April 2025

 



TEPAS se-Regio Sumatera diadakan di Keuskupan Sibolga, tepatnya Di Dekanat Nias, Baga Hotel Resort Teluk Dalam. TEPAS diadakan pada tanggal 28 April - 02 Mei 2025. Kegiatan ini diawali dengan penyambutan di rumah Komunitas Susteran SFI. Penyambutan dilaksanakan dengan acara adat Nias.

Setelah penyambutan, para peserta diarahkan ke tempat yang ditentukan yakni Baga Hotel Resort. Dalam acara penyambutan ditempat yang ditentukan, utusan pemerintah juga turut hadir yakni wakil Bupati Nias Selatan  Bpk. Yusuf Nache S.T., M.M.. Pembukaan diawali dengan Tari Yaahowu oleh sanggar budaya SMP Bintang laut Teluk dalam. Peserta yang turut hadir, Mgr Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga (Bapa Uskup Keuskupan Sibolga), Mgr. Kornelius Sipayung (Bapa Uskup Keuskupan Agung Medan), Mgr Vitus Rubianto Solichin (Bapa Uskup Keuskupan Padang), Mgr. Yohanes Harun Yuwono (Bapa Uskup Keuskupan Agung Palembang), Mgr. Vincentius Setiawan Triatmojo (Bapa Uskup Keuskupan Tanjung Karang), dan Mgr. Adrianus Sunarko (Bapa Uskup Keuskupan Pangkal Pinang) dan beberapa utusan Ordo/Kongregasi/Tarekat Lembaga hidup bakti yang berkarya di wilaya Regio Sumatera. Pimpinan-pimpinan tarekat religius yang hadir berasal dari 41 tarekat religius.Tarekat pria: OFM, OFMCap, OFMConv, MSF, SVD, OSC, OCarm, SX, OCD, SSCC, CMF, CM, BM, BHK, CMM (15). Tarekat suster: SCMM, OSF, FCJM, KSFL, SFI, CCSS, SJMJ, KYM, ALMA, KSSY, SOSFS, OP, SdC, OSU, CB, FSGM, FCH, Putri Carm., HK, FMM, H.Carm., RGS, FSE, SFD dan SSCC, ALI (26).

1. Apa Tujuan TEPAS?

TEPAS atau Temu Pastoral merupakan pertemuan yang bertujuan untuk merencanakan dan melaksanakan pelayanan pastoral di Paroki, Keuskupan, ataupun tingkat Gereja yang lebih luas. Namun TEPAS kali ini tingkat Keuskupan Se-Regio Sumatera. Pelayanan pastoral ini meliputi berbagai kegiatan seperti pengajaran agama, pemberdayaan umat, dan kegiatan sosial yang bertujuan untuk membangun iman dan kehidupan beragama biasanya diadakan dua tahun sekali. Dimana dalam pertemuan juga sekaligus Evaluasi masing masing Keuskupan se-Regio Sumatera.

TEPAS bertujuan untuk merencanakan pelayanan pastoral untuk menentukan fokus, sasaran, dan strategi pelayanan pastoral di wilayah masing masing Keuskupan, membangun Budaya Pastoral serta menumbuhkan semangat dan praktik pastoral yang baik dalam komunitas. Dalam pertemuan TEPAS juga diadakan evaluasi dan implementasi, melakukan evaluasi terhadap kegiatan pastoral sebelumnya dan merancang implementasi untuk masa depan.

2. Apa yang menjadi partisipasi atau output TEPAS?

Partisipasi TEPAS biasanya melibatkan para pemimpin gereja Uskup, imam pimpinan Tarekat religius yang berkarya di Regio Sumatera, contoh kegiatan TEPAS meliputi:

  1.             Pembelajaran dan pengembangan: Kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang doktrin Katolik dan praktek pastoral. 
  2.       Pelayanan sosial: Kegiatan yang ditujukan untuk membantu dan mendukung mereka yang membutuhkan. 
  3.          Pengembangan iman: Kegiatan yang mendorong umat untuk lebih dekat dengan Tuhan dan Gereja. 

3. Apa makna TEPAS bagi Pastoral

Secara singkat, TEPAS adalah wadah untuk merumuskan dan melaksanakan pelayanan pastoral yang berfokus pada kebutuhan umat dan pengembangan iman, serta menjadi tempat untuk bertukar pikiran dan merencanakan langkah-langkah yang akan diambil dalam membangun Gereja yang lebih kuat dan relevan dengan zaman. Makna pastoral: Secara umum, "pastoral" berarti memimpin atau menggembalakan umat dengan cara yang menginspirasi, mendukung, dan membimbing mereka dalam pertumbuhan iman dan kehidupan beragama yang lebih bermakna. (KOMSOS KEUSKUPAN SIBOLGA)

 TEMU PASTORAL REGIO GEREJAWI SUMATERA 


Bapa Uskup Regio Sumatera

Temu Pastoral (TEPAS) Regio Gerejawi Sumatera, yang diikuti oleh para Bapa Uskup dari enam keuskupan dan Pimpinan-pimpinan tarekat (religius dan sekular) yang berkarya di wilayah pastoral Regio Gerejawi Sumatera, dimulai pada Senin, 28 April 2025 dan akan berakhir pada Jumat, 2 Mei 2025. Pimpinan-pimpinan tarekat religius yang hadir berasal dari 41 tarekat religius [Tarekat pria: OFMCap, OFMConv, MSF, SVD, OSC, OCarm, SX, OCD, SSCC, CMF, CM, BM, BHK, CMM (15) danTarekat suster: SCMM, OSF, FCJM, KSFL, SFI, CCSS, SJMJ, KYM, ALMA, KSSY, SOSFS, OP, SdC, OSU, CB, FSGM, FCH, Putri Carm., HK, FMM, H.Carm., RGS, FSE, SFD, SSCC dan ALI (26)]

Tarekat suster: SCMM, OSF, FCJM, KSFL, SFI, CCSS, SJMJ, KYM, ALMA, KSSY, SOSFS, OP, SdC, OSU, CB, FSGM, FCH, Putri Carm., HK, FMM, H.Carm., RGS, FSE, SFD, SSCC, ALI (26)]

[Tarekat pria: OFMCap, OFMConv, MSF, SVD, OSC, OCarm, SX, OCD, SSCC, CMF, CM, BM, BHK, CMM (15)


TEPAS mengusung tema: Sinodalitas Gereja Sumatera di Tengah-tengah Isu Kehidupan Sosio Politik, Ekologi dan Kemanusiaan. Seremoni pembukaan TEPAS diadakan pada pukul 20.00 WIB.  Turut hadir dalam seremoni pembukaan adalah Wakil Bupati Nias Selatan dan beberapa pejabat pemerintahan Nias Selatan. Penyambutan secara adat Nias dilakukan oleh siswa-siswi SMP Stella Maris Telukdalam.

TEPAS hari kedua, 29 April, diawali dengan meditasi terpimpin yang dipandu oleh Rm. Ferry Sutrisna Wijaya, selama 30 menit. Peserta meditasi diajak untuk menyadari keberadaannya di tengah-tengah alam semesta ini, dan bersyukur atas semua berkat Tuhan melalui ciptaan-Nya.

Pemberian tanda kasih "Fame'e Afo) 

Selanjutnya, setelah sarapan pagi, diteruskan dengan pertemuan Sesi I, dengan narasumber Mgr. Yohanes H. Yuwono (Ketua Regio Gerejawi Sumatera) dan P. Ignatius Purwo, OSC sebagai moderator. Sesi I ini diisi dengan evaluasi TEPAS Lampung dua tahun lalu (2023), dan keterangan mengenai alur proses Tepas 2025. Mgr. Yohanes H. Yuwono menerangkan bahwa TEPAS ini telah dimulai pada 2010, dan dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Agenda TEPAS sempat terganggu karena Covid 19. TEPAS baru diadakan lagi pada tahun 2023. TEPAS 2025 merupakan TEPAS keenam untuk putaran pertama. TEPAS gelombang/putaran berikut akan dilaksanakan di Keuskupan Agung Medan, tahun 2027. Pada prinsipnya, para Bapa Uskup adalah tuan rumah TEPAS, dan penanggung jawab setiap TEPAS adalah keuskupan di mana TEPAS dilaksanakan.

Tujuan TEPAS, jelas Mgr. Yohanes H. Yuwono adalah:

  • Mengapresiasi kerja tarekat religius di tempat karya masing-masing, yang membantu Gereja lokal dengan kekhasan karisma masing-masing.
  • Memupuk semangat "berjalan bersama" (sinodalitas) semua tarekat dan Gereja lokal, sesuai visi dan misi keuskupan tanpa mengabaikan visi dan misi tarekat masing-masing
  • Mengupayakan kerjasama lintas tarekat untuk karya pastoral tertentu
  • Menerjemahkan rekomendasi atau anjuran pastoral KWI atau Gereja Universal, misalnya pastoral kaum muda, lingkungan hidup, penyalahgunaan narkoba dan sebagainya; atau mengusulkan karya-karya pastoral tertentu ke KWI untuk dijadikan karya pastoral bersama di Indonesia.

Selanjutnya pada jam 10.30-12.15 adalah sesi pertemuan kedua. Sesi ini diisi oleh Mgr. Adrianus Sunarko, OFM, dan dipandu oleh P. Dion Laia, OFMCap sebagai moderator. Mgr. Adrianus Sunarko mempresentasikan hasil Sinode Gereja Universal yang diadakan di Roma pada Oktober 2024. Proses Sinode ini sudah dimulai pada 2021 di Gereja-gereja lokal di seluruh dunia.

Pada sore hari, mulai jam 15.30 WIB, para peserta TEPAS mendapat masukan dari Rm. Ferry Sutrisna Wijaya, imam diosesan dari Keuskupan Bandung, yang memiliki passion pada ekologi. Sesi ini dipandu oleh P. Blasius S. Yesse, Pr. Berkenaan dengan persoalan ekologi ini, Rm. Ferry berbicara mengenai dokumen-dokumen dari Paus Fransiskus, a.l. Laudato Si, Laudate Deum, Fratello Sole dan sebagainya. Semuanya dikupas di bawah tema: 10 Years Since Laudato Si: A Time for Hope or Despair? Berangkat dari passion pada lingkungan hidup, Rm. Ferry mendirikan sebuah Yayasan yang memberi perhatian pada pemeliharaan lingkungan, Yayasan Eco Learning Camp.Yayasan ini menyajikan program pendidikan ekologi melalui kegiatan pelatihan, workshop, seminar, dll.

Pada jam 18.00 diadakan perayaan ekaristi, yang dipimpin oleh Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap (Uskup KAM), didampingi para Bapa Uskup lainnya dan imam-imam konselebran. Perayaan ekaristi ini dihadiri juga kelompok koor dari Paroki Hati Kudus Yesus Telukdalam. Mgr. Kornelius dalam kotbah, a.l. menyampaikan pentingnya kerjasama dalam karya pastoral, baik antara tarekat dan keuskupan, pun di antara tarekat-tarekat.

Sesi hari ini diakhiri dengan diskusi di kelompok-kelolmpok, yang dibagi per keuskupan. Setiap tarekat dibagi-bagi ke keuskupan-keuskupan sesuai dengan tempat karya mereka masing-masing. Bahan diskusi adalah materi mengenai lingkungan hidup yang disampaikan oleh Rm. Ferry Sutrisna Wijaya. (Notulensi dari P. Blasius Yesse, SekJen)





 

RAPAT ANGGOTA SIGNIS INDONESIA KE 51

“SIGNIS Indonesia Berziarah Bersama dalam Pengharapan,”

 Palembang 17-21 Februari 2025.

 

Apa Itu SIGNIS?

Signis adalah Asosiasi Katolik internasional umat beriman untuk Komunikasi. Signis diakui oleh Takhta Suci sebagai Asosiasi Internasional Umat Beriman. Signis memiliki status konsultatif dengan UNESCO, Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Dewan Eropa. Selain Signis internasional ada juga Signis Indonesia. SIGNIS Indonesia merupakan organisasi yang bergerak di bidang komunikasi dan media dalam konteks pelayanan sosial serta bagian dari SIGNIS Internasional, jaringan global yang fokus pada pengembangan media beretika, mendukung hak asasi manusia, dan memperkuat komunikasi lintas budaya.

Di Indonesia, Signis bergerak di bidang komunikasi dan media dalam konteks pelayanan sosial. SIGNIS Indonesia merupakan organisasi yang bergerak di bidang komunikasi dan media dalam konteks pelayanan sosial. Para anggota SIGNIS Indonesia tahun 2025 ini mengadakan rapat tahunan ke-51 selama lima hari (17-21 Februari 2025), di Rumah Retret Giri Nugraha, Palembang.

Rapat Anggota tahunan ini dibuka secara resmi dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Agung Palembang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono. Sejumlah agenda penting mewarnai pertemuan ini, hari studi pertama bersama  oleh Bapak Hendro Setiawan, hari studi kedua oleh Pastor Noegroho Agoeng, Hari studi ketiga refleksi bersama masing masing regio, hari studi keempat refleksi bersama Yubileum Komunikasi bertema “Komunikator Pengharapan”, akreditasi, laporan badan pengurus, informasi dari SIGNIS Asia, dan hari studi ke lima ziarah bersama dengan kunjungan ke berbagai situs kearifan lokal seperti city tour ke Via Crucis, Katedral Palembang, Jembatan Ampera, dan Pulau Kemaro.

Kehadiran perwakilan SIGNIS dari berbagai daerah seperti Jayapura, Manado, Ende, Maumere, Yogyakarta, Sibolga, Medan, dan Pangkalpinang masing masing diutus dari keuskupan baik Komsos dan radio. Dalam refleksi bersama masing masing menunjukkan bagaimana komunikasi Katolik terus berkembang untuk menjawab tantangan zaman di keuskupannya sendiri.

 

\

Komunikator Pengharapan

Poin Pertama:

Pastor Antonius Stephen Lalu, Ketua SIGNIS Indonesia, menjelaskan bahwa para pekerja media Katolik, terdiri dari tim komunikasi sosial (Komsos) dan Radio dari berbagai Keuskupan,, setiap tahunnya berkumpul untuk saling berbagi pengalaman dan memperkuat karya pewartaan. Tahun 2025, panitia Signis mengambil tema Berziarah Bersama dalam Pengharapan. Tim (panitia) terinspirasi dari thema Tahun Yubileum 2025 yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus. Bapa Suci mengajak kita, menjadi komunikator pengharapan. SIGNIS Indonesia ingin menjadi Sains Ignis yakni membawa dan mengomunikasikan tanda-tanda zaman, menyebarkan semangat laksana api yang membakar hati, seperti pengalaman murid-murid Emaus yang berkobar penuh sukacita setelah bertemu Yesus,” ujar Pastor Antonius.

Poin Kedua :

Mgr. Yohanes Harun Yuwono dalam sambutannya menegaskan pentingnya menjadi komunikator yang handal di era pengharapan ini. Beliau menekankan bahwa komunikasi yang baik bukan sekadar soal teknologi atau sarana, tetapi lebih pada bagaimana media dapat menciptakan hubungan yang penuh kasih dan relasi yang bermakna. “Kita tentu tidak bisa menjauh dari media komunikasi sosial, tetapi kita harus menggunakannya sebagai alat pewartaan. Jika manusia berjalan dengan kepala tertunduk, tanpa melihat kiri dan kanan, tanpa senyuman, tanpa sapa, tanpa salam maka manusia itu seperti robot yang hidup tanpa hati, maka kita kehilangan esensi komunikasi yang sejati,” ungkap Uskup Harun.

Melalui renungan Bapa Uskup, kami disadarkan bahwa Komsos adalah corong pewartaan iman di Keuskupan. Komsos sebagai wadah bagi pengajaran dan refleksi iman yang mampu  menyampaikan warta ke segala penjuru. Pada ahirnya mimpi dan harapan iman sampai pada seluruh umat. Melalui pewartaan yang dipublikasikan melalui media sendiri, maka umat mampu mengetahui segala informasi terbaru perihal peristiwa yang terjadi. (Romo Adrian Tobing : Ketua KOMSOS Keuskupan Sibolga).

Ket Foto: Panggung Altar Misa Requiem Paus Fransiskus di Paroki Pinangsori



RenHar

Selasa, 29 April 25

PW St Katarina dari Siena 

Yohanes 3: 7-15


Seorang pialang saham putus asa  kehilangan banyak uang, datang ke biara untuk mencari kedamaian batin. Namun, ia terlalu putus asa untuk bermeditasi. Setelah dia pergi, Sang Guru hanya memberikan satu kalimat: “Mereka yang tidur di lantai, tidak pernah terjatuh dari tempat tidurnya.” @Pribadi yang siap dengan pengalaman besar harus berani ke luar dari zona nyaman@

Injil hari ini berisi Pesan kebangkitan dari Yesus kepada Nikodemus: “kita harus dilahirkan kembali.” Yesus menegaskan kelahiran  dalam Roh Kudus. Sebab Kehidupan Kristiani, yang tidak memberi ruang bagi Roh Kudus dan tidak membiarkan dirinya dibawa oleh Roh Kudus adalah kehidupan kafir, yang menyamar sebagai Kristiani.

Saudara-saudari terkasih, Kita dapat dilahirkan kembali "dari diri kita yang kecil yang penuh dosa" hanya dengan "bantuan kekuatan yang telah membangkitkan Yesus: dengan kekuatan Allah" dan untuk ini "Tuhan mengutus Roh Kudus kepada kita". 

Marilah kita mohon kepada Tuhan agar memberikan kita kesadaran, bahwa kita tidak dapat menjadi orang Kristen tanpa berjalan bersama Roh Kudus, tanpa bertindak bersama Roh Kudus, tanpa membiarkan Roh Kudus menjadi “pembisik ajaib” hidup kita. Kita harus memohon kepada Tuhan agar diberi rahmat untuk memahami pesan ini: "Utuslah Roh-Mu ya Tuhan dan jadi baru seluruh muka bumi." Roh Kudus senantiasa berbisik dalam hati untuk melakukan yang benar dan menghindari yang jahat. Tuhan memberkati

(Ditulis oleh Rm. Adytia Peranginangin, OCarm. Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil, Pinangsori)

 

Ket Foto: Para Frater Novis OFMCap-Hamente merayakan kegembiraan persaudaraan.

RenHar 
“Kebebasan Anak-Anak Allah” 
28/4’25,Senin Pekan Paskah II Yoh. 3:1-8 

 Bila kita difitnah kita boleh memfitnah ulang Bila kita dibohongi kita boleh membohongi ulang Bila kita dituntut kita boleh menuntut ulang Tapi bila kita tidak membalas fitnah, bohong dan tuntut ulang meskipun sdh difitnah, dibohongi dan dituntut tapi malah mengampuni dan mengasihi … itu adalah namanya kebebasan anak-anak Allah. Injil hari ini berisi dialog antara Yesus & Nikodemus:“Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” Nikodemus, tidak mengerti dan memahami pernyataan Yesus secara harafiah dengan bertanya: "bagaimanakah mungkin seseorang dilahirkan, jika ia sudah dewasa?" Kiranya konteks kelahiran dalam dialog ini adalah lahir dari Roh. Gambaran Roh yang dimaksud Yesus di sini menarik: "Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana datangnya atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan setiap orang yang lahir dari Roh" artinya, bebas. Saudara-saudari terkasih, Seseorang yang membiarkan dirinya dibawa dari satu sisi ke sisi yang lain oleh Roh Kudus: inilah kebebasan Roh. Dan siapa pun yang melakukan ini adalah orang yang taat kepada Roh. Bagaimana seseorang mempersiapkan diri untuk dilahirkan kembali? Dengan doa. Doa adalah yang membuka pintu bagi Roh dan memberikan kita kebebasan; keterusterangan; keberanian. Anda tidak pernah tahu kemana Roh akan membawa Anda. Mulailah hari Anda dengan doa: “bersabdalah ya Tuhan hambaMu mendengar.” Selamat berjalan dengan kebebasan Roh. Tuhan memberkati 😇 Rm Adytia OCarm🙏




 Ket Foto: Beristirahat sejenak di tengah upacara liturgi Jumat Agung bersama umat di aula paroki Pinangsori. 



RenHar

26/4’25,Sabtu Oktav Paskah Markus 16:9-15


Seorang wanita mengeluh tentang takdirnya, Sang Guru berkata, “Kamulah yang menentukan takdirmu. “Terlahir sebagai perempuan bukanlah takdir. Itu adalah kodrat. Takdir adalah bagaimana Anda menerima kewanitaan Anda dan apa yang Anda lakukan terhadapnya.”@begitu pula dengan iman@


Dalam Injil hari ini, Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai Juruselamat, sebagai Anak tunggal Allah; Ia menampakkan diri kepada seluruh Israel, kepada umat, khususnya secara lebih rinci kepada para rasul. Inilah perpisahan Tuhan, Tuhan pergi: Ia pergi dan “terangkat ke surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah”. Namun sebelum Ia pergi, Ia berkata kepada para rasul: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk".


Saudara-saudari terkasih, 

Iman itu bersifat misionaris, Iman selalu menuntunmu keluar dari dirimu sendiri. Iman harus disebarkan, iman harus ditawarkan, terutama dengan kesaksian: “Pergilah, dan biarlah orang melihat bagaimana engkau hidup”. Tujuannya adalah untuk menunjukkan Roh Kudus dapat bekerja di dalam manusia melalui kesaksian: sebagai saksi, dengan pelayanan. Pelayanan adalah suatu cara hidup. Jika saya ahli tentang ke-Kristen-an, tetapi hidup seperti orang kafir, itu tidak benar! Pasti tidak meyakinkan siapa pun. Jika saya mengatakan bahwa saya seorang Kristen dan hidup sebagai seorang Kristen, inilah kesaksian.

Tuhan memberkati 😇

Rm Adytia OCarm🙏


Ket Foto: Para Remaja menikmati sensasi air laut di tepi pantai Aek Kolang. 

 RenHar

“Sensasi”

25/4’25,Jumat Oktav Paskah

Yohanes 21:1-14


Kepada murid yang terlalu hormat, Sang Guru berkata, “Cahaya terpantul di dinding. Mengapa harus memuja dinding? Perhatikanlah cahayanya.” @sensasi memang begitu memukau sampai kita melupakan intinya@


Injil hari ini menceritakan penampakan Yesus yang ketiga kalinya kepada para pengikutnya, di tepi Danau Galilea. Saat fajar menyingsing, Yesus menampakkan diri di tepi danau; tetapi mereka tidak mengenalinya. Namun seruan: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka kamu akan memperolehnya". Mengingatkan Yohanes yang menoleh kepada Petrus dan berkata: "Itu Tuhan!". Dan segera Petrus menyelam ke dalam air dan berenang menuju pantai, ke arah Yesus.


Saudara-saudari terkasih, Seruan: “Itu Tuhan!”, mengandung seluruh antusiasme iman Paskah, yang bertolak belakang dengan, keputusasaan, yang merasuk jiwa para murid. Kehadiran Yesus yang bangkit mengubah segalanya: kegelapan ditaklukkan oleh terang, pekerjaan sia-sia kini membuahkan hasil dan, rasa putus asa memberi dorongan baru dan kepastian bahwa Dia bersama kita. Kemampuan kita bangkit dan lepas dari sensasi kenyamanan manusia lama yang membelenggu adalah Paskah sejati. 

Tuhan memberkati 😇

Rm Adytia OCarm🙏


Ket Foto: Patung Kristus Penyelamat di Sibea-bea. Kemahabesaran Tuhan terdapat pada kehadiranNya bahkan dalam pribadi-pribadi yang kecil dan sederhana. 

RenHar, 24/4’25, Kamis Oktav Paskah

Lukas 24:35-48


Suatu hari seorang wanita menumpang taksi, saat si wanita menepuk pundak sang sopir, untuk minggir. Pengemudi taksi menjerit keras, membanting stir ke jalur lain, hampir menabrak mobil lain, menginjak rem mendadak, dan tergelincir ke pinggir jalan. 

Wanita dan pengemudi itu terdiam sejenak karena terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Akhirnya, dia berkata dengan nada sesal, “Wah, saya minta maaf. Saya tidak menyangka menepuk bahu Anda akan membuat Anda terkejut seperti itu.” 

“Tidak, kamu tidak melakukan kesalahan apa pun. Hanya saja ini hari pertamaku mengemudi taksi. Sebab, selama 25 tahun terakhir, aku telah mengemudikan mobil jenazah.” 😱🤣


Injil hari ini mengisahkan sebuah kontradiksi antara perasaan yang dialami oleh para rasul setelah kebangkitan Tuhan: di satu pihak, sukacita karena memikirkan Dia yang bangkit, dan di pihak lain, rasa takut karena akan melihat-Nya lagi di antara mereka, karena akan benar-benar bersentuhan dengan misteri-Nya yang hidup. Dua murid dari Emaus, begitu pula Petrus serta para rasul dikejutkan dgn penampakan Yesus.


Saudara-saudari terkasih, alm Paus Fransiskus dengan kelakar mengatakan: “Ada banyak orang Kristen yang “takut akan sukacita.” (Kamis, 24 April 2014 di kapel Casa Santa Marta). Sebagaimana Yesus sesungguhnya "membawa para rasul kepada sukacita: sukacita kebangkitan, sukacita kehadiran-Nya di antara mereka." Tetapi sukacita ini justru menjadi "suatu masalah bagi mereka untuk percaya: karena mereka masih belum sepenuhnya percaya dan terjebak rasa heran”. Jujurlah bahwa kita masih belum sempurna beriman. Kejujuran ini akan mengubah wajah iman yg kaku, fanatis, memandang rendah yang lain. Mari bersama para rasul selalu terbuka untuk belajar beriman dengan rendah hati.

Tuhan memberkati😇

RmAdytiaOCarm🙏

 


(Sumber foto: google)


Fombaso I    : 1 Moz 22:1-18

Fombaso II   : 2 Moz 14:15-15:1

Fombaso III  : Yes 54:4a.5-14

Fombaso IV  : Rm 6:3-11

Injil               : Luk 24:1-12

 

PASKAH: FA’AWU’A MOROI BA ZOGÖMIGÖ NUMALÖ BA HAGA 

So sambua ngandroto wehede sasese tarongo na so zama’ema huhuo ba wa’amate, ya’ia da’ö: “Sökhi mbawa wa’amate moroi ba mbawa wa’atumbu”. Na mu’angeraigö ba wa’alio ngandroto wehede andre, tola lamane: lö fatema ba dödöda; hadia mbörö, börö me fa’amate andrö fa’abu dödö zi so. Ba hiza, ngadroto wehede andre, na mufaigi ia moroi ba wa’abakha wamati, no sambua fangoroma’ö hewisa wa’omuso dödö ba khö Lowalangi.

Ngandroto wehede sifaudu ba da’e, ba ya’ia wehede Waulo andrö sanandrösa ba gerönuada ba mbongi paskah andre. Faulo zanguma’ö ba niha samati ba mbanua Gorindro; “zayazaya gölö wamatida andrö na lö maoso Keriso” (1Kor. 15:17). Ngandroto wehede andre no fangaro dödö ba niha samati, wa fa’amate Yesu andrö ba döla röfa tenga afuriata wamati, ba hiza no böröta wamati sibohou. Fa’amate andrö ha ndrela wa’awu’a moroi ba mboto wa’aniha numalö ba mboto wa’alowalangi.

Paskah ba li Heberai’o, eluahania fa’awu’a ma fa’aefa. Ba ngawua wehede andre so ginötö nitalu’i ba so nahia niröi ba so nahia nisawa. Na ta’angeraigö ia ba gofanöwa ndraono Gizara’eli, paskah andrö lafo’eluaha fanörö tödö wa’aefara moroi ba danö wangosawuyu Ndrawa Misirai numalö ba danö amabu’ula andrö, tanö gana’ana. Ba da’ö tetandraigö wamati, i’onarai wamati Gaberahamo andrö, irugi Ndraono Gizara’eli andrö sawu’a nidönia’ö Moze. Da’e nirongoda ba wombaso si sara, si dua ba sitölu bongi andre.

Paskah andrö si ha fanörö tödö ndraono Gizara’eli, tebohouni wamo’eluaha ya’ia ba wa’amate Keriso andrö; ya’ia wa fa’amate andrö no te’alani, no awu’a Yesu andrö moroi ba wa’amate, no möi Ia ba wa’auri sibohou, fa’auri wa’alowalangi. Ba zimanö göi ya’ita niha samati, tefawu’a ita moroi ba wa’ogömigömi horö, numalö ba haga Keriso, ya’ia haga wa’a’ono Lowalangi. Ba zimanö moguna ta’omusoi’ö dödöda ba wanunö Haleluya.

Fanofu khöda iada’a, hadia no göi awu’a ita ba zito’ölö ya’ita? Hadia no tafawu’a ita moroi ba wönu ba nahönahö dödö? Ena’ö tola tarasoi wa’omuso dödö paskah andrö, moguna göi tawu’ai dödöda, buabuada, ba lala wangerangerada si lö faudu moroi ba zomasi Lowalangi. Hegöi ba wongambatöda, da ta’ohe wa’omuso dödö paskah andrö, ena’ö simöna göi ita awö Keriso ba wondrugi fa’auri si lö aetu. Amen. (Ditulis oleh Kat. Ingatan Sihura, S.Ag)

 


Ket Foto: Katekis Paroki Pinangsori mewartakan kabar sukacita di stasi. 


Sabtu, 19 April 2025

Vigili Paskah

Lukas 24:1-12


Seorang pria berlibur ke Israel bersama istri dan ibu mertuanya. Naas, saat di Tanah Suci, ibu mertuanya tiba-tiba meninggal dunia. Sang suami bersedia membayar biaya yang sangat  mahal untuk memulangkan jenazah ibu mertuanya ke negara asalnya. Ketika ditanya alasannya,  pria itu segera menjawab, “Sekitar 2.000 tahun yang lalu, seorang pria meninggal dan dimakamkan di sini. Tiga hari kemudian dia bangkit dari kematian, dan saya tidak dapat mengambil risiko itu!”. Paskah adalah kebangkitan hidup baru, tanpa harus menunggu mati badani. 

Injil hari ini, menggaungkan satu kalimat yang mengguncang para wanita dan mengubah sejarah, tatkala mereka ke kubur dan menemukan batu kubur sudah terguling. "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?" (Lukas24,5); Mengapa engkau beranggapan bahwa semuanya sudah tidak ada gunanya, bahwa tidak seorang pun dapat mengangkat batu-batumu? Mengapa Anda putus asa? 

Saudara-saudari terkasih, Paskah adalah hari raya “pemindahan batu.” Tuhan menyingkirkan batu-batu terkeras yang menghantam harapan dan ekspektasi: kematian, dosa, ketakutan, keduniawian. Sejarah manusia tidak berakhir di depan batu nisan, karena hari ini ia menemukan “batu yang hidup” (lih. 1 Ptr 2:4): Yesus yang bangkit. Malam ini, kita masing-masing dipanggil untuk menemukan di dalam Dia yang Hidup, Dia yang menyingkirkan batu-batu terberat dari hati kita. Mari kita tanyakan pada diri kita terlebih dahulu: batu apa yang harus saya angkat, apa nama batu ini?. Tuhan memberkati. (Ditulis oleh Rm. Adytia Peranginangin, OCarm. Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil, Pinangsori)


Ket Foto: Berziarah di Makam keluarga, ada Cinta yang tetap abadi yang tak bisa dipendam di bawah sana. 


Jumat, 18 April 2025

Jumat Agung 

Yohanes 18: 1-19: 42


Saya terkenang, setelah Saya melihat anjing saya ditabrak sebuah mobil, Saya duduk di sisi jalan memegang dia dan menangis. Dan sebelum dia meninggal, dia menjilat air mata dari wajahku. Insting Cinta ternyata melebihi rasa sakit. Apalagi Cinta pada sesama yang dilakukan secara tahu, mau dan sadar? Tiada terhitung jejak-jejak cinta orang tua pada anak-anaknya sehingga rela berbuat apapun demi anak… dan tiada keluh hanya peluh yang mengalir.

Bacaan Injil Hari Raya Jumat Agung memuncak, pada saat Yesus berkata: "Sudah selesai" (Yoh 19:30). Artinya bukan sekadar berarti sebagai suatu pernyataan, bahwa tugas-Nya sudah berakhir! Kisah Kesengsaraan Yesus ini hanya dapat kita tangkap dan pahami, apabila kita membacanya dengan 'empati', dengan 'perasaan ikut mengalami'. Karena tiada hidup yg bisa menghindar dari derita, derita menjadi jalan pendamaian dengan berani merangkul dan memanggul setiap salib kehidupan. 

Saudara-saudari terkasih, mungkin kita belum bisa mengajarkan arti derita pada anak-anak, teman atau keluarga kita. Namun tanamkanlah bahwa derita itu adalah salib dan salib harus dipanggul dan dirangkul. Setiap kali berdoa buatlah tanda salib, buatlah tanda salib di dahi anak-anak Anda, pasangan Anda…  hingga kelak mereka pulalah yang membuat tanda salib sebagai jalan keabadian sebelum peti jenazah Anda ditutup selamanya. Tuhan memberkati. (Ditulis oleh Rm. Adytia Peranginangin, OCarm. Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil, Pinangsori)

 

(sumber foto: google)


Fombaso I     : Yes 52:13-53:12

Fombaso II    : Heb 4:14b-16;5:7-9

Injil                 : Yoh 18:1-19:42

 

FA’AMATE YESU: TENGA FAMAKAO, NO FA’OMASI

Na mangaetungaetu zatua me föna, tötönafönia ena’ö fefu ndraononia so ba ngainia. Ba ndraononia sasese molawa ya’ia, ba siföföna lafalua ba lalau mangefa sala ba ngawalö golalöwa si no lafalua. Ba ndraono simöi dödönia buabua ba ba da’ö ibe’e fetuania. Ba zitambai da’ö göi, ibörögö wame’e menemene satua, ibagi mbenuania ba ndraononia, ba ifatunö fefu gokhötania ba he silalö dangania ba niha, mendrua tö na fo’ömö. Fefu da’ö ifalua satua, tenga börö wa’ebua gokhötania, ba hiza sitobali tandra wa’omasinia ba ndraononia, irege ba gafuriata ibe’e ba ndraononia wanohugö fefu da’ö. Andrö dania wa so gamaedola sanguma’ö: “omumu hasi eu, obou hasi firö. Hadia zi lö obou ba götö niha si sagötö, ya’ia wangomasi’önia talifusö”.

Fa’amate Yesu nitörö tödö ba luo zumaha sebua andre, no sambua turia sabu sibai dödö. Yesu si no Ono Lowalangi si lö horö andrö, itema wamakao, teforöfa, irege mate ba döla röfa. Fa’amate-Nia andrö no töra moroi ba wa’amate niha samarabu ma niha sebua horö. Hewa’ae simanö, itaögö fefu da’ö tenga soguna khö-Nia ma ena’ö lahöni Ia niha. Itaögö fefu da’ö börö wolo’ö somasi Nama, ba wangöhöli niha gulidanö. Faudu da’e molo’ö nifa’ema Yesaya sama’ele’ö andrö ba wombaso si sara.

No toua ba mboto wa’aniha, na lamane fa’amate andrö ba afökhö sibai. Yesu samösa si so ba mboto wa’aniha andrö göi, itörö Ia fa’ata’u, irege I’andrö: “He Ama, na so lala, ya mutalu’i Ndrao famakao andrö”. Hewa’ae simanö wa’ata’u-Nia, lö ibe’e ba zomasi ia Yesu. I’o’ö zomasi Nama irege Iwa’ö: “Ba böi ya itörö zomasi Ndra’o, ya alua zomasi Ndra’ugö”. Fehede safuria andre zanga’aro’ö Faulo ba wombaso si dua wanguma’ö wa Yesu andrö Ono Lowalang no Ere Sebua, si no mutandraigö ba ngawalö hadia ia fefu.

Ba wa’amate Yesu andrö oroma khöda hewisa wa’omasi Yesu andrö ba we’amöiNia enoni. Fe’amöiNia enoni andrö sindruhu itörö wa’afökhö fa’akao. Teböbögö khönia zi lö atulö, ba hiza itema’ö da’ö fefu börö gohitö dödö Lowalangi ba wangoroma’ö fangöhöli andrö. Ba zimanö lö mamalö tefaduhu’ö wa’omasi sebua andrö. Fa’omasiNia andrö irugi ba itehe mate ba döla röfa. Ba gafuriata fa’amate Yesu andrö no tenga famakao, ba hiza no tandra wa’omasi si’oroi Lowalangi ba wangöhöli niha gulidanö.

Afuriata, fa’amate Yesu andre idönia’ö ita ena’ö böi aiwö ita ba wamohouni amakhaitada andrö khö Lowalangi ba he göi ba nawöda niha. No ibe’e khöda dumaduma wolo’ö-Nia famakhoi Nama, töra ia moroi ba menemene zatua sarakhagö mate andrö. Ba zimanö moguna tafareso dödöda, hadia no göi ta’o’ö Goroisa Lowalangi andrö sifao fa’ahele dödö? Hadia no tataögö wa’afökhö andrö ba lala wa’aurida? Hadia no ta’omasi’ö dalifusöda irege tola tabelegö ita salahira? Ya lö mamalö so it aba gerönua fa’omasi andrö, ba tabohouni wa’omasida. Amen. (Ditulis oleh Kat. Ingatan Sihura, S.Ag)

 



Fombaso I     : 2 Moz 12:1-8.11-14

Fombaso II    : 1 Kor 11:23-26

Injil                 : Yoh 13:1.4-15

 

Turia Somuso Dödö khö Yesu Keriso nisura Yohane.-

 Me föna gowasa Paska andrö, aboto ba dödö Yesu, wa no irugi inötö aheta Ia ba gulidanö andre, möi Ia khö Nama. No I'omasi'ö dana khöNia ba gulidanö, föna, ba  I'omasi'ö ira irugi gamozua. Me manga ira, maoso Yesu ba ngai gö, Ibokai mbaruNia sebua Iböbö lembe löwilöwiNia. Ilau nidanö ba naha wanasa, Ibörögö isasai gahe ndra nifahaNia ba I'osi lembe andrö, ni'olembeNia. Me irugi Zimoni Fetero, imane Fetero khö Yesu: "Ya'ugö zanasai ahegu So'aya ?" Itema linia Yesu, Imane khönia: "Lö aboto ba dödöu iada'a hadia nilauGu, ba hiza, aboto ba dödöu dania." Imane khöNia Fetero : "Lö irai utehegö, wa Ösasai gahegu." Itema liNia Yesu Imane: "Na lö Usasai, lö si faböbö khöGu ndra'ugö." Imane khöNia Simoni Fetero: "Na simanö, So'aya, böi ha ahegu Ösasai : tanga awö högö göi." Imane khönia Yesu: "No tehaogö mboto niha si no mondri. moguna tesasai ia sa'ae; ha ahe zoguna nisasai. No muhaogö ami andre, ba lö dozi."  Noa sa I'ila Yesu, haniha zi manga mböliNia. Da'ö mbörö Iŵa'ö: "Lö dozi muhaogö ami." Me no aefa Isasai gahera Yesu, ifuli I'obaru mbaruNia ba dumadao Ia, Imane khöra: "Hadia, no aboto ba dödömi nilauGu khömi andrö mege? Mibe'e töiGu Guru ba So'aya. Si sökhi na miŵa'ö da'ö, börö me duhu. Na no Usasai gahemi, Ya'odo andre, So'aya ya'ami ba Guru khömi, mo'ömö göi ami, faoma misasai gahe nawömi. Ube'e dumaduma andre khömi, ena'ö göi milau simane nilaugu khömi.-        

Simanö duria somuso dödö khö Zo'aya ya'ita, Yesu Keriso.

 

FE’AMÖI ENONI

Ba zisambua omo, so samösa nama ba zisambua ngambatö, no mudadao ia ba falefale nomo ba zi tanö owi. Ba wa’owökhi dödönia, muhede ia khö nononia ono matua wangai önia idanö. Me irongo ono matua, i’andrö khö nakhinia ono alawe wangai idanö andrö me manuranura ia. Ono alawe andrö göi ifatohu wangandrö khö ninania me no arörö göi ia wamaigi hpnia. Ina andrö si so ba zitambai nomo wangokhoi’ö nukha, mu’ao ia khö nama ndraono ba wangai khönia idanö andrö. Me irongo da’ö ama, ifazawa ia möi ia wangai idanö ba galas, awena ibe’e khö nina ndraono, ba ifuli ia wedadao ba falefale. Ihalö idanö andrö ina, ibe’e khö nononia alawe. Ono alawe ibe’e khö ga’ania ono matua, ba awena onomatua zame’e khö namania ba falefale. Me no ibadu idanö andrö amania, tehasu ia imane, hadia tenga idanö andre nihalögu mege? Ifahasu ia, ba maigi samösa ia.

Salua andre yawa, no salua ba ginötö sibohou andre. Alio sibai niha ba wangoni ba hiza ba we’amöi enoni andrö abua sibai. Ama si no högö ba wongambatö, ba gafuriatania, ni’oninia megeno, ifuli i’oni ia samösa. Fanofu khöda zamösana hadia ta’olohia’ö wolau simane.

Bongi andre ba wangowasini luo kami safusi ma bongi fatua lö zumaha sebua, tatörö tödöda Yesu sanasai ahe ndra nifaha’ö-Nia; ba fangohonogöigö-Nia fatomesa ni’amoni’ö, ma sasese tatötöi ia Ekaristi. Ba wangohonogöigö sidua ngawalö andre, terahugö i aba zi sambua tuho ya’ia da’ö “Fe’amöi Enoni”.

Fe’amö Yesu tobali enoni, ilau sifao fa’ahele dodo. Fa’ahele dödö nilau Yesu andrö ibörögö ba wangai-Nia halöwö wondrege zawuyu andrö, yaia wanasa ahe. Fanasai-Nia ahe ndra nifaha’ö andrö, tenga ha börö ena’ö te’ehao ira. Bahiza Ifalua da’ö Yesu ena’ö fefu ndra nifaha’ö andrö göi faoma la’ehaogö nawöra ba faoma möi ira ngoningoni nawöra sifao fa’ahele dödö. Da’e duho nirongoda andrö ba wombaso Turia Somuso Dödö.

Faosatö sidua nifalua Yesu andrö ba ya’ia wangohonogöigö Ekaristi. Fangohonogöigö Ekaristi andrö no famaedo wame’enia boto-Nia; tefera ena’ö aduwa Ndro-Nia tobali fanasai noso niha, ba teboboto Mboto-Nia andrö tobali ö noso fohöli niha. Da’e nifo’amaedola nono mbiribiri andrö bakha ba wombaso si sara. Ena’ö tola ta’erönusi da’ö fefu irugi mane ma’ökhö, tatörö tödöda ba khalakhala roti ba agu andrö nifasömba’ö gere.

Ba gafuriatania, hadia no göi möi ita enoni sahele tödö andrö? Ma hatöi khöda “enoni zato”? Yesu zame’e dumaduma khöda ba da ta’olohia’ö wolau-Nia. Amen. (Ditulis oleh Kat. Ingatan Sihura, S.Ag)

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget