Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman, 2 November 2025
Hidup
Dalam Kasih dan Dunia Kebangkitan
2
Makabe 12:43-46
Mazmur
143:1-2,5-6,7ab,8ab,10
1
Korintus 15:20-24a, 25-28
Yohanes
6:37-40
**************************
Dia
bangun dan segera menuruni anak tangga. Dia membuka pintu rumahnya dan
menemukan seorang gadis kecil berpakaian dekil dan sangat menderita berdiri di
depan pintu. Gadis kecil ini memohon dengan sangat kepada Dr. Mistchell untuk
datang bersamanya ke rumah ibunya yang sedang dalam keadaan sekarat. Walaupun
salju turun dengan lebatnya, Dr. Mitchell mengikuti gadis kecil itu ke
rumahnya.
Setibanya
di rumah gadis kecil itu, Dr. Mitchell menemukan ibu dari gadis kecil itu
terbaring lemah karena menderita sakit bhroncithis pneumonia yang akut. Dr.
Mitchell merawat ibu ini. Dia memberikan obat kepadanya sambil memuji kebesaran
cinta dari putrinya yang masih kecil.
Ibu
dari gadis kecil itu memandang Dr. Michell penuh keheranan dan berkata, “Putri
kecilku baru meninggal sebulan yang lalu. Sepatu dan pakaiannya masih ada di
lemari pakaian itu”.
Dr.
Mitchell terperanjat dan kebingungan. Dia bergerak menuju lemari pakaian dan
membukanya. Dia menemukan pakaian yang dikenakan gadis kecil yang mengetuk
pintu rumahnya dan menemani perjalanannya menuju rumah ibunya. Pakaiannya
kering dan masih hangat, padahal sudah
dibasahi oleh butir-butir salju.
Dr.
Mitchell bertanya dalam hatinya, “Siapakah sesungguhnya yang datang kepadanya
sebagai utusan yang berbelas kasih itu? Apakah dia seorang Malaikat? Seorang
ahli tidak mampu memberikan jawaban ilmiah. Namun, setelah Dr. Mitchell melihat
foto gadis kecil itu di dinding kamar ibunya yang berbaring sakit, dia yakin
bahwa jiwa gadis kecil itulah yang mengetuk dan menuntunnya untuk merawat
ibunya.
*******************
Kisah gadis kecil ini memperlihatkan bahwa setelah tubuh
kita mati, jiwa yang adalah diri manusia yang sesungguhnya tetap hidup. Jiwa
itu hidup dan tinggal di tempat dia menjalani hidup di dunia ini. Jiwa orang
mati hidup dan akan kembali kepada kehidupan yang sesungguhnya jika saatnya,
Allah, Sang Pencipta datang dalam kemuliaan-Nya yang sesungguhnya.
Kisah gadis kecil ini menegaskan bahwa hidup kita tidak
berujung di titik kematian sebab ada kebangkitan dan kehidupan sesudah sesudah
kematian. Keyakinan akan kebangkitan (kehidupan sesudah kematian) dinyatakan oleh
Yudas Makabe. Keyakinan iman ini menggerakan dia untuk mengumpulkan uang di
tengah-tengah pasukan (dua ribu dirham perak), dikirim ke Yerusalem untuk
mempersembahkan korban penghapusan dosa. Tindakan ini dilakukan karena Yudas
Makabe memikirkan dan menaruh harapan akan kebangkitan, sebab jika dia tidak menaruh
harapan akan kebangkitan, maka sia-sialah berdoa bagi demi keselamatan
jiwa-jiwa. Yudas Makabe percaya
akan adanya kebangkitan badan setelah kehidupan di bumi ini berakhir. Dia
percaya bahwa hidup di akhirat merupakan kelanjutan dari kehidupan di bumi ini.
Dalam surat
pertamanya kepada Jemaat di Korintus, Rasul Paulus menyatakan bahwa kebangkitan
itu nyata dan menjadi dasar iman kita. Yesus Kristus, Dia yang Sulung, Yang Pertama,
Yang Bangkit dari antara Orang-Orang Mati adalah Jaminan Kebangkitan,
Keselamatan dan Kehidupan bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Inilah
dasar iman kita: Jika Kristus Tidak Bangkit, maka Sia-sialah Iman Kita.
Dalam Dia, ada
kebangkitan dan kehidupan kekal. Akan tetapi, kebangkitan dan kehidupan
kekal dialami, bukan sesudah kematian fisik di bumi fana ini,
melainkan saat ini, di saat kita membangun relasi kasih dengan Allah
dalam diri-Nya dan relasi kasih dengan sesama. Relasi tersebut bukanlah
relasi antara Tuan Besar dengan budaknya, melainkan relasi kasih persahabatan,
pemberian diri yang total, yang melampaui semua pemahaman manusia.
Kebangkitan dan
kehidupan kekal adalah hidup Allah dan hidup manusia dalam persekutuan kasih yang
total. Kebangkitan dan kehidupan kekal diperoleh di saat kita setia melakukan
pekerjaan kasih Allah kepada sesama dalam kehidupan saat ini: saling mencintai,
saling melayani, saling berbagi, saling menerima kekurangan dan keterbatasan
dan saling mengampuni.
Allah adalah kasih. Pekerjaan Allah adalah kasih dan
berbuat baik kepada sesama karena kasih. Kasih dan tindakan kasih adalah kunci
untuk memperoleh kebangkitan dan persekutuan kekal bersama Allah.
Kasih adalah hakekat Allah dan pribadi manusia yang diciptakan
Allah. Kasih kepada Allah harus dinyatakan dalam tindakan kasih kepada sesama.
Tindakan kasih itu harus dinyatakan kepada orang-orang yang tidak berdaya,
orang-orang yang tidak bisa apa-apa, kecuali diberikan pertolongan. Orang-orang
demikian tidak memiliki kemampuan apa pun, selain mengetuk, menggerakan dan
membuka hati kita untuk bertindak.
Hati yang penuh kasih akan memandang sesama sebagai saudara.
Hati yang penuh kasih adalah hati orang-orang yang lemah jantungnya, mudah
terketuk dan tergerak melihat kemalangan sesama.
Hati Yesus adalah Sumber Kasih. Setiap saat, hati-Nya
selalu tergerak oleh kasih dan belas kasih; Hati-Nya selalu terbuka untuk
menerima siapa pun saja yang merindukan kasih. Dia mencintai dan melindungi
semua orang yang merindukan kasih-Nya dan selalu tergerak untuk melakukan
pekerjaan kasih-Nya. Namun, Dia tidak pernah memaksa kita untuk senantiasa
tinggal bersama-Nya sebab Dia datang untuk memberikan keselamatan, bukan untuk
memaksakan kebebasan manusia agar taat dan tunduk kepada-Nya.
Karena alasan inilah, maka di antara kita, manusia,
ciptaan-Nya terpecah menjadi dua. Ada yang datang dan menerima Dia, Sang Kasih,
namun ada juga yang menolak-Nya dengan hati penuh kebencian. Orang-orang yang
menerima-Nya dan hidup dalam kasih-Nya akan memperoleh kebangkitan dan
kehidupan kekal; sebaliknya, orang-orang yang menolak-Nya hingga di saat
terakhir hidupnya akan mengalami kebinasaan.
Melalui Bacaan Sabda hari ini, kita bisa memetik tiga
pesan yang menjadi dasar iman kita akan kebangkitan-kehidupan kekal:
Pertama, untuk
memperoleh kebangkitan dan kehidupan kekal, pintunya hanya satu, yaitu percaya
dengan sepenuh hati kepada, Yesus Kristus, Putra Allah. Dia, Yang Pertama, Yang
Sulung, Yang Bangkit dari antara orang-orang mati adalah Jaminan Kebangkitan
bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Dia adalah Jalan Tunggal menuju
persekutuan kekal dengan Allah dan sesama.
Kedua, kehidupan di dunia, saat ini, merupakan dasar dan jaminan
kehidupan di alam kebangkitan. Mutu hidup kita saat ini, yaitu mutu kasih dan
perbuatan baik, dalam dan karena kasih, merupakan dasar bagi kehidupan kita di
alam kebangkitan.
Namun mutu
hidup yang berkenan dalam dunia kebangkitan, dunia Allah tidak terletak
bagaimana kita menata hidup supaya aman dan tenteram, melainkan menjadikan
hidup sebagai ajang untuk berbakti dan memberi. Mutu hidup kita tidak terletak
pada perhitungan ekonomis, tetapi pada perbuatan kasih, yaitu pengabdian tanpa
pamrih kepada Allah dan sesama.
Ingatlah: hidup
yang dihayati dengan baik dan dinyatakan dalam sikap berbakti, memberi karena
kasih, tidak akan pernah berhenti di titik kematian. “Siapa yang berusaha
memelihara hidupnya, dia akan kehilangan hidupnya; dan barangsiapa mengorbankan
hidupnya, dia tidak akan kehilangan hidupnya...tetapi menemukan hidupnya di
saat kebangkitan.”
Ketiga,
berinspirasikan pada
tindakan Yudas Makabe, kita dituntut untuk tidak pernah berhenti berdoa bagi
keselamatan jiwa dan raga semua orang yang sudah meninggal. Doa-doa kita adalah
api cinta kita, Gereja yang Hidup, untuk memohonkan api cinta, kerahiman dan
belas kasih Allah untuk membakar, membersihkan dan menguduskan jiwa dan raga
semua orang yang sudah meninggal dari semua kesalahan dan dosa yang masih
membelenggu mereka agar mereka tidak terhalang untuk memandang wajah Allah
(bersatu dengan Allah).
Marilah kita mempersiapkan
saat kematian kita dengan menata hidup yang bermutu di hadapan Allah dan
sesama: saling mengasihi, saling melayani, saling mengabdi, memberi dan berbuat
baik serta tidak pernah berhenti berdoa bagi keselamatan jiwa dan raga semua
orang yang sudah meninggal...
Buona Domenica..
Selamat Bermenung...
Salam Kasih...
Dio Ti Benedica...
Alfonsus Very Ara, Pr

Posting Komentar
Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.