P. Bonifasius Simanullang OFMCap |
PENDERITAAN JALAN KESELAMATAN
Kis 2:14a.36-41; 1Ptr 2:20b-25; Yoh 10:1-10
Ulasan Bacaan:
Dalam Injil Yohanes, persekutuan Jemaat beriman diumpamakan dengan kawanan domba. Peran sentral Yesus digambarkan dua jenis, yakni sebagai gembala yang baik (inilah yang paling umum), yang menyerahkan nyawa demi kesejahteraan kawanan-Nya, tetapi juga sebagai pintu bagi domba-domba dan gembala untuk masuk keluar kandang, sebagaimana kita dengar dalam bacaan Injil hari Minggu ini. Dalam perumpamaan ini terkandung makna pengantara tunggal Yesus bagi manusia dalam hubungannya dengan Allah. Itu berarti, dengan perantaraan Yesuslah, dan hanya dengan perantaraan-Nya, manusia bisa mencapai keselamatan yang disediakan Allah buat umat manusia dan segenap ciptaan. Atas dasar itulah, dalam bacaan pertama Petrus meminta kepada orang-orang Yahudi agar memberi diri dibaptis ke dalam nama Yesus. Sebab hanya dalam nama Yesus yang telah mengalahkan maut dengan kebangkitan-Nya itulah seorang dapat dibebaskan dari cengkeraman dosa yang menghasilkan maut itu. Dan dalam bacaan kedua ditegaskan, karena Yesus juga memperoleh kemenangan atas maut itu dengan memikul sendiri penderitaan dalam diri-Nya, maka setiap orang beriman diberi juga oleh Allah karunia menderita.
Pengenaan Untuk Hidup Sekarang:
Jalan yang ditempuh Yesus, yang menjadi satu-satunya perantara manusia dengan Allah, untuk menyelamatkan manusia dan segenap ciptaan, adalah jalan penderitaan. Itu berarti, orang-orang beriman yang telah menganut Yesus sebagai penyelamat, takkan luput juga dari penderitaan. Dengan beriman kepada Yesus orang bukannya terhindar dari penderitaan malah dihadapkan kepada penderitaan itu. Memang iman itu membawa sertanya karunia menderita, yakni kemampuan untuk menghadapi serta menjadikan penderitaan itu sebagai sarana kemajuan dirinya. Pengikut Yesus memang tak perlu mencari-cari penderitaan, tetapi juga tidak gentar menghadapi penderitaan sebab yakin dengan teguh bahwa penderitaan itu tidak perlu membawa kebinasaan untuk dirinya melainkan menjadi sarana keselamatan, sebagaimana Yesus sendiri telah memasuki kemuliaan-Nya dengan lebih dahulu mengalami penderitaan itu. Demikianlah orang-orang beriman kepada Allah dalam nama Yesus tidak mengenal lagi istilah putus asa sebab harapannya sangat teguh dalam Yesus yang telah menjalani sendiri penderitaan itu dan menang!
MINGGU PASKA A5
GEREJA BANGUNAN ROHANI
Kis 6:1-7; 1Ptr 2:4-9; Yoh 14:1-12
Ulasan Bacaan:
Dalam bacaan hari Minggu ini muncul suatu analogi (kiasan) lain tentang persekutuan Jemaat beriman, yakni bangunan. Jemaat beriman diumpamakan bagaikan batu-batu hidup, yang dipakai untuk mendirikan bangunan itu di atas Batu Penjuru istimewa, yang sebenarnya sudah dibuang orang, yakni Yesus Kristus. Dia bagaikan batu yang telah dibuang oleh pemimpin-pemimpin Yahudi (yakni ketika mereka menyalibkan Yesus) tetapi dibangkitkan oleh Allah dari alam maut dan dengan demikian telah menjadi batu penjuru, di atasnya bangunan, yakni Persekutuan Jemaat Beriman, didirikan kokoh kuat; pembangunnya – tentu – adalah Allah sendiri, dalam diri Yesus, Kristus, Sang Putera. Demikianlah bukan saja pekerjaan Allah Bapa melainkan juga eksistensi-Nya (Diti-Nya) nyata dalam diri Yesus. Karena itulah Yesus katakan, “Yang melihat Aku telah melihat Bapa, sebab Aku dan Bapa adalah satu.” Rumah rohani yang didirikan di atas batu penjuru pilihan ini menjamin tempat bagi setiap orang (beriman) sehingga tak perlu gelisah akan terlantar. Pelayan juga ditambah demi menjamin tak ada umat maupun aspek pelayanan yang terlalaikan. Begitulah muncul jabatan diakon, sebagaimana dikisahkan dalam bacaan pertama.
Pengenaan Untuk Hidup Sekarang:
Bangunan rohani Gereja yang utama adalah persekutuan yang terdiri dari diri masing-masing Jemaat beriman, bukan gedung, yakni bangunan fisik. Oleh karena itu setiap orang beriman harus berserah diri kepada arsitek dan tukang bangunan untuk dibangun menjadi rumah rohani yang diidam-idamkan itu. Semua umat beriman harus berperan sesuai dengan karunia yang diberikan kepadanya. Peran tidak perlu dan bahkan tidak boleh sama. Dengan demikian semua orang akan mempunyai peran khusus dan juga terlayani dalam semua aspek hidup yang mereka butuhkan. Tidak ada alasan untuk membiarkan orang atau pelayanan tertentu diabaikan. Begitulah kediaman abadi di surga kelak disediakan. Dengan kata lain, sambil mengerjakan segala kegiatan dalam hidup sehari-hari di dunia ini, umat beriman sadar bahwa tempat kediamannya yang abadi adalah di surga kelak. Kesadaran ini memberi kualitas plus kepada seiap pekerjaan kini dan di sini. Kualitas plus yang dimaksud menyangkut mutu pekerjaan tetapi juga semangat orang yang melakukannya, yang tetap gigih hingga segala usaha menghasilkan buah yang baik. Semoga!
MINGGU PASKA A6
GEREJA YANG DIGERAKKAN OLEH ROH KUDUS
Kis 8:5-8.14-17; 1Ptr 3:15-18; Yoh 14:15-21
Ulasan Bacaan:
Berbeda dengan penuturan Injil Lukas, Injil Yohanes berkisah tentang pencurahan Roh kudus terjadi berkali-kali, dan disaksikan oleh orang-orang yang berbeda. Setiap kali Yesus menampakkan diri sesudah kebangkitan, Dia menghembuskan Roh-Nya kepada para murid, seraya berkata: “Terimalah Roh Kudus!” Memang sesuai dengan janji Yesus, hanya sesudah menerima Roh Kuduslah para rasul mampu mengerti lalu mewartakan apa yang diajarkan Yesus kepada mereka. Roh Kudus itulah yang disebut sebagai Roh kebenaran dan Roh penolong. Karena itu, dikisahkan dalam bacaan pertama, karena orang-orang di Samaria belum menerima Roh Kudus di saat mereka dibaptis, maka rasul Petrus dan Yohanes menumpangkan tangan atas mereka agar mereka dicurahi Roh Kudus. Roh Kudus itu akan membuat mereka mampu, baik dari segi intelektual (pengetahuan) maupun dari segi keberanian, tanpa dihantui oleh rasa was-was, mempertanggung-jawabkan imannya di hadapan siapa saja. Pertanggung-jawaban itu bukan terutama secara verbal (kata-kata) melainkan dengan perangai yang benar di hadapan Allah. Kerja dan perbuatanlah yang memberi kesaksian bahwa seseorang itu adalah murid Yesus.
Pengenaan Untuk Hidup Sekarang:
Dalam hidup Gereja masa kini, secara sakramental Roh Kudus diterimakan kepada umat dalam Sakramen Krisma. Pada umumnya sakramen Krisma itu diberikan pada usia SMP, meskipun tidak sepenuhnya tergantung dari usia itu. Setelah menerima Krisma, umat diandaikan sudah sungguh-sungguh dewasa dari segi penerimaan sakramen sehingga sudah bisa diembani tugas yang penuh sebagaimana layaknya setiap umat beriman dewasa. Tugas yang terutama adalah menjalani hidup dengan perangai yang dikehendaki Tuhan. Setiap orang yang digerakkan oleh Roh Kudus akan bertindak sesuai dengan semangat Yesus, Putera Allah. Kita tahu, semangat Yesus yang utama adalah tergerak hati oleh belaskasihan. Belas kasihlah sikap dasar Yesus yang utama dalam berhubungan dengan orang lain. Demikianlah setiap pengikut Yesus harus prihatin atas nasib orang lain dan bertindak atas keprihatinannya itu. Dengan sendirinya orang akan hidup rukun dan damai karena masing-masing telah peduli terhadap hidup sesamanya. Demikian hidup damai dan sejahtera terbangun. Itulah hidup yang digerakkan oleh Roh Kudus Tuhan. Semoga!
KAMIS HARI RAYA KENAIKAN TUHAN
SEGALA KUASA ADA DI TANGAN YESUS
Kis 1:1-11; Ef 1:17-23; Mt 28:16-20
Ulasan Bacaan:
Pada peristiwa kenaikan, para Penginjil Sinoptik menggarisbawahi pemberian segala kuasa oleh Allah Bapa kepada Yesus, yang telah menggenapkan segala tugas perutusan-Nya di dunia ini. Atas kuasa itu Dia kembali kepada Bapa-Nya di kediaman abadi di surga dan mengutus para murid untuk melanjutkan tugas pewaartaan Injil di dunia. Kabar Baik yang telah diterima oleh para rasul dari Yesus harus disampaikan kepada segenap umat manusia sampai ke ujung bumi. Karena itulah para rasul itu diutus untuk menjadikan seluruh dunia menjadi murid Yesus: setiap orang yang percaya harus dibaptis dalam nama Allah Tritunggal, dengan demikian memperoleh keselamatan abadi dalam nama Yesus. Karena segala kuasa telah diserahkan Bapa kepada-Nya, maka tak ada sarana keselamatan bagi manusia kecuali dalam nama Yesus itu. Akibatnya, orang yang tidak percaya dan menolak Yesus berarti binasa karena menolak jalan keselamatan yang satu-satunya. Karena itu jugalah para rasul dibekali dengan kuasa untuk mengusir setan dan menyembuhkan penyakit, tetapi terutama dengan Roh hikmat. Dengan demikian orang dapat dengan mudah percaya kepada pemberitaan mereka dan menerima Yesus sebagai Penyelamat.
Pengenaan Untuk Hidup Sekarang:
Kita, para pengikut Yesus, mesti berbesar hati – tanpa menjadi sombong – karena Penyelamat dan Tuhan kita sungguh mempunyai segala kuasa di surga dan di bumi. Tentu saja penguasa seperti itu dapat kita andalkan dalam segala hal. Kita tak perlu ragu bahwa segala keluh kesah kita kepada-Nya akan Dia tanggapi dengan penuh wibawa. Kita tak perlu termangu sambil melihat ke atas, karena dari surga pun Dia berkuasa memperhatikan kita dengan baik di dunia ini. Hanya saja, kita perlu membangun kesetiaan kepada-Nya dengan terus menerus berpegang pada janji yang diberikan-Nya kepada kita. Berpegang pada janji berarti kita menjalankan apa-apa saja yang diperintahkan-Nya kepada kita melalui Gereja kudus. Karena Gereja kudus itulah perpanjangan diri Yesus yang telah naik ke surga itu di dunia ini. Dengan demikian, kesetiaan kepada janji Yesus itu harus diwujudkan dalam kesetiaan kepada Gereja-Nya yang kudus di dunia ini. Semoga dengan itu kita semua memelihara kesetiaan kita kepada Gereja kudus dan tetap mengupayakan agar Gereja juga setia pada panggilannya sebagai tubuh mistik Yesus.
MINGGU PASKA A7: Hari Minggu Komunikasi Sosial Sedunia ke-54
CERITAKANLAH KEPADA ANAK CUCUMU!
Kis 1:12-14; 1Ptr 4:13-16; Yoh 17:1-11a
Ulasan Bacaan:
Yesus menegaskan bahwa cara memuliakan Allah secara benar adalah dengan melakukan segala yang ditugaskan Allah. Tugas yang diberikan Bapa kepada Yesus adalah memperkenalkan nama-Nya kepada umat manusia. Yesus telah melaksanakannya, bukan hanya dengan pengajaran verbal tetapi dengan segala pekerjaan dan seluruh hidup-Nya, yang membuat Dia mesti disalibkan. Itulah yang Dia ulang tegaskan kepada para rasul-Nya di saat mereka di bukit Zaitun pada saat Dia terangkat ke surga. Para rasul yang telah menyaksikan pengangkatan Yesus itu pulang ke Yerusalem dengan penuh sukacita. Mereka kembali ke tempat mereka mengadakan perjamuan malam terakhir, seolah-olah mau mengumpulkan serta membulatkan tekad mereka melanjutkan karya Yesus. Melihat nama-nama mereka yang terdaftar dalam peristiwa itu, rupanya keluarga inti Yesus (tanpa sang ayah, Yusuf; sudah meninggalkah?) sungguh menjadi bagian inti embrio Jemaat Perdana. Petrus, sebagai ketua para rasul, menasehati kumpulan Jemaat yang percaya itu agar tetap bertahan dalam segala suka duka yang sedang dan akan mereka hadapi sebagai pengikut Yesus. Menderita karena mengikuti Yesus adalah pujian amat nyaring bagi Allah.
Pengenaan Untuk Hidup Sekarang:
Bapa suci, Paus Fransiskus, menetapkan tema untuk Hari Minggu Komunikasi Sosial Sedunia ke-54 ini “Agar engkau dapat menceritakannya kepada anak cucumu” (Kel 10:2). Baik wartawan maupun pengkhotbah dihimbau bapa suci agar menyebarluaskan kebenaran ilahi dengan teknik bercerita. Tidak ada orang yang tidak suka kepada cerita. Sayangnya, tidak sedikit orang yang telah memanipulasi cerita demi kepentingan diri sendiri hingga menguasai dan menindas yang lain. Bapa suci menggarisbawahi agar para pengkhotbah dan wartawan jangan mengikuti gaya-gaya kotor seperti itu. Cerita kita mestilah cerita yang membangun persaudaraan dan hidup bersama yang serasi. Sebagaimana Alkitab, firman Allah, dibangun atas cerita-cerita yang mengisahkan kebaikan serta tindakan Allah yang mengasihi umat-Nya, demikianlah cerita-cerita yang kita kisahkan sekarang ini mesti yang mendukung hidup bersama kita yang damai dan serasi. Kisah-kisah bohong yang memanipulasi orang lain demi kepentingan diri sendiri mesti dijauhkan, demi pemeliharaan hidup bersama segenap ciptaan di alam semesta ini. Semoga!
MINGGU HARI RAYA PENTEKOSTA
PENGAMPUNAN DEMI KERUKUNAN
Kis 2:1-11; 1Kor 12:3b-7.12-13; Yoh 20:19-23
Ulasan Bacaan:
Dua ciri yang ditekankan dalam bacaan-bacaan pada hari raya Pentakosta ini, yakni kesatuan hidup dalam damai dan pengampunan. Dalam bacaan pertama ditekankan, bagaimana orang-orang Yahudi yang berkumpul saat itu di Yerusalem, yang berasal dari pelbagai bangsa – dan karena itu mempunyai bahasa yang berbeda – mendengar para rasul itu berbicara dalam bahasa mereka masing-masing. Itu berarti mereka mengerti dengan baik apa yang disampaikan oleh para rasul itu. Di situ terjalin komunikasi yang mempersatukan mereka. Sedangkan dalam Injil, di saat Yesus menghembusi para murid dengan Roh Kudus, Yesus langsung berpesan kepada rasul-rasul itu: “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni dan jika kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Pada dasarnya, memang, yang terakhir ini sama dengan yang pertama tadi. Sebab di saat orang saling mengampuni, di situ terbangun kesatuan hidup bersama yang serasi juga. Maka sangat tepatlah analogi tubuh yang dipakai oleh Paulus dalam bacaan kedua untuk menggambarkan persekutuan umat beriman itu, yang memang mempunyai banyak angota tetapi semuanya itu adalah perwujudan satu tubuh saja.
Pengenaan Untuk Hidup Sekarang:
Mujizat Pentakosta seharusnya menginspirasi hidup umat beriman saat ini demi menghidupi kesatuan hidup bersama yang serasi dan dengan mendahulukan pengampunan di saat yang satu bersalah terhadap yang lain. Orang yang dipenuhi Roh Kudus tidak mungkin menghendaki perselisihan dan perpecahan. Roh Kudus selalu mempersatukan. Demikian juga, orang yang dipenuhi Roh Kudus akan mengampuni sesamanya dengan iklas. Tidak ada dendam dalam diri orang yang dijiwai Roh Kudus. Jika dua aspek ini dapat terwujud dalam setiap Jemaat, orang kristen dewasa ini sudah betul-betul menjadi saksi peristiwa Pentakosta yang kita rayakan hari ini. Kita tak perlu bermimpi hidup dalam satu Gereja saja, karena agaknya sudah sulit terwujud, tapi toh sekurang-kurangnya dalam mewartakan Injil kepada dunia, tidak terjadi saling sikut dan bersaing secara tak sehat. Kita tak perlu iri di saat Gereja yang satu mengungguli Gereja kita di saat bermisi, misalnya. Yang penting bahwa Injil diwartakan di seluruh dunia. Kalau pun itu tidak terjadi atas usaha Jemaat kita, marilah kita sama-sama senang menyambutnya. Semoga!
x
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.