceritakan pada temannya “bahwa ia berhasil menyelamatkan ikan dari kolam dan meletakkannya di daratan.” Teman-temannya menjawab : “Engkau bagaikan kera yang terbang di angkasa.” Hidup ikan kodratinya di dalam kolam demikian pula kera, secara kodrati tidak terbang di angkasa. Terkadang demi hal sepele kita pun bisa kehilangan orientasi hidup kita. 

Injil hari ini mengisahkan : “Iman adalah penglihatan sementara ketidakpercayaan adalah kebutaan.” Inilah sebabnya mengapa kedua orang buta ini mengikuti Yesus bahkan sebelum mereka melihat: iman mereka kepada Kristus telah menuntun orientasi mata hati mereka untuk melihat melampaui kebutaan.

Saudara-saudari terkasih, Doa adalah “tangisan” yang tidak takut “menjengkelkan Tuhan”, “membuat gaduh”, seperti ketika “mengetuk pintu terus-menerus”. Di sinilah, -menurut Paus Fransiskus- makna doa yang harus dipanjatkan kepada Tuhan dalam semangat kebenaran dan kepastian, bahwa Dia benar-benar dapat mengabulkannya. Layaknya nafas bagi manusia, doa adalah hidup matinya iman kita. Hidup beriman adalah doa yg tak kunjungan henti. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Foto pengantin memohon doa restu orang tua dalam upacara Sakramen Pernikahan di Stasi Muara Manompas

Kamis, 5/12’24, 

Mat 7:21.24-27. 

Pekan Adven I/C


Seorang ayah setiap pagi meninggalkan anak saat masih tidur dan pulang kerja menemukan anaknya sudah tidur. Pasangan muda-mudi yang sedang jatuh Cinta mungkin lebih banyak duduk berdua tanpa kata-kata dengan tangan digenggam tanpa HP mengganggu. 

Seorang ibu di saat tua mungkin lebih banyak berdiam diri tapi hati selalu dekat dengan anak-anaknya. Inilah Cinta tanpa Kata. Cinta ini lebih tulus daripada kata-kata yang viral tapi sering tidak nyata hanya menimbulkan polusi kata belaka. 

Dalam Injil hari ini, Yesus membandingkan orang bijak dan orang bodoh: yang satu mendengarkan Tuhan sebagai dasar hidupnya, ibarat membangun rumahnya di atas batu, yang lain, tidak mendengarkan Firman Tuhan dan hidup berdasarkan penampilan, ibarat membangun rumah di atas pasir. 

Prinsip dalam hati dan penampilan luar diri bukanlah hal buruk tetapi bila lebih mengutamakan penampilan daripada prinsip hidup tentu akan menurunkan kualitas hidup sesungguhnya. 

saudara-saudari terkasih.

Dasar hidup orang beriman bukan pada apa yang kelihatan. Seperti kokohnya sebuah rumah bukan karena cat ataupun aksesorisnya, tetapi tergantung pada fondasi yang tertanam di dasarnya.

Demikianlah rumah “kita” itu secara bertahap akan berakar kuat pada batu karang yang merupakan Sabda-Nya, Sebab kokohnya rumah tangga bukan berasal dari rumah itu sendiri, melainkan cinta tanpa kata setiap penghuninya. Kiranya Cinta Kristus menjadi inspirasi setiap anggota keluarga.

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

P. Adytia Peranginangin OCarm menyalurkan bantuan sepatu kepada anak-anak sekolah di Stasi Pedalaman dari Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 

Rabu, 4/12’24 

Advent I/C, 

Mat 15:29-37


“Pengalaman Kasih adalah kisah abadi yg terpatri di sepanjang hidup.” Suatu pagi -saat masih SD- saya hendak berangkat sekolah dan menemukan pakaian sekolah tidak utuh kancingnya. Maka saya memberitahu ibu saya. Dengan pandangan mata yg penuh kasih -ia juga ingin anaknya sekolah seperti yang lain- maka langsung ia mengkombinasi beberapa kancing baju yang ada untuk dilepas sementara dan dikenakan ke baju sekolah saya. Hasilnya? Saya sekolah dengan kancing baju warna pelangi🤣🤣🤣. Kasih itu sungguh sangat kreatif.

Pemandangan yang dihadirkan Injil kepada kita hari ini merupakan sumber pengharapan besar bagi kita yang beriman kepada Kristus, namun juga bagi seluruh umat manusia: banyak orang di sekeliling Yesus “membawa serta orang-orang lumpuh, orang-orang cacat, orang-orang buta, orang tuli dan banyak orang sakit lainnya. Mereka membaringkan para pesakitan di depan kaki-Nya, dan Ia menyembuhkan mereka.” Bukan cuma menyembuhkan tapi memberi makan semua yg sakit maupun sehat. Mengapa? Karena “belas kasih”

Saudara-saudari terkasih. Seperti Yesus yang berbelas kasih, dan para orang tua lain yang berempati pada anaknya, kita semua diundang oleh Yesus untuk meneladan Dia. Berdoa memohon bantuan Tuhan adalah baik, tetapi akan menjadi lebih baik dan bijaksana bila kita pun berusaha untuk berbuat sesuatu membantu sesama. Kasih itu kreatif dan hati kita adalah istana kasih kini saatnya keluar untuk berbagi kasih lewat aktivitas hari ini. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Ekspresi wajah anak-anak menyambut pewartaan Injil Pastor di desa


Selasa, 3/12’24, 

Mark 16:15-20

Pesta St Fransiskus Xaverius, imam & Pelindung misi. 


Dalam acara perutusan para suster yang berkaul kekal, dipanggillah seorang bapa mewakili orang tua para suster untuk memberi sambutan. 

Bapa ini begitu bersemangat memberi kata sambutan, sampai-sampai gigi palsunya lepas dan terjatuh di bawah mimbar tempat ia menyampaikan kata sambutan. Lantas ia memungut kembali giginya & berkata: “Para suster, bermisi itu seperti gigi palsu ini, harus berani keluar dari diri sendiri, tapi tetap harus masuk kembali ke biara menimba spiritual !!!” Sahutnya memasukkan kembali gigi palsunya 🤣🤣🤣

Apakah Injil hari ini untuk kita atau tidak ada hubungannya dengan kita? Tentu saja untuk kita, dan terhubung dengan kita! Kita juga dapat mengusir si jahat, jika dalam nama Yesus menolak godaan dosa. Kita juga dapat berbicara dalam bahasa Roh yang baru, yaitu bahasa kasih, yang dipahami semua orang dan selalu baru. Kita juga dapat menangani ular tanpa bahaya, yaitu, dengan memiliki keberanian & menghadapi masalah kehidupan setiap hari. Injil adalah untuk semua orang dan kita masing-masing dipanggil untuk menyampaikannya kepada semua orang.

Saudara-saudari terkasih, Sebelum kembali kepada Bapa, Yesus mengingatkan dan mengajak kita, tanpa melupakan surga, untuk mengalihkan pandangan kita ke dunia kita, ke seluruh umat manusia, dengan keinginan agar setiap orang diselamatkan. Dan kita dipanggil untuk menjadi instrumen yang rendah hati dalam pemberitaan keselamatan ini.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Acara Makan Bersama di tengah Kegiatan Pembinaan Putra-putri Altar Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori 


Senin, 02 Desember 2024

Advent I/C.

Mat 8:5-11.


Seorang penjual sarapan lontong menemui seorang anak remaja dengan pakaian lusuh di depan warungnya. Si remaja memelas meminta makan karena baru minggat dari rumah. Si penjual menaruh iba dan memberi sepiring lontong padanya. 

Sehabis makan, si anak begitu terharu sampai meneteskan air mata mengucapkan terimakasih padanya. Si penjual menyadarkan si anak dengan sepatah kalimat: “Anakku, kamu tidak adil!” Si remaja kaget dan bertanya: “mengapa?”. 

Lalu si penjual berkata: “saya hanya sekali berbuat baik engkau begitu terharu sampai menangis, padahal orang tuamu pasti tak terhitung kebaikan yg ia beri padamu tapi kau tinggalkan. Pulanglah kembali anakku.”

Kisah penyembuhan Hamba perwira Romawi oleh Yesus. Menimbulkan auto kritik bagi kita:  seorang penyembah berhala, lebih tepatnya  perwira Romawi. Yang menjajah & mengeksploitasi manusia dan tanah Yahudi.  Tapi dia datang mencari Yesus, karena percaya  “cukup Bersabda sepatah kata saja maka hambanya sembuh.” Sementara banyak dari kaumNya sendiri yang menolakNya. 

Saudara-saudari terkasih, Yesus menganugerahi kesembuhan bagi perwira yg percaya. Kata-kata perwira Roma ini, kiranya selalu kita ulang-ulang sebelum menyambut Tubuh Kristus dalam Ekaristi. 

Apakah tubuh Kristus berdayaguna bagi kita? Menyambut tubuh Kristus dengan iman yang tulus memberi dampak kesembuhan spiritual yang menimbulkan efek positif dalam hidup kita sehari-hari. “Bersabdalah ya Tuhan maka hambamu akan sembuh.”

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Rm Adytia Peranginangin OCarm bersama Ibu-ibu yang sedang menunggu umat lainnya untuk gotong royong

Minggu, 01/12’24. 

Advent I /C, 

Lukas 21:25-28,34-36


Pada zaman perang dunia I, seorang prajurit ditangkap di lokasi musuh. Malam harinya dia gemetar ketakutan karena esok mungkin akan disiksa saat interogasi, sehingga sama sekali ia tak bisa tidur, meskipun badan sudah sangat lelah. Karena cemas akan hari esok. Ia lalu teringat akan guru spiritualnya yang mengatakan: “saat yang nyata adalah saat ini, hari esok belumlah kenyataan.” Maka ia pun kembali ke  saat ini dan akhirnya bisa tidur pulas. “Ada begitu banyak insan di dunia hidup di tempat yang sama tapi tidak di waktu yang sama.”

“Sungguh, kuasa-kuasa langit akan terguncang. Kemudian mereka akan melihat Anak Manusia datang di awan dengan kuasa dan kemuliaan yang besar.” Perikop Lukas di Minggu Advent I, menyajikan dua cara hidup, dua wajah kemanusiaan: di satu sisi mereka yang “ akan mati karena ketakutan dan karena menunggu apa yang akan terjadi di bumi” (21,26); di sisi lain, mereka yang memiliki kekuatan untuk " berdiri di hadapan Anak Manusia"

Saudara-saudari terkasih, apa yang membuat kita bisa berdiri tegak menghadapi segala kenyataan hidup? Tak lain dan tak bukan karena kekuatan prinsip yang ada di dalam hati setiap insan. Pada masa Advent ini kita disadarkan akan prinsip iman yang menyadarkan kita  untuk hidup saat ini dan menggantungkan harapan pada Tuhan. Hidup yang bergantung pada Tuhan membuat mampu berdiri di hadapan Tuhan. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget