2025

Gambar diambil dari Kalvari.org


Hari Raya Tritunggal Mahakudus (Minggu, 15 Juni 2025)

Bacaan I: Ams 8:22-31

Bacaan II: Rom 5:1-5

Injil: Yoh 16:12-15


Berbicara tentang Allah dalam diri-Nya sendiri mustahil dilakukan. Dalam ajaran Gereja, kita mengenal-Nya sebagai Allah Tritunggal Maha Kudus: Tiga dalam Satu dan Satu memuat Tiga namun ketiga-Nya satu kesatuan. Siapakah Dia: Bapa, Putra, Roh Kudus. Satu hakikat sebagai Allah dan mewujud dalam tiga “Pribadi” sebagai Bapa, Putra dan Roh Kudus yang masing-masing Pribadi memuat ketiga-Nya karena memiliki hakikat yang sama, yakni Allah.

Saya tidak punya perbandingan yang pas tentang Allah ini. Mungkin harusnya demikian agar saya sadar bahwa apa pun yang ada dalam pikiran manusia tidak pernah berhasil mendefinisikan Allah. Tidak mungkin si ciptaan bisa mendefinisikan Penciptanya selain hanya bisa berkata Dia adalah Penciptaku.

Namun kebersamaan dengan Tuhan Yesus selama masih berada di dunia setidaknya membantu ku memahami siapa Allah yang kita imani itu. Sering Yesus berkata aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku. Kalau kalian melihat Aku kalian telah melihat Bapa. Dan lagi sebelum Ia terangkat ke surga Ia berkata bahwa akan datang Penolong, yakni Roh Kudus yang akan mengajarkan kepada kita tentang apa yang Ia terima dari Tuhan Yesus seperti yang kita dengar dalam Injil hari ini: Ia tidak berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya, itu5lah yang akan dikatakan-Nya. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Lagi kata Yesus: Segala sesuatu yang Bapa punya adalah kepunyaan-Ku, sebab itu aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang Dia terima dari pada-Ku.

Saya berefleksi bahwa cara yang paling membantu untuk memahami Allah itu ialah dengan mengalami cara berada-Nya dalam hidup kita. Dahulu kala, dalam Perjanjian Lama, Allah berada di dunia lewat sabda-Nya yang diwartakan oleh para nabi. Dalam Perjanjian Baru cara berada-Nya tampak lewat Yesus Putra-Nya, Sang Sabda yang telah menjadi daging. Dan saat Sang Sabda yang telah menjadi daging itu naik ke surga, Allah berada dalam wujud Roh, dan itu terjadi hingga kini sampai Ia datang untuk kedua kalinya.

Artinya apa? Dalam seluruh zamannya kita, tidak pernah sekalipun Allah tidak menyertai kita. Kini wujud penyertaan-Nya dalam Roh dan hebatnya itu ada dalam diri kita masing-masing karenanya kita pun disebut Bait-Nya Allah.

Karena itu, saya selalu berdoa kepada Allah yang ada dalam diriku ini untuk selalu membantuku membuka hati pada penyertaan-Nya yang sungguh pasti itu. Supaya dalam setiap langkah hidupku, aku boleh berkenan di hadapan-Nya.

Aku juga memohon bantuan-Nya, pengampunan-Nya atas semua dosa yang kulakukan sambil berjanji untuk juga menyalurkan pengampunan-Nya itu kepada sesama yang disekitar yang dikemas dalam wujud kasih.

 





Homili Hari Raya Allah Tritunggal

15 Juni 2025

Cinta Allah Tritunggal

Yohanes 16:12-15

*************************

Kesaksian Manusia Terbelakang

Pada suatu hari, dua pria yang bersahabat kental (berasal dari daerah miskin dan kolotan): seorang dari wilayah Timor dan seorang berasal dari wilayah Barat berlanglangbuana ke seluruh wilayah Nusantara mulai dari ujung Barat hingga di ujung Timur. Sebelum bergerak ke arah Timur, mereka sempat mampir di Taman Buah Mekar Sari di Cibubur. Dari rekannya di Jakarta, kedua pria kolotan ini sudah mendengar kisah mengenai Taman buah itu. Karena itu, mereka sudah memiliki gambaran umum mengenai keadaan pepohonan yang berada di taman yang indah itu.

Namun, apa yang mereka bayangkan masih jauh dari kenyataan yang sesungguhnya. Setibanya di gerbang masuk, si pria dari Timur setengah berteriak penuh keheranan, “Kurang ajar… sungguh luar biasa, buah pisang saja sebesar kaki gajah!

Mendengar itu, si pria dari barat langsung menyambar, “Oh tahe, jangan ngawur. Itu bukan buah pisang benaran. Buah-buah itu terbuat dari kayu dan fungsinya sebagai hiasan atau pajangan belaka! Akhirnya, keduanya meledak tertawa.

Ketika berkeliling dengan kereta gantung, kedua pemuda kampungan itu tak henti-hentinya berdecak kagum menyaksikan bagaimana keadaan pohon-pohon di taman itu yang dipelihara dan diperlakukan secara istimewa. Yang lebih mengherankan, ketika mereka melewati bagian rumah kaca. Si pria kampungan dari Timur tidak mampu menahan rasa gatal hatinya untuk menggerutu.

“Aduh, manusia di Timur sana boleh menderita karena tinggal di gubuk reot, bahkan sangat miskin dan menderita; sementara di sini, tomat dan cabe saja boleh tinggal di rumah kaca yang super mewah. Dunia ini sungguh-sungguh sudah terbalik”.

Belum lagi si pria kampungan dari Timur selesai bicara, situasi keduanya semakin tegang ketika mereka melewati jejeran pohon kedondong. Dengan mata membelalak, si pria kampungan dari barat menyaksikan rapihnya barisan pohon kedondong; semuanya kecil-kecil; tingginya tak sampai semeter, namun sarat dengan buah. Hampir semuanya tak berdaun. Sementara itu, di samping setiap pohon kedondong, berdiri tegak sebatang kran air.

Dalam keadaan setengah sadar, si pria kampungan dari barat, “Amang tahe, Ini sungguh-sungguh keterlaluan. Kami di dusun boleh menderita karena kekurangan, bahkan ketiadaan air. Padahal, di sini, setiap pohon mempunyai satu kran air. Duhai Dewi keadilan. Kapan engkau melawat ke pulau kami?

Hampir banyak hal yang membuat mereka terdecak kagum dan keheranan. Namun, mereka hanya bisa berbisik… tidak jelas apa yang mereka katakan. Dari Taman Buah Mekar Sari, kedua pemuda kampungan  bergerak menuju wilayah istana presiden-Cendana. Sesampainya di sana, mereka semakin terdecak kagum mencium harumnya wangi cendana. Si pria kampungan dari timur yang sungguh-sungguh mengenal aroma cendana dan watak penghuni cendala, angkat bicara, Wangi cendana ini merupakan simbol kemewahan dan kemegahan. Sebagaimana watak pohon cendana itu: angkuh, egois, menganggap diri yang terbaik, dan suka menyepelekan bahkan mematikan daya hidup pohon-pohon yang bertumbuh di sekitarnya, demikian juga dengan watak keluarga cendana ini: mereka sering mengorbankan orang lain supaya mereka bisa hidup seenaknya. Mengapa ini terjadi? Akar persoalannya hanya satu, yaitu karena manusia selalu memperlakukan pohon ini lebih baik daripada pohon yang lain sehingga keluarga ini berpikir bahwa merekalah yang paling baik, benar dalam segala hal, juga apabila mereka berdusta dan berlaku curang.”

Mendengar penjelasan dan analisa yang yang tajam dan kritis akan situasi yang ada, si pria kampungan dari barat langsung menyabar dengan argumennya, “Ya, saya kira, aroma hidup cendana itu, bukan hanya berada di Jakarta ini; bahkan sekarang aromanya lebih menyengat di tanah kita, di pelosok Timur dan Barat. Sebab, pola hidup cendana yang suka mengesampingkan, mengabaikan dan meniadakan manusia kecil ada di sana.”

Tiada Cinta: Manusia saling Mencabik

Adalah benar analisis kedua pemuda kampungan mengenai situasi yang ada bahwa aroma cendana; pola hidup keluarga cendana dan pola hidup para pejabat, saat ini, harum semerbak di tanah ini. Penderitaan, kemiskinan, upaya untuk mengesampingkan dan mengabaikan rakyat kecil sungguh mencolok di tanah ini. Mengapa tabiat hidup ini bisa semerbak di tanah ini? Duduk persoalannya terletak pada satu kata, yaitu cinta. Ketiadaan cinta dalam hati kita, menyebabkan mencuatnya sikap egois; tidak peduli, saling mengabaikan, tidak saling memberikan hati; tidak adanya kekompakkan untuk saling membantu dan memperhatikan antara satu dengan yang lain.

Inti Pesan Yesus

Sebelum kenaikan-Nya ke Surga, Yesus mengungkapkan keinginan-Nya yang paling mendalam, yaitu agar semua pengikut-Nya bersatu dalam mengemban misi kasih-Nya kepada dunia; mewartakan Kerajaan Allah kepada segenap bangsa manusia. Cita-cita, dambaan dan harapan Yesus akan terpenuhi apabila kita memiliki sikap peduli; saling memperhatikan, tidak saling mengabaikan antara satu dengan yang lainnya. Sikap ini hanya mungkin terpupuk apabila kita dituntut untuk melihat diri kita dalam diri sesama yang lain. Dalam hal ini, teladan yang patut kita tiru adalah persatuan antara Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kita yakin dan beriman akan Allah Esa, namun tiga pribadi. Allah yang Esa adalah Allah yang satu dalam cinta, satu dalam karya dan satu dalam kebijakan. 

 

Allah: Satu dalam Cinta, Kebijakan dan Karya

Beriman kepada Allah Trinitas berarti beriman kepada kesatuan dan kekuatan cinta Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kesatuan dan kekuatan cinta Trinitas menjadi Sumber Kerukunan, Kekompakan dan Keakraban; karena dalam Cinta, Bapa, Putera dan Roh Kudus saling Ber-Ada, Saling Menemukan diri, Satu dalam Yang Lain. Bapa menemukan diri-Nya di dalam Putera dan Roh Kudus; Putera menemukan diri-Nya di dalam Bapa dan Roh Kudus; dan Roh Kudus menemukan diri-Nya di dalam Bapa dan Putera. "Dalam Bapa ada Putera dan Roh Kudus, di dalam Putera ada Bapa dan Roh Kudus; dan di dalam Roh Kudus ada Bapa dan Putera" (Yoh.16:15; 17:21-23).

Inilah wujud kesatuan Trinitas: satu dalam cinta, satu dalam kebijakan dan satu dalam karya. Misteri kesatuan Trinitas ini terpupuk karena Bapa, Putera dan Roh Kudus menemukan diri-Nya dalam yang lain. Terlaksananya karya keselamatan Allah bagi dunia merupakan wujud kesatuan dan kekuatan cinta Trinitas karena dalam kesatuan dan kekuatan cinta Trinitas lahirlah kesatuan dalam kebijakan dan karya, yaitu penyelamatan umat manusia: Allah yang satu dan sempurna tidak hanya menciptakan segala sesuatu, tetapi selalu mencintai, menjaga, merawat, meluruskan, memperbaiki dan memperbaharui semua ciptaan-Nya yang telah rusak karena keterbatasannya sebagai ciptaan. Selain menciptakan, mencintai, meluruskan dan memperbaiki, Allah yang sempurna itu juga menuntun, membimbing, mengarahkan dan menyucikan segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya sehingga bisa sampai pada tujuan dalam keadaan yang layak untuk bersatu kembali dengan Penciptanya. Dengan kata lain, Allah yang sempurna adalah Allah yang mencipta, mencinta, menebus dan menyucikan. Inilah kodrat, sifat yang melekat dalam Allah Tritunggal.

Rahasia hubungan di antara ketiganya tersirat dalam hubungan segitiga cinta yang terjalin erat dan rapih di antara mereka. Inilah pesona iman yang hanya tersingkap purna ketika kita sendiri masuk dalam dan menjadi bagian dari jalinan cinta segitiga Ilahi itu.

 

Cinta Trinitas dalam Kehidupan Beriman

Bagi kita, beriman kepada Allah Trinitas harus diwujudkan dan harus bermakna di dalam kehidupan karya dan kebijakan yang penuh cinta serbagaimana cinta itu mempersatukan Bapa, Putera dan Roh Kudus.

o   Sebagai orang Katolik, kita harus percaya akan kekuatan cinta yang menjadi dasar dan jiwa kehidupan kita.

o   Kita harus percaya bahwa kekuatan cinta hanya mampu menciptakan kesatuan, kerukunan, keakraban dan kekompakan apabila kekuatan cinta itu memampukan setiap orang katolik untuk menemukan diri kita dalam yang lain; apabila suami melihat dan menemukan dirinya di dalam diri istri dan anak-anaknya; apabila istri melihat dirinya di dalam diri suami dan anak-anaknya dan apabila anak-anak mlihat diri mereka di dalam diri ayah dan ibu mereka sendiri; dan apabila kita melihat dan menemukan wajah keluarga kita dalam keluarga yang lain.

o   Jika kita cenderung mempertahankan kepentingan diri kita sendiri; melihat diri kita berbeda dari yang lain serta tidak mampu melihat diri kita dalam diri orang lain: suami berbeda dari istri, istri berbeda dari suami, suami-istri melihat diri berbeda dari anak-anak, keluarga saya berbeda dari yang lain, maka perbedaan, pertentangan dan percecokan akan senantiasa terjadi.

o   Kesatuan, kerukunan dan kekompakan dalam kehidupan bersama hanya mungkin terbina apabila kita hidup sesuai sifat Trinitas, yaitu menemukan diri kita dalam yang lain.

 

Helen Troya

Di antara kita pasti yang ingat akan kisah mengenai seorang Ratu yang bernama Helen Troya. Karena kecantikan dan darah ningrat yang mengalir dalam dirinya, maka pada suatu saat Helen diculik dan menjadi seorang korban amnesia. Helen menjadi seorang pelacur jalanan. Helen lupa akan namanya sendiri; ia lupa akan kenyataan dirinya sebagai seorang putri yang berdarah ningrat. Namun, seluruh rakyat dan sahabat-sahabatnya yang sangat mencintainya tidak pernah menyerah untuk mengembalikannya ke negeri asalnya.

Seorang pria, sahabat karibnya yakin bahwa Helen masih hidup. Untuk itu, ia bekeras untuk mencarinya. Da tidak kehilangan harapan. Pada suatu hari, ketika sedang menelusuri jalan di kota, pria itu tiba di sebuah pelabuhan. Di sana, dia melihat seorang wanita malang dengan pakaian compang-camping dan wajah keriputan. Getaran hatinya meyakinkan dirinya bahwa dia pernah mengenal wanita itu. Dengan penuh keyakinan, dia mendekati wanita itu dan bertanya, “Siapakah namamu? Wanita itu menyebut namanya yang sama sekali tidak dikenal oleh pria itu. Pria itu tidak kehilangan akal; dia berbalik bertanya, “Bolehkah saya melihat tanganmu? Wanita itu mengulurkan tangannya. Melihat kedua belah tangannya, pria itu tersentak dan spontak berkata, “Engkau Helen! Engkau Helen! Apakah engkau ingat?

Wanita itu memandang pria yang berada di hadapannya dengan penuh keheranan. “Helen! Serunya. Kemudian, kabut seakan tersibak. Wanita itu tampaknya mulai mengingat sesuatu. Kesadarannya mulai muncul. Secara perlahan, dia mulai menemukan kembali dirinya yang hilang; dia merangkul sahabatnya dan menangis. Dia membuang pakaiannya yang compang camping dan sekali lagi diangkat menjadi Ratu sebagaimana saat dia dilahirkan.

*****************************

Pesan Iman

Hidup ini terasa indah, jika kita saling mencari dan menemukan sesama kita. Hidup ini akan terasa lebih indah lagi jika kita selalu berusaha untuk meyakinkan sesama akan nilai sesama kita dan bahu-membahu memajukan kepentingan bersama, bukan mengabaikan. Inilah wujud cinta Trinitas.

 

Selamat Bermenung

Salam kasih

Buona Domenica

Dio Ti Benedica

 

 

Alfonsus Very Ara, Pr

Gambar diambil dari iStok


Hari Raya Pentakosta

Minggu, 08 Juni 2025

Bacaan I: Kis 2:1-11

Bacaan II: Rom 8:8-17

Injil: Yoh 14:15-16.23b-26



Roh Kudus Pengajar dan Pengingat


Injil bercerita tentang pesan atau nasihat Yesus kepada para Rasul untuk mengasihi Yesus dengan menuruti segala perintah atau ajaran-Nya. Kedua hal itu, Mengasihi dan menuruti perintah-Nya akan membawa para Rasul tinggal selalu bersama dengan Yesus dan merasa bahwa Yesus ada beserta mereka selalu.

Meskipun demikian, Yesus tidak membiarkan para Rasul untuk berjuang sendirian. Yesus mengutus Roh Kudus untuk membantu mereka dalam perjuangan untuk mengasihi Yesus dan mentaati perintah-Nya. Injil hari ini mencatat bahwa peran Roh Kudus itu adalah mengajar dan mengingatkan para murid tentang semua yang pernah Yesus katakan kepada mereka. Artinya, kalau para murid lupa maka Roh Kudus akan mengingatkan mereka. Kalau para murid kebingungan, maka Roh Kudus akan mengajari dan menuntun mereka sampai bertemu kepada kebenaran.

Roh Kudus yang sama juga telah Tuhan curahkan kepada kita masing-masing. Mari pertama-tama menyadari kehadiran-Nya dengan membuka diri untuk hidup dalam tuntunan-Nya. Santo Paulus menyebutkan bahwa setiap orang yang menerima Roh Kudus, hidupnya tidak lagi bergerak berdasarkan keinginan daging melainkan keinginan Roh Kudus dan Roh Kudus itu ialah Allah sendiri yang tinggal bersama kita.

Memang tidak mudah untuk selalu mampu menolak keinginan daging. Kita seperti hidup dalam tipu daya bahwa yang baik dan benar itu ialah sejauh yang menyenangkan dan mengenakkan badani kita ini. Karena itu, agar tidak selalu jatuh pada tipu daya yang demikian, mari selalu memanggil Tuhan untuk membantu. Dia adalah dalam diri kita dalam wujud Roh dan selanjutnya Ia akan berbicara kepada kita, mengajarkan kepada kita dan sekaligus mengingatkan kita untuk apa yang perlu kita lakukan dalam hidup kita.

Roh Kudus membantu kita untuk bisa senantiasa mengasihi Tuhan dengan melakukan perintah-Nya dan dengan demikian akan membuat kita senantiasa tinggal di dalam Tuhan dan berserta Tuhan selalu.

[RD_DP]

 



Roh Kudus Memberdayakan Kaum Kristiani untuk

Mengasihi, Menepati Janji dan Melakukan Pekerjaan Yesus

Yohanes 14,15-16; 23b-26,

Minggu 08 Juni 2025 (Romo Very Ara)

***

“Jikalau Kamu Mengasihi Aku, Kamu akan Menuruti segala Perintah-Ku dan melakukan pekerjaan-pekerjaan-Ku”

 

Adalah kisah mengenai dua orang bersaudara yang sangat beriman dan setia kepada Yesus, yaitu Clarence dan Robert.

Clarence bekerja sebagai aktivis gerakan Hak Azasi Manusia. Pada tahun 1960-an, membela hak azasi manusia bukanlah pekerjaan yang menyenangkan di Amerika Selatan. Ketegangan antara warga kulit putih dan warga kulit hitam bertensi tinggi dan berujung pada kematian. Warga mengadakan aksi demo ini di semua wilayah kota. Banyak warga yang berdemo melakukan waksi yang sama, yaitu duduk di restoran-restoran. Mereka tidak mau bekerja dan tidak mau pulang ke rumah. Polisi menggunakan anjing pelacak dan gas air mata untuk membubarkan demonstran kulit putih dan kulit hitam.

Robert berprofesi sebagai pengacara. Pada suatu hari, Clarence, saudaranya meminta Robert untuk membantunya, membela hak azazi manusia. namun, dengan sikap tegas, Robert menolaknya sebab sangat berbahaya bagi karier politiknya ke depan.

Clarence mengingatkan Robert akan janji-janjinya untuk setia beriman, setia kepada Yesus dan setia mengikatkan diri kepada Yesus. Namun, Robert menanggapi Clarence dengan kata-kata ini: “Ya, saya memang mengikuti Yesus, namun bukan salib-Nya. Saya tidak mau disalibkan bersama Yesus”.

Clarence menatap saudaranya sangat dalam dan berkata, “Robert, kamu bukan pengikut Yesus. Kamu hanya salah seorang pengagum-Nya”.

************************

Sebagai sorang pengagum, Robert hanya terpukau pada pribadi Yesus, namun tidak menyatu dengan Yesus, sosok yang dikaguminya sehingga dia tidak membiarkan pikiran dan hatinya dipenuhi dan dikuasai oleh Roh Kristus, tetapi oleh roh duniawi (pangkat, jabatan dan kehormatan). Sedangkan, sebagai pengikut Yesus Kristus, Clarence sungguh-sungguh dipenuhi dengan Roh Kristus sehingga dia mengasihi sosok yang diikuti-Nya, menepati janji dan melakukan semua pekerjaan dari sosok yang diikuti-Nya.

************************

Para murid bukanlah pengagum, melainkan pengikut dan penerus hidup Yesus. Mereka melanjutkan misi perutusan dan pekerjaan Yesus. Apakah isi perutusan dan pekerjaan yang harus dilakukan oleh para murid?

Tugas utama perutusan para murid adalah menyatakan Wajah dan Hati Allah dalam diri Yesus kepada dunia. Mereka harus menyatakan kehadiran Allah yang nyata dalam dunia yang sama sekali tidak merasakan dan mengalami kehadiran Allah yang agung, penuh cinta, kerahiman dan belas kasih. Perutusan itu harus dinyatakan dengan menyalurkan hidup, yaitu hidup Allah yang berbelas kasih dan berbelarasa kepada sesama/dunia.

Pekerjaan untuk menyalurkan kehidupan Allah, menyatakan Wajah dan Hati Allah serta kehadiran-Nya di dunia ini tidak menuntut mereka untuk melakukan mukjizat yang spektakuler. Karena itu, Yesus tidak memanggil dan tidak memilih orang-orang yang hebat untuk melakukan pekerjaan itu.

Pekerjaan Yesus adalah pekerjaan yang sederhana, yaitu melakukan kebaikan manusiawi kita dalam wujud yang sederhana dengan semangat cinta yang besar. Melalui kebaikan hati manusiawi, pengikut Yesus menyalurkan kehidupan serta menuntun sesama untuk melihat dan mengalami kebaikan Allah dalam diri mereka sendiri. Karena pekerjaan Yesus adalah pekerjaan sederhana, maka Yesus memanggil dan memilih para murid yang sederhana, berhati baik dan memikili  kerendahan hati untuk berbagi.

Kita semua adalah murid Yesus. Kita hanyalah manusia biasa yang rapuh dan lemah. Namun, apabila kita percaya kepada Yesus, kita pasti mampu menyelesaikan pekerjaan-Nya, yaitu pekerjaan kasih... menyalurkan kasih Yesus kepada sesama melalui kasih manusiawi. Kunci utama agar kita mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan kasih Yesus dalam wujud yang sederhana adalah membuka diri terhadap kekuatan Roh Kudus, yaitu Roh Bapa dan Putera.

Roh Kudus adalah Roh yang membimbing kita kepada Kebenaran Allah. Roh Kudus akan menolong kita untuk mengubah pikiran dan hati kita agar tidak terkurung pada keinginan dan kebutuhan manusiawi semata, tetapi diarahkan kepada pikiran dan hati Allah. Roh Kudus, Roh Kebenaran, Roh Penolong akan memberikan kekuatan batin  yang baru, hati yang baru, pandangan yang baru dan kemerdekaan baru yang sangat berbeda dengan jalan pikiran dan pengaruh dunia agar kita tidak menjadi budak atas keserakahan, mengejar uang dan kekuasaan, termasuk kekuasaan rohani.

Yesus Kristus menyebut Roh-Nya sebagai Roh Kebenaran dan Roh Penolong. Sebutan Roh Penolong sangat indah: Penolong (Yunani) berarti “Orang yang menjawab panggilan”. Melalui sebutan ini, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang selalu hadir untuk menjawab terikan kita yang lemah dan sangat membutuhkan topangan cinta-Nya. Dia hadir untuk menggerakan kita agar melakukan kebaikan kasih-Nya, melakukan pekerjaan yang sederhana dengan semangat cinta yang besar untuk menyatakan Wajah dan Hati-Nya yang penuh cinta, kerahiman dan belas kasih; menyebarkan Kerajaan-Nya, yaitu Kerajaan Kebaikan, Cinta, Keadilan dan Kedamaian. Ini berarti, di setiap kebaikan yang kita lakukan, sesungguhnya bukan kita, melainkan Yesus sendirilah yang bekerja dalam diri kita:

o   Pasangan suami-isteri sudah melakukan pekerjaan Yesus dan dipenuhi dengan Roh Kudus apabila saling mengasihi, saling merawat ikatan cinta dan bekerja sama untuk mencari nafkah hidup demi kehidupan mereka.

o   Orang tua atau kakek-nenek sudah melakukan pekerjaan Yesus “memelihara, merawat, menolong, melindungi dan mencitai anak serta dengan sabar mengajar anak-anak sejak kecil untuk mengikuti Yesus.

o   Seorang ibu sudah melakukan pekerjaan Yesus apabila berbelanja, berjumpa dengan seorang tetangga dan diajak untuk bergosip. Namun, ibu itu berkata dalam hatinya: "Tidak, saya tidak akan berbicara buruk tentang siapa pun".

o   Di rumah, salah satu anak ingin berbicara dengan ibunya mengenai harapan dan impiannya. Walaupun lelah bekerja, ibu ini setia untuk duduk dan mendengarkan dengan anaknya dengan penuh kesabaran dan cinta. Ibu ini sudah melakukan pekerjaan Yesus.

o   Seorang bapak mengalami kecemasan, namun dia mengingat kasih Perawan Maria. Dia mengambil rosario dan berdoa dengan iman. Ini juga pekerjaan Yesus

o   Ada di antara kita pergi ke jalan. Kita berjumpa dengan orang miskin. Kita berhenti dan mengucapkan kata-kata ramah kepadanya. Ini juga pekerjaan Yesus.

o   Seorang umat sudah dipenuhi Roh Kudus dan sudah melakukan pekerjaan Yesus apabila memperhatikan orang yang berkekurangan dan menjawab seruan mereka, tidak usah dengan harta, melainkan dengan sapaan, perhatian, dukungan dan kehadiran kita dalam hidup mereka; tidak bergosip, tidak memberikan penilaian buruk kepada sesama dan tidak melakukan tindakan yang keras dan kejam kepada sesama.

o   Kita semua sudah dipenuhi Roh Kudus dan melakukan pekerjaan Yesus apabila kita hadir dalam hidup sesama yang kesepian karena kehampaan cinta, perhatian dan kasih sayang, terutama kepada sahabat, orang yang miskin dalam roh kebaikan.

Marilah kita melakukan pekerjaan-pekerjaan Yesus dengan berbuat baik kepada sesama dalam setiap pekerjaan harian kita.

 

Selamat Bermenung

Salam kasih

Buona Domenica

Dio Ti Benedica

 

 

Alfonsus Very Ara, Pr

 



Menjadi Satu dalam Allah dan Sesama

Yohanes 17,20-26

***

Homili Minggu Paskah VII


01 Juni 2025

***

 

Putri adalah seorang mahasiswi dan anak tunggal dalam keluarganya berkisah demikian: Setiap hari, mama selalu menyediakan bagi kami sarapan dan makan malam. Pada suatu malam, mama menghidangkan masakan sayur lodeh dan telur dadar gosong di depan meja papa. Saat itu, saya menunggu apa reaksi papa terhadap mama.

Ternyata yang dilakukan ayah adalah menyantap makanan yang disajikan sambil tersenyum pada mama. Sambil menyantap nasi, sayur lodeh dan telur dadar yang gosong itu, papa bertanya mengenai kegiatan saya di sekolah.

Saya tidak ingat apa yang dikatakan papa malam itu, tetapi saya melihat papa sungguh menikmati telur dadar yang gosong itu. Ketika saya beranjak dari meja makan malam itu, saya mendengar ibu meminta maaf kepada papa karena telur dadar yang gosong itu.

Satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang papa katakan: “Ma, jangan cemas, jangan takut, papa suka telur dadar yang gosong”.

Sebelum tidur, saya memberikan ucapan selamat kepada papa. Saya bertanya apakah papa sungguh-sungguh menyukai telur dadar gosong?

 

Papa memeluk saya erat dengan kedua lengannya yang kekar dan berkata:

o   Putri, mamamu sudah bekerja keras sepanjang hari ini. Dia sungguh-sungguh lelah. Jadi, dengan memakan telur dadar yang gosong itu, papa tidak menyalahkan dan menyakiti mamamu dan keluarga kita.

o   Putri, apakah kamu tahu bahwa yang menyakiti hati seseorang adalah kata-kata yang kasar? Putri tahu bahwa semua manusia yang hidup di bumi ini tidak sempurna. Papa juga bukanlah orang yang terbaik dalam segala hal sehingga papa selalu berusaha untuk menerima kesalahan yang lain dan memilih untuk merayakan perbedaan.

o   Ini adalah kunci utama untuk hubungan yang sehat dan harmonis, tetap satu, utuh dan rukun antara papa dan mama dan denganmu, anak papa dan mama satu-satunya.

o   Ingatlah Putri ... Hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan kebencian dan penyesalan. Cintailah semua orang yang memperlakukanmu dengan baik dan sayangilah yang menaruh benci dan dendam kepadamu.

o   Ingatlah pepatah ini: “Jika kamu tidak memiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini! Belajarlah menerima apa adanya dan berpikirlah positif. Jalani hidup ini dengan keinsafan rohani. Jangan terlalu berhitung. Jangan hanya menang sendiri. Belajarlah ... bahwa tiada hari tanpa kasih sayang. Belajarlah selalu untuk berlapang dada dan mengalah. Belajarlah untuk melepaskan beban hidup dengan ceria. Tidak ada sakit hati yang tidak bisa dimaafkan. Tiada dendam yang tidak bisa dikikis. Setiap detik kehidupan yang dilalui merupakan sebuah anugerah. Tuhan tidak pernah menganugerahkan hal yang buruk untuk kita. Apakah kita pernah bersyukur?

 

Tetaplah bersemangat, sabar dan tersenyum dalam menghadapi setiap perbedaan. Apabila keutamaan ini dipupuk, maka kita akan menjadi pribadi yang bermartabat: pribadi yang membawa persatuan, keharmonisan dan keakraban, bukan pertengkaran dan perpecahan. Apabila perbedaan dihargai, maka kita akan terbuka menerima kesalahan yang terjadi akibat perbedaan yang dimiliki. Hasilnya akan sangat membahagiakan: “Telur dadar yang gosong akan menjadi santapan lezat untuk dinikmati sebab tiada pertengkaran, benci dan dendam, melainkan saling memaafkan dan menyayangi antara papa dan mama!

*******************************

Inilah impian Yesus dalam doa-Nya bagi kita para pengikut-Nya. Kita semua, keluarga-Nya tetap satu dalam Tubuh-Nya yang kudus dan mulia, kendati kita berbeda pikiran, perasaan dan sikap. Yesus serentak berminpi dan berharap agar kita menjadi satu dan kudus sehingga layak memandang wajah Allah, bersatu dengan-Nya dan berkenan kepada sesama. Kepenuhan kemanusiaan kita, yaitu kesatuan dengan Allah dan sesama hanya mungkin dialami apabila:

 

o   Tembok kebencian dan konflik diruntuhkan sehingga tidak ada lagi perpecahan dan pemisahan dan kita pun akan bersatu dalam Allah dan satu dalam yang lain.

o   Kita meninggalkan semua bentuk permusuhan dan persaingan untuk saling mengasihi, saling melayani, saling membasuh kaki, saling mendukung untuk berkembang dalam kebenaran dan kasih hingga akhirnya sadar bahwa saling mencintai tidak hanya berarti saling melayani, melainkan memberikan hidup.

o   Kita maju dan berkembang dalam kasih satu dalam yang lain dan satu bagi yang lain.

 

Wujud kesatuan ini tidak mungkin terpupuk dan terwujud hanya dengan mengandalkan kekuatan manusiawi kita.

 

o   Kesatuan yang diidamkan Yesus ini adalah kesatuan cinta dan saling mencintai; dalam cinta ada keterbukaan dan kelembutan satu terhadap yang lain, buah transformasi/perubahan sikap hidup yang mendalam karena keterbukaan kita terhadap daya ilahi Allah yang kudus.

o   Kesatuan yang didambakan Yesus ini bukanlah peleburan dua pribadi yang tergantung satu dari yang lain tanpa mengenal batas keberadaan diri kita masing-masing.

o   Kesatuan yang didambakan Yesus bukanlah satu terbungkus dalam yang lain dan saling tertutup satu sama lain karena ketakutan akan kehilangan yang lain.

o   Kesatuan yang didambakan Yesus adalah persahabatan para pencinta, pesta dan perjamuan nikah kasih, ketika sang mempelai dan sosok yang dicintainya bersatu dalam persekutuan hidup, saling memberikan diri dan bersama-sama memberikan persembahan diri dan kehidupan mereka kepada Allah.

 

Dalam kesatuan itu, masing-masing saling menerima keunikan karena sama-sama berharga, masing-masing memiliki tempatnya sendiri, masing-masing menerima dan memberi, masing-masing memiliki hati yang penuh syukur. Dalam kesatuan itu tidak ada penghalang: yang satu mengagumi yang lain dan satu menjadi kekaguman bagi yang lain karena dalam setiap pribadi tampak wajah Allah sendiri.

Masing-masing kita berbeda, namun saling membutuhkan untuk melengkapi kemanusiaan kita. Kita bersama-sama diikat, rentan satu bagi yang lain, terbuka satu bagi yang lain. Dalam perbedaan itu, kita semua memancarkan keagungan Allah tanpa batas dan bersama menyerukan syukur kepada-Nya. Dalam kesatuan itu, kita tidak lagi melihat dan menilai diri kita dan sesama yang lain tidak layak, tetapi justru melihat dalam diri kita dan sesama terang kasih Allah sendiri. Dalam kesatuan itu, tidak ada kekosongan dan kecemasan atau kesepian yang mengerikan sebab yang kurang diisi dan dilengkapi sehingga yang ada hanyalah hidup baru, yaitu hidup Allah sendiri yang memancar dan menggerakan kehidupan kita.

Kesatuan yang mengagumkan ini akan terpenuhi apabila kita bersedia diubah dan dibaharui dalam Allah serta berjuang melawan semua bentuk kekacauan dalam batin kita; berjuang menerima yang lain, berjuang untuk mencintai orang-orang yang berbeda, pesaing-pesaing, musuh dan orang-orang selalu melukai kita serta berjuang untuk tidak mengadili serta tidak menghukum yang lain.

Cinta dan damai akan dialami apabila kita masuk ke dalam medan perjuangan ini: ketika kita tidak berjuang mati-matian untuk membuktikan bahwa hanya kita yang benar serta menghidupi daya pengampunan dan rekonsiliasi, menerima terang dan kehadiran Allah dalam diri kita dan sesama. Hanya dalam cinta dan saling mencintai, kita bersatu sebagai pengikut Yesus Kristus. Dan hanya dalam cinta dan saling mencintai, kita menjadi agen persatuan serta penerus cinta demi terciptanya kesatuan dan kedamaian bersama di alam ini.

Kita adalah pengikut Yesus Kristus dan cap khusus/istimewa kemuridan kita adalah cinta dan saling mencintai. Cap ini serentak menegaskan keunikan kita serta perutusan kita sebagai agen/duta kesatuan dan kedamaian dunia...

 

Selamat Bermenung

Salam kasih

Buona Domenica

Dio Ti Benedica

 

 

Alfonsus Very Ara, Pr

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget