Komuni Spiritual

P. Blasius S. Yese
Dalam beberapa pekan terakhir, karena meluasnya penyebaran virus corona (covid-19), ada banyak kegiatan yang memungkinkan banyak orang berkumpul, ditangguhkan. Banyak kegiatan sekolah dan perkantoran dilakukan di rumah. Dunia-dunia usaha membatasi jumlah karyawan yang diperbolehkan bekerja di tempat usaha. Tak terkecuali kegiatan-kegiatan keagamaan. Umat tak bisa lagi berkumpul di rumah-rumah ibadatnya. Kegiatan peribadatan mautidakmaudilakukan di rumah masing-masing. Sejalan dengan majunya fasilitas media komunikasi, banyak kegiatan peribadatan disiarkanlangsung secara audio-visual (live-streaming) melalui internet (facebook, youtube) atau melalui radio.

Dalam Gereja Katolik, banyak perayaan ekaristi ditayangkan melalui media internet. Paus Fransiskus, baik untuk katekese setiap Rabu maupun doa angelus setiap Minggu, tidak lagi melaksanakannya bersama umat yang berkumpul di Lapangan St. Petrus Vatikan. Untuk sementara ini dilakukannya di ruang perpustakaan di Vatikan dan disiarkan ke seluruh dunia melalui berbagai media sosial. Semua ini menunjukkan suatu keadaan yang luar biasa, atau sesuatu tidak berjalan normal.

Dispensasi dari Kewajiban Religius
Salah satu pertanyaan di tengah-tengah situasi luar biasa karena virus corona itu adalah mengenai bagaimana Gereja harus bersikap terhadap kegiatan-kegiatan kegerejaan. Selain peribadatan, ada banyak kegiatan Gereja yang mengumpulkan banyak orang, baik di gereja maupun di kelompok basis atau lingkungan ataupun kegiatan-kegiatan sosial-karitatif.
Khusus terhadap perayaan ekaristi, Gereja pada dasarnya memberikan ketentuan yang jelas dan tegas mengenai kewajiban bagi orang-orang

Katolik untuk mengambil bagian secara aktif dalam perayaan ekaristi. Salah satu dari Lima Perintah Gereja adalah perintah untuk mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan. Selain itu, dalam Kodeks 1983 diatur secara normatif bahwa «Pada hari Minggu dan pada hari pesta wajib lain umat beriman terikat kewajiban mengambil bagian dalam Misa; selain itu, hendaknya mereka tidak melakukan pekerjaan dan urusan-urusan yang merintangi ibadat yang harus dipersembahkan kepada Allah atau merintangi kegembiraan khusus hari Tuhan atau istirahat yang dibutuhkan bagi jiwa dan raga» (Kan 1247). Katekismus Gereja Katolik (KGK) no. 2042-2043 menggariskan hal yang sama mengenai kewajiban untukmengambil bagian dalam perayaan ekaristi.
Kewajiban itu kemudian mendapat kelonggaran atau dispensasi di tengah-tengah meluasnya wabah virus corona sekarang ini. Bahkan, karena virus corona, Kongregasi untuk Ibadat Ilahi dan Tata Tertib Sakramen pada 19 Maret 2020 memberikan pelonggaran mengenai kehadiran umat dalam perayaan-perayaan Trihari Paskah. Bahwasanya perayaan-perayaan itu dapat dilaksanakan tanpa kehadiran umat. Ini adalah situasi yang sangat luar biasa dan hanya berlaku untuk sementara waktu.

Komuni Spiritual dalam Situasi Luar Biasa
Sejalan dengan itu semua, salah satu istilah yang kemudian menjadi populer sekarang ini di kalangan Katolik adalah komuni batin atau komuni spiritual. Apa komuni batin atau komuni spiritual itu? Komuni batin atau komuni spiritual merupakan suatu kerinduan atau keinginan yang amat mendalam untuk bersatu dengan Tuhan Yesus dalam Ekaristi Mahakudus sebagai tanggapan atau jawaban atas kerinduan Yesus sendiri. Kerinduan atau keinginan untuk menerima komuni secara sakramental tak bisa dipenuhi, karena yang bersangkutan berada dalam keadaan berdosa berat (keadaan-tidak-berahmat).  Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menulis,
“27Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. 28Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. 29Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya”(1Kor 11:27-29).
Jelas dikatakan di atas bahwa alasan komuni batin atau komuni spiritual adalah karena berada dalam dosa berat. Dosa berat secara sederhana adalah: pertama, dari sisi materi, dosa  melanggar sepuluh perintah Allah; dan kedua, dilakukan dengan tahu dan mau, atau dengan kesadaran penuh, yang dipertimbangkan, sehingga menjadi keputusan kehendak pribadi. Dalam hal ini, yang bersangkutan bisa saja hadir dalam perayaan ekaristi, tetapi tidak bisa menerima komuni kudus.
Lalu tepatkah istilah itu ditempatkan dalam situasi sekarang ini? Tidak salah bila istilah itu digunakan dalam situasi mewabahnya virus corona sekarang ini, namun memiliki alasan mendasar yang berbeda. Keadaan sekarang adalah keadaan luar biasa. Virus corona yang mengancam keselamatan banyak orang, mengharuskan kita untuk tidak berkerumun dan berkontak fisik langsung atau lewat materi yang digunakan atau di sentuh oleh pengidap virus. Demi mencegah berkembangnya virus itu kebanyak orang, salah satu cara adalah menjauhkan kerumunan. Gereja adalah salah satu tempat di mana banyak orang berkumpul dan melakukan kontak fisik atau lewat media lain, dan oleh karena itu, gereja berpotensi untuk menularkan virus itu. Karena keadaan tersebut, alasan untuk komuni spiritual atau komuni batin di sini bukan lagi karena berada dalam dosa (materi dosa), tetapi keadaan terhalang karena situasi khusus yang luar biasa, yakni terhalang hadir dalam perayaan ekaristi demi mencegah penyebaran yang meluas virus corona. Dalam hal ini, halangannya adalah halangan geografis.

Doa Komuni Spiritual
Orang yang mau ambil bagian dalam komuni batin atau komuni spiritual itu harus sungguh berdoa. Ia perlu mempersiapkan diri dengan baik, dan sedapat mungkin berkat bantuan media sosial sekarang ini, mengikuti perayaan yang disiarkan langsung secara audio-visual (televisi, internet) atau audio (radio). Yang bersangkutan menjawab bagian-bagian umat dalam perayaan itu. Di situlah terungkap kesatuan batin atau kesatuan spiritual dalam perayaan.
Kita tentu berpengharapan dan berkeyakinan bahwa wabah virus corona akan segera teratasi, sehingga baik kehidupan sosial, kehidupan keagamaan pun aspek-aspek lain dari keberadaan kita akan kembali berjalan normal. Di tengah-tengah upaya manusiawi untuk mengatasi virus corona ini, kita tetap menaruh harapan pada karya penyelamatan Allah.
Saya menutup tulisan ini dengan rumusan doa komuni batin:

Yesusku,
aku percaya bahwa Engkau hadir dalam Sakramen Mahakudus.
Aku mengasihi-Mu melebihi segala sesuatu,
dan aku merindukan Engkau dalam seluruh jiwaku.
Karena aku tidak dapat menerima-Mu secara sakramental saat ini,
maka datanglah ya Tuhan sekurang-kurangnya secara rohani dalam hatiku,
meskipun Engkau selalu telah datang.
Aku memeluk-Mu dan ingin mempersatukan seluruh diriku seutuhnya dengan-Mu,
dan jangan ijinkan aku terpisah dari-Mu. Amin
[**Disadur dari berbagai sumber, P. Blasius S. Yesse, Pr]

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget