![]() |
Bapa Uskup Mgr. Fransiskus dan Moderator Pra-Unio Merayakan Ekaristi |
*************************************
Minggu, Paskah VI, Tahun C
*************************************
“Jika Seseorang Mengasihi Aku...”
Yohanes 14:23-29
*******************************
“Jika seseorang mengasihi Aku, dia akan menuruti
Firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi Dia dan Kami akan datang kepadanya dan
tinggal bersama-sama dengan Dia.”
(Yohanes 14:23)
*****************************
Charles M. Schwab, seorang Industrialis yang kaya raya harus duduk di kursi pengadilan untuk diadili oleh
Hakim. Namun Charles memenangkan gugatan yang sangat sulit ditujukan
kepadanya di saat dia memasuki usia senja (berusia tujuh puluh tahun).
Setelah diberikan izin oleh Hakim untuk berbicara kepada
para penonton, baik di ruangan pengadilan maupun di rumah-rumah pribadi melalui
siaran televisi, Charles berkata demikian:
Saya ingin berbicara, di sini, di ruangan pengadilan ini.
Saya berbicara sebagai Orang Tua yang berada di usia senja bahwa sembilan
dari sepuluh persoalan yang digugat kepada saya bersumber dari
perbuatan baik yang saya lakukan kepada orang lain, yaitu orang-orang
yang berada dalam kesulitan. Hai Kaum Muda, Camkanlah: Jika Anda
ingin menghindar dari persoalan dengan sesama, jadilah pribadi yang acu tak
acu, tidak peduli kepada sesama, terutama orang-orang yang berada dalam
kesulitam hidup. Jawablah “tidak” kepada semua orang dengan suara lantang dan
tegas. Jika Anda mengukuti aturan yang saya gemakan ini, Anda tidak akan pernah
diganggu dalam perjalanan hidup Anda. Namun akibatnya, Anda tidak akan
memiliki sahabat; Anda akan sendirian dan kesepian dan Anda tidak akan pernah
bergembira dalam perjalanan hidup Anda.
Ingatlah, di saat kita (Saya dan Anda) memiliki hati yang penuh cinta serta
mencintai setiap pribadi yang berada dalam situasi batas (kesulitan) dengan
melakukan kebaikan-kebaikan kepada mereka, kita akan menjadi pribadi yang rapuh
karena kekuatan hidup kita, yaitu cinta kita akan dimiliki oleh setiap pribadi
yang menerima cinta dan kebaikan kita. Namun, tidak jarang, kita akan
dipersalahkan karena cinta dan kebaikan yang kita lakukan kepada mereka.
Saya bersaksi dan bertanya kepada Anda, “Manakah yang Anda pilih: tidak berbagi
cinta dan kebaikan dan kelak tidak memiliki sahabat, sendirian dan kesepian dan
tidak akan pernah bergembira dalam perjalanan hidup, atau rela dan tulus
berbagi hati yang penuh cinta dengan melakukan kebaikan kepada sesama yang
membutuhkan, walaupun resikonya, akan diadili dan dipersalahkan karena
perbuatan-perbuatan cinta dalam kebaikan yang kita lakukan kepada sesama yang
membutuhkan?
****************
Orang-orang Yahudi, termasuk para Rasul menunggu kejutan
dari Yesus, Guru dan Tuhan yang mereka ikuti. Mereka berkata, “Nyatakanlah
Diri-Mu kepada dunia! Lakukanlah sesuatu yang spektakuler/luar biasa, yang
membuat dunia percaya bahwa Engkaulah Mesias, Allah yang menjadi Manusia!
Mereka mengharapkan agar Yesus memperlihatkan kuasa-Nya
melebihi Daud, baik dalam kuasa, kehormatan maupun kekayaan duniawi. Mereka
sangat yakin bahwa “Hanya dengan ber-Sabda, ber-Kata-Kata, para
penjajah Romawi takluk dan terbelenggu di bawah kuasa Yesus, Guru yang
berwibawa dan penuh kuasa.
Mereka berharap demikian, karena mereka tidak tahu dan tidak mengerti
bahwa keagungan/kemuliaan, kuasa,
kehormatan dan kekayaan serta kebesaran dan keperkasaan Allah dalam diri
Putra-Nya, Yesus dinyatakan dalam dan dengan Cinta Kasih, Kerendahan Hati
dan Kesediaan-Nya untuk menjadi Pelayan Cinta Kasih (Puncak pelayanan
Yesus: rela meng-Hambah-kan diri-Nya denga mencuci kaki para murid-Nya dan rela
meng-Hambah-kan diri-Nya dalam wujud Santapan Kehidupan dan Keselamatan:
memberikan Tubuh dan Darah-Nya demi keselamatan semua manusia). Mereka
juga tidak tahu dan tidak mengerti bahwa Cinta Kasih serentak menjadi
Kodrat dan Sumber Hidup Allah, Daya Allah yang menciptakan dan mempersatukan,
bukan memecah-belah, menghancurkan dan membinasakan. Mereka juga tidak tahu dan tidak mengerti
bahwa hanya Cinta Kasih dan Kebaikan yang mampu mengalahkan hati yang
diperbudak oleh hasrat untuk mengusai, menjajah dan menindas; hati yang
dikuasai oleh kecurigaan, kebencian, persaingan dan balas dendam.
Mereka tidak tahu dan tidak mengerti bahwa jalan untuk menjadi besar dan
memperoleh keselamatan kekal adalah jalan cinta, jalan mengabdi dan jalan
memberikan diri demi keselamatan dan kebahagiaan sesama, walaupun resikonya:
akan dibenci, ditolak, dianiaya dan akhirnya diadili dan dihukum, justru oleh orang-orang
yang menerima cinta dan kebaikan-Nya dan kebaikan kita.
Keagungan dan kemuliaan Putra Allah dalam Cinta
Kasih, Kerendahan Hati dan Kesediaan-Nya untuk menjadi Pelayan Cinta Kasih
ini hanya bisa ditangkap, dimengerti, diimani dan dihidupi oleh orang-orang
yang memiliki hati yang penuh cinta; hati yang selalu tergerak untuk
mencintai dan berbagi serta hati yang rela dan tulus melayani, mengabdi dan
memberikan diri demi kebahagiaan yang
lain, sepert hati Charles M. Schwab, seorang Industrialis yang kaya raya.
Hanya hati yang memiliki Cinta Kasih dan hati yang selalu Jatuh Cinta pada dan
demi Kebaikan Sesama yang lain akan melihat serta mengalami keagungan dan
kemuliaan Putra Allah ini. Cinta yang bersumber dan berakar di hati dan
dibagikan dengan penuh ketulusan demi kebaikan orang lain menjadi kekayaan,
kebahagiaan dan sukacita dalam kehidupan, saat ini dan kelak. Kekayaan yang
dimilikinya, bukan hanya memiliki sahabat dan bersahabat dengan semua orang
yang menerima cinta dan kebaikannya, tetapi juga memiliki Allah, Sang Cinta
dalam diri Putra-Nya. Allah berdiam, tinggal dalam dirinya. Karena itu, Yesus
bersabda, “Jikalau seseorang mengasihi Aku, dia akan menuruti Firman-Ku dan
Bapa-Ku akan mengasihi Dia dan Kami akan datang kepadanya dan tinggal bersama-sama
dengan Dia.”
Kepada orang-orang
yang tidak mengerti keagungan, kedalaman, kemuliaan hidup Putra Allah ini, Yesus, Putra Allah
menegaskan bahwa Mencintai dan melayani (melakukan kebaikan) searti dengan
Hidup seperti Dia dan mengikuti Ajaran-Nya. Ajaran Yesus yang dinyatakan dalam
kata dan tindakan-Nya hanya satu, yaitu Cinta, Saling Mencintai, Saling
Mengabdi dan Memberikan Diri. Hanya orang yang mencintai Yesus dan sesama yang
akan mengalami Cinta Bapa.
Setiap saat, Putra Allah datang dan tinggal dalam diri
orang-orang demikian untuk menggerakan dan memberdayakan mereka agar tidak
berhenti berbagi cinta dan kebaikan kepada sesama. Sebab Cinta, mungkin kita
tidak menyadarinya, adalah Jalan Utama Bagi Kita untuk Mempersiapkan dan Kelak
Memiliki Tempat Tinggal yang Kekal bagi-Nya, Sang Cinta, yaitu di hati dan
kehidupan kita. Jika kita sudah mempersiapkan dan memiliki tempat di hati kita
untuk Sang Cinta, berarti kita sudah memiliki Hidup yang Kekal atau
Keselamatan. Kita berada dan bersatu dengan Allah, Sang Cinta serta berada dan
bersatu dengan sesama yang menerima dan mengalami cinta dan kebaikan kita.
Akhirnya, kita diajak untuk merenungkan, mendalami dan
menjawab pertanyaan Charles M. Schwab, “Manakah yang Anda pilih: tidak berbagi cinta dan
kebaikan dan kelak kita tidak memiliki sahabat, sendirian dan kesepian dan
tidak akan pernah bergembira dalam perjalanan hidup kita, atau rela dan tulus
berbagi hati kita yang penuh cinta dengan melakukan kebaikan kepada sesama yang
membutuhkan, walaupun resikonya, kita akan diadili dan dipersalahkan karena
perbuatan-perbuatan cinta dalam kebaikan yang kita lakukan kepada sesama yang
membutuhkan?
Selamat
Bermenung
Salam
kasih
Buona
Domenica
Dio Ti
Benedica
Alfonsus
Very Ara, Pr
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.