Homili Minggu Adven IV "Panggilan Yusuf dan Ketulusannya" (Romo Very Ara) Matius 1,18-25 21 Desember 2025

 



Minggu Adven IV

Panggilan Yusuf dan Ketulusannya

Matius 1,18-25

21 Desember 2025

****************************************

 

Adalah Richard, seorang anak berusia tujuh tahun. Dia adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Tiga hari sebelum perayaan Natal, ibunya meminta bantuannya untuk menyemirkan sepatunya agar pantas ke Gereja.

Richard memenuhi permintaan ibunya. Seusai menyemir, Richard memberikan sepatu itu kepada ibunya untuk dilihat apakah sudah bersih dan mengkilat atau belum. Ibunya sangat senang melihat pekerjaan Richard. Ibunya memberikan hadiah kepadanya uang Rp. 50.000.

Pada hari Natal, di saat ibunya mengenakan sepatu itu di kaki kanannya, ibu jari kakinya merasakan ada benda keras yang terganjal di ujung sepatunya. Dia membuka kembali sepatunya dan mengambil benda yang terganjal di ujung sepatunya. Ternyata dia menemukan uang Rp. 50.000 yang terbungkus dalam sepotong kertas. Dalam kertas itu tertulis kata-kata ini: “Mama, saya mengembalikan uang ini kepada Mama. Saya menyemir sepatu mama karena saya mencintai Mama”. Di akhir kata-katanya, ada tanda tangan dan tertulis nama Richard.

*********************

Bagi saya, ketika Yesus bersabda, “Berbahagialah orang yang suci hatinya”, Yesus pasti sedang berbicara mengenai orang-orang seperti Richard, si kecil yang masih berusia tujuh tahun ini. Yesus berbicara mengenai orang-orang yang melakukan sesuatu tanpa dinodai oleh keinginan yang buruk. Hati orang-orang demikian tidak terbagi. Orang-orang demikian memiliki hati yang tulus dan murni. Mereka melakukan melakukan sesuatu bukan untuk dilihat dan dipuji orang lain atau untuk mendapatkan imbalan yang sepadan, melainkan semata-mata demi cinta mereka kepada orang-orang yang dicintai dan terutama untuk Allah. Karena alasan inilah, maka orang-orang yang berhati murni dan tulus akan melihat Allah.

********************************

Yosef adalah manusia yang berhati tulus dan murni. Dia dipanggil Allah dengan cara yang sangat unik, yaitu menjadi ayah bagi Anak yang bukan berasal dari darah dan dagingnya serta menjadi suami Maria. Namun, di masa persiapan untuk peresmian perkawinan mereka, Yosef mengetahui bahwa Maria, tunangannya sudah mengandung.

Kita pasti berpikir bahwa Yosef pasti akan menceraikan Maria karena dia merasa ditipu oleh Maria. Namun Matius menegaskan bahwa Yosef bermaksud menceraikan Maria bukan karena merasa tertipu, melainkan karena alasan yang lain sama sekali, yaitu karena “Yosef adalah orang yang tulus hati”: hatinya sungguh tulus dan murni.

Maksud Matius ketika berkata bahwa Yosef adalah orang yang tulus hati adalah sebagai berikut:

 

o   Setelah mengetahui bahwa Maria mengandung secara ajaib (hal ini pasti diketahuinya dari Maria sendiri), pada saat itulah dia menyadari bahwa Allah mempunyai rencana istimewa terhadap Maria dan anak-Nya.

o   Dia melihat peristiwa kehamilan Maria semata-mata dalam konteks rencana Allah. Dia berkata: Yesus adalah Anak Allah dan Maria, ibunya memiliki tempat istimewa di hadapan Allah.

o   Dia sadar bahwa dia tidak memiliki tempat di hadapan Allah dan rencana-Nya. Karena alasan inilah, dia berusaha menyingkir. Dia merasa tidak berhak untuk menjadi ayah bagi Anak yang berasal dari Allah.

 

Secara manusiawi, keputusan Yosef untuk menyingkir ini dinilai paling tepat. Namun keputusan itu tidak sesuai dengan rencana Allah. Di saat keputusannya sudah bulat, Allah turun tangan. Dalam mimpi, Allah menunjukkan jalan baru kepadanya, yaitu jalan penyerahan diri yang utuh kepada-Nya.

 

o   “Yosef, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu sebab (memang) anak yang didalam kandungannya adalah dari Roh Kudus (tetapi) ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus”.

 

Kalimat yang sesungguhnya adalah sebagai berikut:

 

“Yosef, engkau bingung menerima Maria sebagai isterimu? Engkau berpikir bahwa Allah tidak membutuhkanmu? Hai Yosef, engkau dibutuhkan Allah sebagai ayah bagi Anak-Nya. Dengan demikian Anak itu akan termasuk keturunan Daud, sebab engkau sendiri keturunan raja itu. Inilah peranan yang disediakan Allah bagimu. Maukah engkau menerimanya?

Bukankah karya Allah tidak terduga? Yosef berpikir, inilah panggilan saya: Menjadi ayah bagi Anak Maria dan menjadi suami bagi ibu-Nya.

Berkat keputusan Yosef yang tulus dan murni hatinya ini, rencana Allah akan terlaksana. Anak Maria menjadi Anak Daud, Anak Abaraham. Nubuat nabi Yesaya menjadi kenyataan dan umat manusia memperoleh seorang Penyelamat yang akan membebas dan menyelamatkannya dari kuasa dosa.

Yosef sungguh-sungguh beriman. Ketulusan dan kemurnian hatinya tampak cemerlang dan agung. Dia mencapai puncak ketulusandan kemurnian hatinya ketika menerima tawaran Allah berkenaan dengan lahirnya seorang Anak yang tidak ber-ayah, yang sangat dicela manusia zaman dahulu. Apabila diperbandingkan dengan peranan Maria: Maria taat kepada Allah, sebab dia menerima dalam rahimnya Anak Allah yang Mahatinggi. Yosef taat kepada Allah sebab dia bersedia menjadi ayah bagi Anak itu.

 

o   Dapatkah iman sejati dipisahkan dari ketaatan?

o   Dalam iman dan ketaatan, Yosef sadar bahwa Maria tidak akan pernah menjadi miliknya sebab Maria dan anak-Nya adalah milik Allah.

o   Namun Yosef juga sadar bahwa Dia harus berada di pos yang ditentukan Allah baginya. Dia seorang beriman yang taat.

 

Sikap Yosef di hadapan Allah, Putranya dan Maria memperlihatkan bahwa dia bukanlah pribadi yang naif dan pasif. Sesungguhnya Malaikat Allah tidak banyak memberikan bantuan kepadanya untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Malaikat hanya memberikan saran. Namun Dia memilih kehendak Allah, walaupun tidak jelas baginya. Dia menuruti hati Allah.

Sikap Yosef mengajarkan kita bahwa:

 

o   Semua harapan dan rencana hidup kita tidak selalu jelas dan tepat. Kita tidak sadar/lupa bahwa Allah menyediakan sesuatu bagi kita yang tidak pernah terpikirkan. Apabila kita beriman kepada-Nya, kita harus selalu terbuka terhadap aneka kemungkinan yang tidak terduga.

o   Ingatlah: Allah tidak pernah berhenti melakukan sesuatu yang menakjubkan dalam hidup kita. Allah selalu turun tangan dalam kehidupan kita dalam wujud yang tidak mencolok.

o   Yakinkanlah diri kita: ada banyak persoalan yang tidak mampu kita atasi, namun Allah akan selalu memberdayakan kita; ada banyak hal yang menurut kita mustahil akan terjadi, namun Allah menjadikannya sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.

o   Yakinlah juga bahwa harta terindah dalam diri kita adalah kejujuran dan ketulusan. Senjata terkuat adalah kesabaran dan kekayaan yang termulia adalah komunikasi dengan Allah dalam doa supaya kita bisa mengerti setia maksud Allah dalam diri kita.

 

Kita semua adalah orang-orang yang dipanggil Allah untuk tugas tertentu. Tidak jarang, tugas yang diberikan Allah itu terasa berat dan sama sekali tidak menarik.. sama seperti tugas yang diberikan sang ibu kepada Richard anaknya (tidak disukai oleh anak-anak, apalagi anak-anak zaman sekarang)... sama seperti Yosef, kita suka mencari akal untuk meninggalkannya secara diam-diam. Jika kita sungguh beriman kepada Allah, bolehkah kita melarikan diri dari tugas-tugas demikian?

 

Selamat Bermenung...

Salam Kasih....

Buona Giornata...

Dio Ti Benedica...

 

 

Alfonsus Very Ara, Pr

 

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget