Corona, Momentum Kebangkitan KBG

P. Paulus Posma Manalu, Pr
Baru saja kita mengawali dan giatnya-giatnya dalam pembentukan Komunitas Basis Gerejani (KBG), dan kemudian kita harus berhenti dari aktivitas pertemuan-pertemuan yang menjadi penggerak dasar aktifnya sebuah KBG. Ditangguhkannya pertemuan-pertemuan di KBG itu, tertuang dalam surat himbauan Pastoral Admininstator Apostolik Keuskupan Sibolga. Hal itu dilatar belakangi merebaknya pandemi Covid 19. Covid 19 merupakan singkatan dari corona virus disease yang muncul pertama kali pada tahun 2019 silam.

Covid 19 telah menjadi pandemi global dan mengubah pola hidup serta tatanan dunia. Penyebarannya berlangsung cepat. Penularannya terjadi dari manusia kemanusia lewat kontak fisik maupun pertemuan-pertemuan. Covid 19 menjadi semakin menakutkan karena ditenggarai virus ini bisa tidak menimbulkan gejala-gejala awal seperti batuk, demam dan sakit tenggorokan. Dia bisa menyebar lewat orang yang kelihatan sehat padahal dia sudah tertular Corona.
Untuk menghentikan laju penyebaran virus tersebut maka pemerintah mengambil sikap untuk membatasi pertemuan-pertemuan dengan melibatkan banyak orang.

Kegiatan bersifat mengumpulkan banyak orang kemudian dibatasi. Bahkan ada, pesta-pesta ada terpaksa dihentikan oleh aparat kepolisian demi menjaga kehidupan banyak orang.
Gerejapun kemudian turut mendukung sikap pemerintah. Hampir semua keuskupan di Indonesia membuat surat edaran untuk memindahkan ibadah perayaan ekaristi dari Gereja kerumah masing-masing umat. Tidak ada lagi ibadah di Gereja yang membuat konsentrasi massa berkumpul.
TahtaSuci Vatican sendiri, juga telah mengeluarkan tata ibadah pekan suci tanpa melibatkan umat. Umat mengikuti perayaan ekaristi secara online oleh beberapa media baik milik keuskupan maupun paroki-paroki.

Saat ini pertemuan-pertemuan sangat dibatasi. Agenda-agenda bersamapun terpaksa dibatalkan atau diundurkan. Pertemuan ASIPA sebagai pondasi bangunan Komunitas Basis Gerejanipun dihentikan. Di tengah slogan “Stay at Home” atau tinggal di rumah serta pembatasan pertemuan-pertemuan bagaimanakah kita mesti memahami dan menjalankan spirit dari KBG ini?  Apakah KBG berhenti?

Apakah ASIPA berhenti?
Belajar dari semangat orang-orang di Wuhan China dimana pandemi ini menyebar pada awalnya dan memakan banyak korban kita justru harus bersyukur bahwa kita telah membentuk KBG-KBG. Kota Wuhan diisolasi hampir 3 bulan. Warganya terkurung dan tidak bisa bepergian meninggalkan kota, mereka harus tinggal di rumah. Mereka awalnya merasa sepi, stress dan frustrasi hingga mereka menemukan sebuah cara untuk menang. Mereka mulai meneriakkan “Wuhan Jiayou” (Wuhan Kuat) untuk membangun spirit kebersamaan.
Teriakan “Wuhan Jiyaou” menggema dari rumah yang satu kerumah lainnya untuk memberi semangat dan saling memotivasi. Tak sedikit juga dari mereka akhirnya menemukan titik baik kemanusiaan dengan saling berbagi makanan antar tetangga. Dengancarademikianmerekamampumelewatimasasulitakibatpandemi Corona ini.
Sesungguhnya semanga twarga Wuhan untuk saling memberi dan berbagi serta saling menyemangati adalah spirit dasar dari KBG. KBG dibentuk berdasarkan batas territorial agar mudah untuk saling mengenal sesama anggota. KBG dibangun atas dasar firman Tuhan, mereka berkumpul, merenungkan sabda Tuhan dan melakukan aksi.
Di tengah ketidak pastian kapan pandemi ini akan berakhir, maka perandari KBG-KBG ini menjadi sangat urgen. Sudah dipastikan bahwa masa penyebaran corona ini akan berakibat bagi ekonomi keluarga-keluarga Katolik. Di beberapa tempat telah terjadi pemutusan hubungan kerja, pasar-pasar mulai sepi, dagangan tidak laku. Akan banyak orang miskin baru akibat dari pandemi.
Untuk mengantisipasi akibat dari pandemi ini, maka pengurus KBG-KBG harus lebih gesit lagi untuk melihat dan membangun soliditas dan solidarita ssesama anggota. Mereka didasari firman Tuhan sendiri: Apa yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukan-Nya untuk Aku (Mat 25:40) harus berbuat sesuatu di KBG untuk mengantisapi kesulitan sesama anggota.

Dalamhal ini, jika terdapat satu anggota diduga suspect Covid 19 sesama anggota KBG harus saling menyemangati bukan malah mengucilkan mereka. Dengan semangat dari sesama anggota KBG maka diharapkan anggota tersebut dapat bangkit secara psikis dan akhirnya bisa sembuh kembali. Untuk anggota KBG yang kesulitan secara ekonomi maka KBG juga harus menggalang solidaritas bersama guna meringankan beban ekonomi anggota tersebut.

Mengingat kunjungan-kunjungan dan pertemuan dibatasi selama pandemi Covid 19 ini, maka para pengurus KBG bisa membangun jejaring secara virtual menggunakan media sosial seperti Whatshapp maupun Facebook dan media lainnya. Semoga, di tengah pandemi ini KBG ini bukan malah mundur tetapi menemukan momentumnya untuk semakin bersolidaritas dan membangun soliditas. [p3m]

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget