“Jika Seseorang Mengasihi Aku...” : Homili Minggu 25 Mei 2025, Paskah VI, Tahun C (Romo Very Ara)

 


Bapa Uskup Mgr. Fransiskus dan Moderator Pra-Unio Merayakan Ekaristi

*************************************

Minggu, Paskah VI, Tahun C

*************************************

“Jika Seseorang Mengasihi Aku...”

Yohanes 14:23-29

*******************************

“Jika seseorang mengasihi Aku, dia akan menuruti Firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi Dia dan Kami akan datang kepadanya dan tinggal bersama-sama dengan Dia.”

(Yohanes 14:23)

*****************************

Charles M. Schwab, seorang Industrialis yang kaya raya harus duduk di kursi pengadilan untuk diadili oleh Hakim. Namun Charles memenangkan gugatan yang sangat sulit ditujukan kepadanya di saat dia memasuki usia senja (berusia tujuh puluh tahun).

Setelah diberikan izin oleh Hakim untuk berbicara kepada para penonton, baik di ruangan pengadilan maupun di rumah-rumah pribadi melalui siaran televisi, Charles berkata demikian:

Saya ingin berbicara, di sini, di ruangan pengadilan ini. Saya berbicara sebagai Orang Tua yang berada di usia senja bahwa sembilan dari sepuluh persoalan yang digugat kepada saya bersumber dari perbuatan baik yang saya lakukan kepada orang lain, yaitu orang-orang yang berada dalam kesulitan. Hai Kaum Muda, Camkanlah: Jika Anda ingin menghindar dari persoalan dengan sesama, jadilah pribadi yang acu tak acu, tidak peduli kepada sesama, terutama orang-orang yang berada dalam kesulitam hidup. Jawablah “tidak” kepada semua orang dengan suara lantang dan tegas. Jika Anda mengukuti aturan yang saya gemakan ini, Anda tidak akan pernah diganggu dalam perjalanan hidup Anda. Namun akibatnya, Anda tidak akan memiliki sahabat; Anda akan sendirian dan kesepian dan Anda tidak akan pernah bergembira dalam perjalanan hidup Anda.

Ingatlah, di saat kita (Saya dan Anda) memiliki hati yang penuh cinta serta mencintai setiap pribadi yang berada dalam situasi batas (kesulitan) dengan melakukan kebaikan-kebaikan kepada mereka, kita akan menjadi pribadi yang rapuh karena kekuatan hidup kita, yaitu cinta kita akan dimiliki oleh setiap pribadi yang menerima cinta dan kebaikan kita. Namun, tidak jarang, kita akan dipersalahkan karena cinta dan kebaikan yang kita lakukan kepada mereka.

Saya bersaksi dan bertanya kepada Anda, “Manakah yang Anda pilih: tidak berbagi cinta dan kebaikan dan kelak tidak memiliki sahabat, sendirian dan kesepian dan tidak akan pernah bergembira dalam perjalanan hidup, atau rela dan tulus berbagi hati yang penuh cinta dengan melakukan kebaikan kepada sesama yang membutuhkan, walaupun resikonya, akan diadili dan dipersalahkan karena perbuatan-perbuatan cinta dalam kebaikan yang kita lakukan kepada sesama yang membutuhkan?

****************

Orang-orang Yahudi, termasuk para Rasul menunggu kejutan dari Yesus, Guru dan Tuhan yang mereka ikuti. Mereka berkata, “Nyatakanlah Diri-Mu kepada dunia! Lakukanlah sesuatu yang spektakuler/luar biasa, yang membuat dunia percaya bahwa Engkaulah Mesias, Allah yang menjadi Manusia!

Mereka mengharapkan agar Yesus memperlihatkan kuasa-Nya melebihi Daud, baik dalam kuasa, kehormatan maupun kekayaan duniawi. Mereka sangat yakin bahwa “Hanya dengan ber-Sabda, ber-Kata-Kata, para penjajah Romawi takluk dan terbelenggu di bawah kuasa Yesus, Guru yang berwibawa dan penuh kuasa.

Mereka berharap demikian, karena mereka tidak tahu dan tidak mengerti bahwa  keagungan/kemuliaan, kuasa, kehormatan dan kekayaan serta kebesaran dan keperkasaan Allah dalam diri Putra-Nya, Yesus dinyatakan dalam dan dengan Cinta Kasih, Kerendahan Hati dan Kesediaan-Nya untuk menjadi Pelayan Cinta Kasih (Puncak pelayanan Yesus: rela meng-Hambah-kan diri-Nya denga mencuci kaki para murid-Nya dan rela meng-Hambah-kan diri-Nya dalam wujud Santapan Kehidupan dan Keselamatan: memberikan Tubuh dan Darah-Nya demi keselamatan semua manusia). Mereka juga tidak tahu dan tidak mengerti bahwa Cinta Kasih serentak menjadi Kodrat dan Sumber Hidup Allah, Daya Allah yang menciptakan dan mempersatukan, bukan memecah-belah, menghancurkan dan membinasakan.  Mereka juga tidak tahu dan tidak mengerti bahwa hanya Cinta Kasih dan Kebaikan yang mampu mengalahkan hati yang diperbudak oleh hasrat untuk mengusai, menjajah dan menindas; hati yang dikuasai oleh kecurigaan, kebencian, persaingan dan balas dendam. Mereka tidak tahu dan tidak mengerti bahwa jalan untuk menjadi besar dan memperoleh keselamatan kekal adalah jalan cinta, jalan mengabdi dan jalan memberikan diri demi keselamatan dan kebahagiaan sesama, walaupun resikonya: akan dibenci, ditolak, dianiaya dan akhirnya diadili dan dihukum, justru oleh orang-orang yang menerima cinta dan kebaikan-Nya dan kebaikan kita.

Keagungan dan kemuliaan Putra Allah dalam Cinta Kasih, Kerendahan Hati dan Kesediaan-Nya untuk menjadi Pelayan Cinta Kasih ini hanya bisa ditangkap, dimengerti, diimani dan dihidupi oleh orang-orang yang memiliki hati yang penuh cinta; hati yang selalu tergerak untuk mencintai dan berbagi serta hati yang rela dan tulus melayani, mengabdi dan memberikan diri  demi kebahagiaan yang lain, sepert hati Charles M. Schwab, seorang Industrialis yang kaya raya. Hanya hati yang memiliki Cinta Kasih dan hati yang selalu Jatuh Cinta pada dan demi Kebaikan Sesama yang lain akan melihat serta mengalami keagungan dan kemuliaan Putra Allah ini. Cinta yang bersumber dan berakar di hati dan dibagikan dengan penuh ketulusan demi kebaikan orang lain menjadi kekayaan, kebahagiaan dan sukacita dalam kehidupan, saat ini dan kelak. Kekayaan yang dimilikinya, bukan hanya memiliki sahabat dan bersahabat dengan semua orang yang menerima cinta dan kebaikannya, tetapi juga memiliki Allah, Sang Cinta dalam diri Putra-Nya. Allah berdiam, tinggal dalam dirinya. Karena itu, Yesus bersabda, “Jikalau seseorang mengasihi Aku, dia akan menuruti Firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi Dia dan Kami akan datang kepadanya dan tinggal bersama-sama dengan Dia.”

 Kepada orang-orang yang tidak mengerti keagungan, kedalaman, kemuliaan  hidup Putra Allah ini, Yesus, Putra Allah menegaskan bahwa Mencintai dan melayani (melakukan kebaikan) searti dengan Hidup seperti Dia dan mengikuti Ajaran-Nya. Ajaran Yesus yang dinyatakan dalam kata dan tindakan-Nya hanya satu, yaitu Cinta, Saling Mencintai, Saling Mengabdi dan Memberikan Diri. Hanya orang yang mencintai Yesus dan sesama yang akan mengalami Cinta Bapa.

Setiap saat, Putra Allah datang dan tinggal dalam diri orang-orang demikian untuk menggerakan dan memberdayakan mereka agar tidak berhenti berbagi cinta dan kebaikan kepada sesama. Sebab Cinta, mungkin kita tidak menyadarinya, adalah Jalan Utama Bagi Kita untuk Mempersiapkan dan Kelak Memiliki Tempat Tinggal yang Kekal bagi-Nya, Sang Cinta, yaitu di hati dan kehidupan kita. Jika kita sudah mempersiapkan dan memiliki tempat di hati kita untuk Sang Cinta, berarti kita sudah memiliki Hidup yang Kekal atau Keselamatan. Kita berada dan bersatu dengan Allah, Sang Cinta serta berada dan bersatu dengan sesama yang menerima dan mengalami cinta dan kebaikan kita.

Akhirnya, kita diajak untuk merenungkan, mendalami dan menjawab pertanyaan Charles M. Schwab, Manakah yang Anda pilih: tidak berbagi cinta dan kebaikan dan kelak kita tidak memiliki sahabat, sendirian dan kesepian dan tidak akan pernah bergembira dalam perjalanan hidup kita, atau rela dan tulus berbagi hati kita yang penuh cinta dengan melakukan kebaikan kepada sesama yang membutuhkan, walaupun resikonya, kita akan diadili dan dipersalahkan karena perbuatan-perbuatan cinta dalam kebaikan yang kita lakukan kepada sesama yang membutuhkan?

 

Selamat Bermenung

Salam kasih

Buona Domenica

Dio Ti Benedica

 

 

Alfonsus Very Ara, Pr

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget