Keuskupan Sibolga

Latest Post


Pemberian cinderamata atau souvenir, dari Bapa Uskup Keuskupan Sibolga beserta Kuria adalah sebuah tradisi yang sering dilakukan dengan memberikan bingkisan sebagai kenang-kenangan, tanda ingat, atau bentuk penghargaan atas suatu peristiwa atau hubungan.Umumnya Kalabubu, pakaian adat Nias (rompi) jika pertemuan di wilayah Dekanat Nias dan berupa Ulos apabila kegiatan di daerah Dekanat Tapanuli.

 Cinderamata ini memiliki nilai simbolis yang bertujuan untuk mengingatkan penerima tentang suatu peristiwa, tempat, atau hubungan. Kenangan atau Cinderamata berfungsi sebagai pengingat akan momen-momen penting atau perjalanan yang telah dilalui. Cinderamata dapat menjadi ekspresi rasa terima kasih atau penghargaan atas kontribusi seseorang. Cinderamata dapat digunakan sebagai media perkenalan untuk kekhasan budaya/daerah di Keuskupan Sibolga. 

“MO HUHUGO” dalam budaya Nias yang disampaikan oleh Vikjen menyampaikan kata sapaan dalam arti "salam sejahtera" atau "selamat datang". Kata ini juga sering digunakan untuk menyapa orang lain dengan sopan dan penuh hormat, menunjukkan persahabatan dan penerimaan. (Komsos Keuskupan Sibolga)


 



TEPAS se-Regio Sumatera diadakan di Keuskupan Sibolga, tepatnya Di Dekanat Nias, Baga Hotel Resort Teluk Dalam. TEPAS diadakan pada tanggal 28 April - 02 Mei 2025. Kegiatan ini diawali dengan penyambutan di rumah Komunitas Susteran SFI. Penyambutan dilaksanakan dengan acara adat Nias.

Setelah penyambutan, para peserta diarahkan ke tempat yang ditentukan yakni Baga Hotel Resort. Dalam acara penyambutan ditempat yang ditentukan, utusan pemerintah juga turut hadir yakni wakil Bupati Nias Selatan  Bpk. Yusuf Nache S.T., M.M.. Pembukaan diawali dengan Tari Yaahowu oleh sanggar budaya SMP Bintang laut Teluk dalam. Peserta yang turut hadir, Mgr Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga (Bapa Uskup Keuskupan Sibolga), Mgr. Kornelius Sipayung (Bapa Uskup Keuskupan Agung Medan), Mgr Vitus Rubianto Solichin (Bapa Uskup Keuskupan Padang), Mgr. Yohanes Harun Yuwono (Bapa Uskup Keuskupan Agung Palembang), Mgr. Vincentius Setiawan Triatmojo (Bapa Uskup Keuskupan Tanjung Karang), dan Mgr. Adrianus Sunarko (Bapa Uskup Keuskupan Pangkal Pinang) dan beberapa utusan Ordo/Kongregasi/Tarekat Lembaga hidup bakti yang berkarya di wilaya Regio Sumatera. Pimpinan-pimpinan tarekat religius yang hadir berasal dari 41 tarekat religius.Tarekat pria: OFM, OFMCap, OFMConv, MSF, SVD, OSC, OCarm, SX, OCD, SSCC, CMF, CM, BM, BHK, CMM (15). Tarekat suster: SCMM, OSF, FCJM, KSFL, SFI, CCSS, SJMJ, KYM, ALMA, KSSY, SOSFS, OP, SdC, OSU, CB, FSGM, FCH, Putri Carm., HK, FMM, H.Carm., RGS, FSE, SFD dan SSCC, ALI (26).

1. Apa Tujuan TEPAS?

TEPAS atau Temu Pastoral merupakan pertemuan yang bertujuan untuk merencanakan dan melaksanakan pelayanan pastoral di Paroki, Keuskupan, ataupun tingkat Gereja yang lebih luas. Namun TEPAS kali ini tingkat Keuskupan Se-Regio Sumatera. Pelayanan pastoral ini meliputi berbagai kegiatan seperti pengajaran agama, pemberdayaan umat, dan kegiatan sosial yang bertujuan untuk membangun iman dan kehidupan beragama biasanya diadakan dua tahun sekali. Dimana dalam pertemuan juga sekaligus Evaluasi masing masing Keuskupan se-Regio Sumatera.

TEPAS bertujuan untuk merencanakan pelayanan pastoral untuk menentukan fokus, sasaran, dan strategi pelayanan pastoral di wilayah masing masing Keuskupan, membangun Budaya Pastoral serta menumbuhkan semangat dan praktik pastoral yang baik dalam komunitas. Dalam pertemuan TEPAS juga diadakan evaluasi dan implementasi, melakukan evaluasi terhadap kegiatan pastoral sebelumnya dan merancang implementasi untuk masa depan.

2. Apa yang menjadi partisipasi atau output TEPAS?

Partisipasi TEPAS biasanya melibatkan para pemimpin gereja Uskup, imam pimpinan Tarekat religius yang berkarya di Regio Sumatera, contoh kegiatan TEPAS meliputi:

  1.             Pembelajaran dan pengembangan: Kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang doktrin Katolik dan praktek pastoral. 
  2.       Pelayanan sosial: Kegiatan yang ditujukan untuk membantu dan mendukung mereka yang membutuhkan. 
  3.          Pengembangan iman: Kegiatan yang mendorong umat untuk lebih dekat dengan Tuhan dan Gereja. 

3. Apa makna TEPAS bagi Pastoral

Secara singkat, TEPAS adalah wadah untuk merumuskan dan melaksanakan pelayanan pastoral yang berfokus pada kebutuhan umat dan pengembangan iman, serta menjadi tempat untuk bertukar pikiran dan merencanakan langkah-langkah yang akan diambil dalam membangun Gereja yang lebih kuat dan relevan dengan zaman. Makna pastoral: Secara umum, "pastoral" berarti memimpin atau menggembalakan umat dengan cara yang menginspirasi, mendukung, dan membimbing mereka dalam pertumbuhan iman dan kehidupan beragama yang lebih bermakna. (KOMSOS KEUSKUPAN SIBOLGA)

 TEMU PASTORAL REGIO GEREJAWI SUMATERA 


Bapa Uskup Regio Sumatera

Temu Pastoral (TEPAS) Regio Gerejawi Sumatera, yang diikuti oleh para Bapa Uskup dari enam keuskupan dan Pimpinan-pimpinan tarekat (religius dan sekular) yang berkarya di wilayah pastoral Regio Gerejawi Sumatera, dimulai pada Senin, 28 April 2025 dan akan berakhir pada Jumat, 2 Mei 2025. Pimpinan-pimpinan tarekat religius yang hadir berasal dari 41 tarekat religius [Tarekat pria: OFMCap, OFMConv, MSF, SVD, OSC, OCarm, SX, OCD, SSCC, CMF, CM, BM, BHK, CMM (15) danTarekat suster: SCMM, OSF, FCJM, KSFL, SFI, CCSS, SJMJ, KYM, ALMA, KSSY, SOSFS, OP, SdC, OSU, CB, FSGM, FCH, Putri Carm., HK, FMM, H.Carm., RGS, FSE, SFD, SSCC dan ALI (26)]

Tarekat suster: SCMM, OSF, FCJM, KSFL, SFI, CCSS, SJMJ, KYM, ALMA, KSSY, SOSFS, OP, SdC, OSU, CB, FSGM, FCH, Putri Carm., HK, FMM, H.Carm., RGS, FSE, SFD, SSCC, ALI (26)]

[Tarekat pria: OFMCap, OFMConv, MSF, SVD, OSC, OCarm, SX, OCD, SSCC, CMF, CM, BM, BHK, CMM (15)


TEPAS mengusung tema: Sinodalitas Gereja Sumatera di Tengah-tengah Isu Kehidupan Sosio Politik, Ekologi dan Kemanusiaan. Seremoni pembukaan TEPAS diadakan pada pukul 20.00 WIB.  Turut hadir dalam seremoni pembukaan adalah Wakil Bupati Nias Selatan dan beberapa pejabat pemerintahan Nias Selatan. Penyambutan secara adat Nias dilakukan oleh siswa-siswi SMP Stella Maris Telukdalam.

TEPAS hari kedua, 29 April, diawali dengan meditasi terpimpin yang dipandu oleh Rm. Ferry Sutrisna Wijaya, selama 30 menit. Peserta meditasi diajak untuk menyadari keberadaannya di tengah-tengah alam semesta ini, dan bersyukur atas semua berkat Tuhan melalui ciptaan-Nya.

Pemberian tanda kasih "Fame'e Afo) 

Selanjutnya, setelah sarapan pagi, diteruskan dengan pertemuan Sesi I, dengan narasumber Mgr. Yohanes H. Yuwono (Ketua Regio Gerejawi Sumatera) dan P. Ignatius Purwo, OSC sebagai moderator. Sesi I ini diisi dengan evaluasi TEPAS Lampung dua tahun lalu (2023), dan keterangan mengenai alur proses Tepas 2025. Mgr. Yohanes H. Yuwono menerangkan bahwa TEPAS ini telah dimulai pada 2010, dan dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Agenda TEPAS sempat terganggu karena Covid 19. TEPAS baru diadakan lagi pada tahun 2023. TEPAS 2025 merupakan TEPAS keenam untuk putaran pertama. TEPAS gelombang/putaran berikut akan dilaksanakan di Keuskupan Agung Medan, tahun 2027. Pada prinsipnya, para Bapa Uskup adalah tuan rumah TEPAS, dan penanggung jawab setiap TEPAS adalah keuskupan di mana TEPAS dilaksanakan.

Tujuan TEPAS, jelas Mgr. Yohanes H. Yuwono adalah:

  • Mengapresiasi kerja tarekat religius di tempat karya masing-masing, yang membantu Gereja lokal dengan kekhasan karisma masing-masing.
  • Memupuk semangat "berjalan bersama" (sinodalitas) semua tarekat dan Gereja lokal, sesuai visi dan misi keuskupan tanpa mengabaikan visi dan misi tarekat masing-masing
  • Mengupayakan kerjasama lintas tarekat untuk karya pastoral tertentu
  • Menerjemahkan rekomendasi atau anjuran pastoral KWI atau Gereja Universal, misalnya pastoral kaum muda, lingkungan hidup, penyalahgunaan narkoba dan sebagainya; atau mengusulkan karya-karya pastoral tertentu ke KWI untuk dijadikan karya pastoral bersama di Indonesia.

Selanjutnya pada jam 10.30-12.15 adalah sesi pertemuan kedua. Sesi ini diisi oleh Mgr. Adrianus Sunarko, OFM, dan dipandu oleh P. Dion Laia, OFMCap sebagai moderator. Mgr. Adrianus Sunarko mempresentasikan hasil Sinode Gereja Universal yang diadakan di Roma pada Oktober 2024. Proses Sinode ini sudah dimulai pada 2021 di Gereja-gereja lokal di seluruh dunia.

Pada sore hari, mulai jam 15.30 WIB, para peserta TEPAS mendapat masukan dari Rm. Ferry Sutrisna Wijaya, imam diosesan dari Keuskupan Bandung, yang memiliki passion pada ekologi. Sesi ini dipandu oleh P. Blasius S. Yesse, Pr. Berkenaan dengan persoalan ekologi ini, Rm. Ferry berbicara mengenai dokumen-dokumen dari Paus Fransiskus, a.l. Laudato Si, Laudate Deum, Fratello Sole dan sebagainya. Semuanya dikupas di bawah tema: 10 Years Since Laudato Si: A Time for Hope or Despair? Berangkat dari passion pada lingkungan hidup, Rm. Ferry mendirikan sebuah Yayasan yang memberi perhatian pada pemeliharaan lingkungan, Yayasan Eco Learning Camp.Yayasan ini menyajikan program pendidikan ekologi melalui kegiatan pelatihan, workshop, seminar, dll.

Pada jam 18.00 diadakan perayaan ekaristi, yang dipimpin oleh Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap (Uskup KAM), didampingi para Bapa Uskup lainnya dan imam-imam konselebran. Perayaan ekaristi ini dihadiri juga kelompok koor dari Paroki Hati Kudus Yesus Telukdalam. Mgr. Kornelius dalam kotbah, a.l. menyampaikan pentingnya kerjasama dalam karya pastoral, baik antara tarekat dan keuskupan, pun di antara tarekat-tarekat.

Sesi hari ini diakhiri dengan diskusi di kelompok-kelolmpok, yang dibagi per keuskupan. Setiap tarekat dibagi-bagi ke keuskupan-keuskupan sesuai dengan tempat karya mereka masing-masing. Bahan diskusi adalah materi mengenai lingkungan hidup yang disampaikan oleh Rm. Ferry Sutrisna Wijaya. (Notulensi dari P. Blasius Yesse, SekJen)





 

RAPAT ANGGOTA SIGNIS INDONESIA KE 51

“SIGNIS Indonesia Berziarah Bersama dalam Pengharapan,”

 Palembang 17-21 Februari 2025.

 

Apa Itu SIGNIS?

Signis adalah Asosiasi Katolik internasional umat beriman untuk Komunikasi. Signis diakui oleh Takhta Suci sebagai Asosiasi Internasional Umat Beriman. Signis memiliki status konsultatif dengan UNESCO, Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Dewan Eropa. Selain Signis internasional ada juga Signis Indonesia. SIGNIS Indonesia merupakan organisasi yang bergerak di bidang komunikasi dan media dalam konteks pelayanan sosial serta bagian dari SIGNIS Internasional, jaringan global yang fokus pada pengembangan media beretika, mendukung hak asasi manusia, dan memperkuat komunikasi lintas budaya.

Di Indonesia, Signis bergerak di bidang komunikasi dan media dalam konteks pelayanan sosial. SIGNIS Indonesia merupakan organisasi yang bergerak di bidang komunikasi dan media dalam konteks pelayanan sosial. Para anggota SIGNIS Indonesia tahun 2025 ini mengadakan rapat tahunan ke-51 selama lima hari (17-21 Februari 2025), di Rumah Retret Giri Nugraha, Palembang.

Rapat Anggota tahunan ini dibuka secara resmi dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Agung Palembang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono. Sejumlah agenda penting mewarnai pertemuan ini, hari studi pertama bersama  oleh Bapak Hendro Setiawan, hari studi kedua oleh Pastor Noegroho Agoeng, Hari studi ketiga refleksi bersama masing masing regio, hari studi keempat refleksi bersama Yubileum Komunikasi bertema “Komunikator Pengharapan”, akreditasi, laporan badan pengurus, informasi dari SIGNIS Asia, dan hari studi ke lima ziarah bersama dengan kunjungan ke berbagai situs kearifan lokal seperti city tour ke Via Crucis, Katedral Palembang, Jembatan Ampera, dan Pulau Kemaro.

Kehadiran perwakilan SIGNIS dari berbagai daerah seperti Jayapura, Manado, Ende, Maumere, Yogyakarta, Sibolga, Medan, dan Pangkalpinang masing masing diutus dari keuskupan baik Komsos dan radio. Dalam refleksi bersama masing masing menunjukkan bagaimana komunikasi Katolik terus berkembang untuk menjawab tantangan zaman di keuskupannya sendiri.

 

\

Komunikator Pengharapan

Poin Pertama:

Pastor Antonius Stephen Lalu, Ketua SIGNIS Indonesia, menjelaskan bahwa para pekerja media Katolik, terdiri dari tim komunikasi sosial (Komsos) dan Radio dari berbagai Keuskupan,, setiap tahunnya berkumpul untuk saling berbagi pengalaman dan memperkuat karya pewartaan. Tahun 2025, panitia Signis mengambil tema Berziarah Bersama dalam Pengharapan. Tim (panitia) terinspirasi dari thema Tahun Yubileum 2025 yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus. Bapa Suci mengajak kita, menjadi komunikator pengharapan. SIGNIS Indonesia ingin menjadi Sains Ignis yakni membawa dan mengomunikasikan tanda-tanda zaman, menyebarkan semangat laksana api yang membakar hati, seperti pengalaman murid-murid Emaus yang berkobar penuh sukacita setelah bertemu Yesus,” ujar Pastor Antonius.

Poin Kedua :

Mgr. Yohanes Harun Yuwono dalam sambutannya menegaskan pentingnya menjadi komunikator yang handal di era pengharapan ini. Beliau menekankan bahwa komunikasi yang baik bukan sekadar soal teknologi atau sarana, tetapi lebih pada bagaimana media dapat menciptakan hubungan yang penuh kasih dan relasi yang bermakna. “Kita tentu tidak bisa menjauh dari media komunikasi sosial, tetapi kita harus menggunakannya sebagai alat pewartaan. Jika manusia berjalan dengan kepala tertunduk, tanpa melihat kiri dan kanan, tanpa senyuman, tanpa sapa, tanpa salam maka manusia itu seperti robot yang hidup tanpa hati, maka kita kehilangan esensi komunikasi yang sejati,” ungkap Uskup Harun.

Melalui renungan Bapa Uskup, kami disadarkan bahwa Komsos adalah corong pewartaan iman di Keuskupan. Komsos sebagai wadah bagi pengajaran dan refleksi iman yang mampu  menyampaikan warta ke segala penjuru. Pada ahirnya mimpi dan harapan iman sampai pada seluruh umat. Melalui pewartaan yang dipublikasikan melalui media sendiri, maka umat mampu mengetahui segala informasi terbaru perihal peristiwa yang terjadi. (Romo Adrian Tobing : Ketua KOMSOS Keuskupan Sibolga).

Ket Foto: Panggung Altar Misa Requiem Paus Fransiskus di Paroki Pinangsori



RenHar

Selasa, 29 April 25

PW St Katarina dari Siena 

Yohanes 3: 7-15


Seorang pialang saham putus asa  kehilangan banyak uang, datang ke biara untuk mencari kedamaian batin. Namun, ia terlalu putus asa untuk bermeditasi. Setelah dia pergi, Sang Guru hanya memberikan satu kalimat: “Mereka yang tidur di lantai, tidak pernah terjatuh dari tempat tidurnya.” @Pribadi yang siap dengan pengalaman besar harus berani ke luar dari zona nyaman@

Injil hari ini berisi Pesan kebangkitan dari Yesus kepada Nikodemus: “kita harus dilahirkan kembali.” Yesus menegaskan kelahiran  dalam Roh Kudus. Sebab Kehidupan Kristiani, yang tidak memberi ruang bagi Roh Kudus dan tidak membiarkan dirinya dibawa oleh Roh Kudus adalah kehidupan kafir, yang menyamar sebagai Kristiani.

Saudara-saudari terkasih, Kita dapat dilahirkan kembali "dari diri kita yang kecil yang penuh dosa" hanya dengan "bantuan kekuatan yang telah membangkitkan Yesus: dengan kekuatan Allah" dan untuk ini "Tuhan mengutus Roh Kudus kepada kita". 

Marilah kita mohon kepada Tuhan agar memberikan kita kesadaran, bahwa kita tidak dapat menjadi orang Kristen tanpa berjalan bersama Roh Kudus, tanpa bertindak bersama Roh Kudus, tanpa membiarkan Roh Kudus menjadi “pembisik ajaib” hidup kita. Kita harus memohon kepada Tuhan agar diberi rahmat untuk memahami pesan ini: "Utuslah Roh-Mu ya Tuhan dan jadi baru seluruh muka bumi." Roh Kudus senantiasa berbisik dalam hati untuk melakukan yang benar dan menghindari yang jahat. Tuhan memberkati

(Ditulis oleh Rm. Adytia Peranginangin, OCarm. Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil, Pinangsori)

 

Ket Foto: Para Frater Novis OFMCap-Hamente merayakan kegembiraan persaudaraan.

RenHar 
“Kebebasan Anak-Anak Allah” 
28/4’25,Senin Pekan Paskah II Yoh. 3:1-8 

 Bila kita difitnah kita boleh memfitnah ulang Bila kita dibohongi kita boleh membohongi ulang Bila kita dituntut kita boleh menuntut ulang Tapi bila kita tidak membalas fitnah, bohong dan tuntut ulang meskipun sdh difitnah, dibohongi dan dituntut tapi malah mengampuni dan mengasihi … itu adalah namanya kebebasan anak-anak Allah. Injil hari ini berisi dialog antara Yesus & Nikodemus:“Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” Nikodemus, tidak mengerti dan memahami pernyataan Yesus secara harafiah dengan bertanya: "bagaimanakah mungkin seseorang dilahirkan, jika ia sudah dewasa?" Kiranya konteks kelahiran dalam dialog ini adalah lahir dari Roh. Gambaran Roh yang dimaksud Yesus di sini menarik: "Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana datangnya atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan setiap orang yang lahir dari Roh" artinya, bebas. Saudara-saudari terkasih, Seseorang yang membiarkan dirinya dibawa dari satu sisi ke sisi yang lain oleh Roh Kudus: inilah kebebasan Roh. Dan siapa pun yang melakukan ini adalah orang yang taat kepada Roh. Bagaimana seseorang mempersiapkan diri untuk dilahirkan kembali? Dengan doa. Doa adalah yang membuka pintu bagi Roh dan memberikan kita kebebasan; keterusterangan; keberanian. Anda tidak pernah tahu kemana Roh akan membawa Anda. Mulailah hari Anda dengan doa: “bersabdalah ya Tuhan hambaMu mendengar.” Selamat berjalan dengan kebebasan Roh. Tuhan memberkati 😇 Rm Adytia OCarm🙏




 Ket Foto: Beristirahat sejenak di tengah upacara liturgi Jumat Agung bersama umat di aula paroki Pinangsori. 



RenHar

26/4’25,Sabtu Oktav Paskah Markus 16:9-15


Seorang wanita mengeluh tentang takdirnya, Sang Guru berkata, “Kamulah yang menentukan takdirmu. “Terlahir sebagai perempuan bukanlah takdir. Itu adalah kodrat. Takdir adalah bagaimana Anda menerima kewanitaan Anda dan apa yang Anda lakukan terhadapnya.”@begitu pula dengan iman@


Dalam Injil hari ini, Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai Juruselamat, sebagai Anak tunggal Allah; Ia menampakkan diri kepada seluruh Israel, kepada umat, khususnya secara lebih rinci kepada para rasul. Inilah perpisahan Tuhan, Tuhan pergi: Ia pergi dan “terangkat ke surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah”. Namun sebelum Ia pergi, Ia berkata kepada para rasul: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk".


Saudara-saudari terkasih, 

Iman itu bersifat misionaris, Iman selalu menuntunmu keluar dari dirimu sendiri. Iman harus disebarkan, iman harus ditawarkan, terutama dengan kesaksian: “Pergilah, dan biarlah orang melihat bagaimana engkau hidup”. Tujuannya adalah untuk menunjukkan Roh Kudus dapat bekerja di dalam manusia melalui kesaksian: sebagai saksi, dengan pelayanan. Pelayanan adalah suatu cara hidup. Jika saya ahli tentang ke-Kristen-an, tetapi hidup seperti orang kafir, itu tidak benar! Pasti tidak meyakinkan siapa pun. Jika saya mengatakan bahwa saya seorang Kristen dan hidup sebagai seorang Kristen, inilah kesaksian.

Tuhan memberkati 😇

Rm Adytia OCarm🙏


MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget