Minggu Biasa XVI/C 20 Juli 2025
Marta Kaya dalam
Pelayanan tanpa Hati dan tanpa Kasih;
Maria Bertumbuh dan Berkembang dalam Kasih Berkat Komunikasihnya dengan Yesus
Lukas 10,38-42
*********************
Kasih Persaudaraan
Adalah Herta dan Agnes.. dua
bersaudara yang sudah kehilangan kedua orang tua mereka. Sepeninggalan kedua
orang tua kecintaan mereka, Herta dan Agnes berjuang bersama untuk melanjutkan
kehidupan mereka. Mereka bekerja, sambil bersekolah.
Herta dan Agnes memiliki
cita-cita yang berbeda untuk masa depan mereka. Herta belajar disainer,
sedangkan Agnes mendalami ilmu perkantoran. Berkat kerja keras yang digalakkan
bersama, keduanya mampu memenuhi impian mereka. Mereka pun mulai merancang
kegiatan bersama di rumah mereka yang kecil.
Setelah menggapai segala
sesuatu yang diimpikan, keduanya memutuskan untuk menikah dengan pria pilihan
mereka masing-masing. Namun, sebelum impian mereka terwujud, dalam perjalanan
waktu, Herta menemukan Agnes, adiknya terjatuh di depan tangga rumah mereka.
Herta sangat terpukul ketika mengetahui adiknya menderita lumpuh seumur hidup.
Herta menjemput Agnes di rumah sakit. Pada saat saat itu, Herta pun mulai
mengubah semua rencana hidupnya.
Agnes, adiknya kehilangan
sang kekasih yang sudah berjanji untuk menikahinya karena kekasihnya tidak
ingin menghabiskan seluruh hidupnya untuk merawat seorang isteri yang lumpuh.
Agnes, si lumpuh juga tidak ingin menjadi beban bagi Herta, kakaknya. Namun Herta
tidak memedulikannya: Beban? Apa yang kaumaksudkan dengan beban? Bukanlah kamu
adalah adik kandung saya?
Melihat Herta memusatkan
seluruh perhatiannya untuk merawat Agnes, adiknya, kekasihnya pun memutuskan
hubungan mereka. Dia hanya ingin menikahi Herta jika Agnes dikirim ke panti
cacat. Namun, keinginannya ini tidak akan mungkin dipenuhi oleh Herta.
Karena kegigihannya bekerja,
Herta pun memiliki toko pakaian. Mereka pun membangun toko dan rumah kediaman
mereka tanpa tangga. Banyak orang mengira bahwa keduanya hidup dalam kesedihan
dan penyesalan karena tidak menikah. Dugaan itu salah karena mereka sudah
menjalani hidup selama lebih kurang tiga puluh tahun.
Walaupun cacat, Agnes tetap
mengembangkan ketrampilannya: Dialah yang mengatur semua pembukuan usaha
mereka. Usaha mereka sangat laris. Terkandang Agnes marah kalau orang-orang
menatapnya penuh rasa kasihan. Dia tegas mengatakan kalau dia tidak membutuhkan
belas kasihan dari siapa pun, selain dari Herta, kakaknya sendiri.
Sementara itu, dalam diri Herta
berkutat kuat rasa cemas mengenai Agnes, adiknya. Dia selalu berdoa, “Ya Tuhan,
untuk Agnes dan bukan untuk saya… izinkanlah saya untuk hidup lebih lama dari
dia. Dia membutuhkan saya untuk mendampinginya… dan saya juga membutuhkan dia”.
Sikap Herta terhadap Agnes
sungguh-sungguh diresapi dan dijiwai oleh kasih sejati. Herta mengasihi Agnes
seperti dia mengasihi dirinya sendiri. Baginya, Agnes adalah dirinya yang lain dan
harus dikasihi..
********************
Marta dan Maria adalah dua bersaudara yang
tinggal serumah. Keduanya memiliki perbedaan, baik karakter maupun peran yang
diemban dalam rumah mereka.
o Marta menyambut Yesus
di rumah miliknya. Di mata kaum Yahudi, Marta adalah orang kuat, penguasa yang
harus diperhitungkan karena dia memiliki rumah sendiri dan mengurus rumahnya
sendiri.
o Maria menjadi orang
nomor dua di rumah Marta. Dia tidak memiliki kekuasaan apa pun di rumah itu.
Peranannya hanyalah membantu Marta, pemilik dan penanggung-jawab utama atas
rumah itu.
Akan tetapi, ketika
Yesus berkunjung di rumah Marta, Maria justru melupakan tugas dan
tanggung-jawabnya. Karena itu, Marta, sang pemilik dan penanggung-jawab utama
atas rumah itu langsung bereaksi ketika melihat Maria duduk dekat kaki Yesus.
Marta marah karena Maria tidak menjalankan tugas dan tanggung-jawabnya.
Marta dan Maria,
sama-sama manusia dan sama-sama wanita. Namun, Marta adalah wanita yang kuat,
sedangkan Maria lemah. Persoalannya:
o Mengapa Marta ingin
menguasai Maria?
o Apakah Marta tidak
sadar bahwa dengan berbuat demikian, dia tidak mengasihi saudaranya sebagai
manusia yang semartabat sebagaimana diajarkan Kitab Suci: Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri!
o Apakah dengan berusaha
menguasai orang lain, manusia bisa memperlakukan manusia yang lain sebagai
sesama?
o Apakah dengan
mempertahankan posisi, status, kelebihan pribadi, manusia masih mampu melihat
dan memperlakukan manusia yang lain sebagai sesama yang sederajat, senasib,
sekepentingan?
o Apabila kita melihat
keseharian kita, jawaban atas pertanyaan tadi adalah tidak mungkin.
Melalui pengalaman
Marta dan Maria, Yesus ingin mengajarkan empat hal penting, baik untuk kaum
Yahudi, kaum Farisi dan ahli Taurat maupun untuk kita mengenai arti
sesama/saudara:
o Sesama itu tidak
terbatas pada kelompok saudara sebangsa, seras, semarga dan seagama.
o Sesama adalah diriku
yang lain
o Orang yang diakui
sebagai sesama harus sungguh-sungguh diperlakukan sebagai sesama dalam kasih
dan dijiwai oleh kasih.
o Kehidupan kekal sangat
mustahil dialami tanpa kasih. Kasih itu butuh perjuangan: dalam lingkup
keluarga dan komunitas pun, kasih tetap harus diperjuangkan. Kita tidak pernah
boleh berpikir bahwa dengan keberadaan kita sebagai saudara sekandung, dengan
sendirinya kita mampu mengasihi saudara kita.
Di manakah letak
kesalahan Si Marta?
Sebagai pemilik, tuan
dan penanggung jawab utama atas rumahnya, Marta pasti ingin melayani Yesus,
Tuhan dengan sebaik-baiknya. Karena itu, dia sibuk melayani. Kesalahan dalam
diri Marta tidak menonjol dan sulit ditemukan apabila kita tergesa-gesa membaca
isi kisah ini.
Kesalahan pertama dalam diri Marta terletak pada semangat
pelayanannya yang tidak diresapi dan tidak dijiwai oleh kasih sejati.
o Marta pasti mengasihi
Maria, namun dia lebih mengasihi dirinya sendiri.
o Cinta diri yang kuat
menjadikan semangat pelayanan Marta kurang simpatik dan kurang sempurna.
Kesalahan kedua dalam diri Marta adalah kurang berkomunikasi
dengan Yesus sehingga dia pun kurang mengasihi Yesus dan memperalat Yesus untuk
kepentingannya.
Yesus pun menegur
Marta karena dia kurang mengasihi Yesus. Namun menurut Marta, Yesus seharusnya
peduli bahwa Maria membiarkannya melayani seorang diri. Tetapi, Marta lupa
bahwa Yesus adalah tamu yang tidak ingin mencampuri urusan keluarganya. Maka
tanpa berpikir panjang, Marta ingin memperalat-memanfaatkan Yesus demi
kepentingannya sendiri: “Suruhlah dia untuk membantu aku!. Ingat: memperalat
dan memanfaatkan orang lain, apalagi tamu adalah sebuah kesalahan yang fatal.
Kesalahan ketiga dalam
diri Marta adalah kurang mengasihi Maria karena kurangnya kasih kepada Yesus.
Dia menghendaki agar
Maria membantunya. Agar keinginannya terpenuhi, dia mencari akal, hingga
akhirnya dia tidak segan-segan memaksa Maria di hadapan tamunya. Walaupun
paksaaan itu tampaknya halus, paksaan tetaplah paksaan dan itu sangat
bertentangan dengan kasih sejati.
Bagian Terbaik
Yesus menegur Marta
dan dalam kata-kata teguran-Nya itu sesungguhnya Yesus berbicara mengenai
“banyak perkara” yang diusahakan Marta. Inilah kenyataan hidup Marta:
o Dia ingin menunjukkan
dirinya sebagai seorang pemilik, penanggung-jawab dan pengurus rumah tangga
yang baik.
o Dia ingin melayani
Yesus.
o Dia ingin agar
pelayananya itu tidak mengalami hambatan
apa-apa.
o Namun, dia justru
melakukan segala-galanya itu dengan pikiran yang berantakan.
Dia mencari akal untuk
memaksa Maria dan memanfaat Yesus untuk menggapai rencana dan keinginannya.
Pikirannya sungguh-sungguh tegang. Mengapa?
o Sebab seluruh pikiran
dan hatinya hanya dipenuhi dengan kepentingannya sendiri.
o Dia ingin mengurus
segala-galanya dan dia ingin semuanya beres, walaupun untuk itu dia harus
memaksa tamu dan saudaranya sendiri.
o Ketegangan pikiran dan
hati Marta ini terjadi karena kurang adanya kasih yang tulen dalam dirinya.
o Kasih sejati selalu
tenang, tidak peduli dengan gengsi, tahan dan tabah apabila terjadi sesuatu
yang tidak beres serta tidak memaksa dan memperalat orang lain.
Maria memilih bagian
yang terbaik. Sebagai manusia, dia pasti memiliki kekurangan. Namun, dalam
kekuarangannya itu, dia memberikan hati dan perhatiannya kepada Yesus, bukan
pertama-tama sebagai manusia biasa yang harus dilayani/perlu diberi makan,
melainkan sebagai Tuhan yang membawa keselamatan. Karena itu, dia berjuang
untuk menjalin komunikasi dengan Tuhan: Dia mendengarkan Tuhan.
o Apabila dalam
kesehariannya, Maria belum sanggup mendengarkan Tuhan dan dia pun memiliki
kesibukan yang sama seperti Marta (tidak pernah berhenti bekerja), tidak pernah
merenungkan tujuan hidupnya, dia pasti tidak akan tertarik untuk duduk
mendengarkan perkataan Tuhan.
o Maria justru belajar
untuk mengasihi dan berbelas kasih. Inilah tujuan hidupnya. Dengan sendirinya
dia menjadi lemah, nomor dua di rumah dan dikuasai oleh Marta, namun dirinya dikuasai
dan dipenuhi oleh kasih sejati berkat komunikasinya dengan Tuhan
o Akibatnya, dia
berkembang dalam kasih sejati. Karena itu, dia tidak mau membela diri, dan
tidak bereaksi ketika Marta memaksakannya melalui Yesus.
o Yesus tahu akan hal
ini sehingga langsung membela Maria. Yesus adalah pembela yang lemah dan tidak
berarti di mata orang yang kuat dan penting di dunia ini. Bagian yang dipilih
Maria adalah kasih. Kasih itu tidak berkesudahan dan harta yang harus dimiliki
oleh setiap pengikut Tuhan. Kasih itu harus dinyatakan, dibagikan dengan cara
menjadi lemah, nomor dua…
Buona
Domenica..
Selamat
Bermenung...
Salam
Kasih...
Dio
Ti Benedica...
Alfonsus
Very Ara, Pr
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.