Januari 2025

 

Ket Foto: Pelita di altar saat misa Nataru SEKAMI Paroki Pinangsori.

Kamis, 30 Januari 2025

PB III/C 

Markus 4: 21 - 25 


Kampung Gempar dihebohkan, seorang buta berjalan di malam hari memakai senter. Banyak orang tertawa mendengar ini, sehingga setiap kendaraan yg melewati kampung gempar pasti melaju  pelan-pelan karena ingin menyaksikan orang buta berjalan memakai senter. Meskipun untuk itu mereka sering tidak memperhatikan lampu lalu lintas (🚦) “Manusia kadang unik, lebih memperhatikan hal yang tidak wajar dari pada yang wajar” 

Melalui perumpamaan Injil hari ini, kita dihantar untuk merenung sejenak apa yang dapat kita lakukan semasa kita hidup? Bagaimana kita akan menggunakan pelita yang ada pada kita? Akankah kita menerangi sesama atau menutupi pelita kita hingga menjadi redup dan padam?

Saudara-saudara terkasih, Firman Tuhan adalah pelita yang harus menyala di kegelapan malam. Jika kita tak pernah bersaksi, maka iman tersimpan dalam Alkitab yang tertutup. Kiranya hal itu sama seperti pelita kecil di bawah gantang. Jika iman dihayati dalam kesaksian hidup sehari-hari di keluarga dan komunitas, ia ibaratkan pelita yang diletakkan di atas meja yang bersinar terang benderang!. Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh RM. Adytia Petanginangin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil - Pinangsori)

 

Bapa Uskup mengajak para imam sebagai petugas pastoral tertahbis
 untuk mempelajari RSPKS lebih serius

Sapaan Bapa Uskup dalam pertemuan hari kedua:

Kita harus siap mempelajari dan menguasai isi sinode yang sudah di bukukan, agar pemahaman pastoral kita lebih sempurna karena “kita adalah petugas pastoral tertahbis”, dengan itu kita diharuskan mampu mengaplikasikan semangat pastoral yang telah disusun bersama para imam dan umat dari keuskupan kita sehingga dengannnya semua harapan dalam visi misi tersampaikan ke seluruh umat.

RSPKS yang telah dibukukan adalah Evaluasi pembelajaran, dimana proses untuk menilai dan mengukur kemajuan pembelajaran pendampingan petugas pastoral. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai dalam pengembangan visi dan misi Keuskupan.

Dengan demikian kita dapat memahami bahwa evaluasi pembelajaran dapat diartikan sebagai:

·       Proses menentukan kemajuan dasar pastoral.

·       Proses menafsirkan, mendapatkan, dan mengemukakan laporan bagi petunjuk pihak-pihak yang mengambil keputusan.

·       Proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan 

·       Proses mengumpulkan informasi tentang pencapaian hasil belajar bersama

 

Dan pada akhirnya evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan instrumen pensosialisasian. Evaluasi yang efektif dapat membantu pendamping dalam mengidentifikasi kebutuhan umat dan meningkatkan kualitas pembelajaran berpastoral.

Tujuan evaluasi sosialisasi ini untuk mengetahui proses pembelajaran, Mengetahui apa yang telah dicapai dan apa yang belum, Meningkatkan kualitas proses pastoral aktif, Mengetahui keberhasilan program/ matriks, Mengetahui kesukaran-kesukaran yang melekat pada proses di tengah umat. 

PBI Mela - Sibolga, 30 Januari 2025

 

Sapaan Kegembalaan Mgr. Fransiskus Sinaga dan
Penyerahan Buku hasil Sinode III oleh Tim Dari PUSPAS-KS

Sapaan Kegembalaan dari Bapa Uskup Sibolga Mgr. Fransiskus Sinaga kepada para Pastor dan anggota komisi peserta Sosialisasi RSPKS Hasil Sinode III.
Bapa Uskup mengajak agar semakin semangat dan bersinergi dalam membangun semangat visi-misi Keuskupan yaitu “ Gereja Keuskupan Sibolga yang Berakar dalam Iman, Bertumbuh dalam Persekutuan dan Berbuah dalam Kesaksian”.
Kiranya melalui visi ini semangat berpastoral semakin menghadirkan kesaksian iman yang luarbiasa dan memampukan perkembangan iman dengan refleksi yang semakin mendekatkan diri dengan Tuhan.

Ket Foto: Peletakan batu pondasi Gereja Paroki St. Yohanes Penginjil-Pinangsori oleh Bp Uskup keuskupan Sibolga 27 Jan 2025



Rabu, 29 Januari 25

PB III/C 

Markus 4: 1 - 20 


Seorang ibu bermimpi masuk ke toko di surga, dan terkejut, menemukan Tuhan menjaga toko. “Tuhan, Engkau menjual apa di sini?” ia bertanya. “Apa saja yang menjadi keinginan hatimu,” kata Tuhan. Spontan ia berteriak: “Aku minta: Kaya raya, anak-anak sukses dan masuk surga”. Tuhan tersenyum. “Halooooo… kukira, engkau salah paham, anakKu,” kata-Nya. “Kami tidak menjual buah, tetapi benih untuk segala keinginan hati.”

Injil hari ini berkisah perumpamaan Yesus tentang penabur yang menaburkan firman di berbagai jenis tanah. Perumpamaan ini menggambarkan bagaimana orang-orang menerima firman Tuhan dengan cara yang berbeda-beda. 

Saudara-saudari terkasih, Iman adalah inisiatif dari penabur yang menaburkan benih firman. Inisiatif Tuhan selalu bebas dan berlimpah. Siapakah yang akan menabur di antara batu? Siapa pula yang menyia-nyiakan benih dengan membuangnya ke aspal? TUHAN MELAKUKANNYA. Dia tahu bahwa mukjizat terjadi dan bahkan hati yang paling keras pun bisa terbuka untuk menyambut Firman. Bagaimana akhirnya firman itu tertanam dan bertumbuh?. Keputusan dan perjuangan hidup andalah yang menentukannya.

Bagi saudara-saudari kami yg merayakan Hari Raya Imlek

Kami haturkan: 

“GONG XI FA CAI”  

Tuhan memberkati. (Ditulis oleh RM. Adytia Petanginangin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil - Pinangsori)


 


Selamat Hari Raya Imlek,  Bagi umat  Etnis Tionghoa semoga kita tetap terinspirasi, penuh harapan, dan penuh cinta sepanjang tahun. Biarlah setiap hari di tahun 2025 membawa keharmonisan, tawa, dan berkat yang tak ada habisnya dan menginspirasi kita  seperti kisah indah yang penuh dengan kejutan. Tahun Baru Imlek tanggal 29 Januari 2025. dimanaPeringatan tersebut menjadi momen yang penuh dengan kehangatan bersama keluarga, teman, atau kerabat lain.


Selamat Hari Raya Imlek!- Gong Xi Fa Cai

Lauderis Domine Deus Meus

 “Semoga Engkau dipuji, ya Tuhanku dan Allahku”. 

 


Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gereja Paroki St. Yohanes Penginjil - Pinangsori

Setelah menunggu 20 tahun lebih akhirnya pada hari Senin, 27 Januari 2025, seluruh umat Paroki St. Yohanes Penginjil, Pinangsori patut bersyukur karena Bapa Uskup Sibolga Mgr. Fransiskus Sinaga memimpin ibadat peletakan batu pertama pembangunan gereja paroki didampingi Pastor Paroki Pst. Adytia Peranginangin OCarm.
Cuaca cerah mengiringi ibadat sederhana yang juga dihadiri oleh utusan PJ Bupati Tapteng Dr. Sugeng Riyanta, SH, MH dan Camat Pinangsori serta unsur kepolisian dan TNI serta para Lektor dan umat stasi Pandurungan. Tampak para pastor dan suster yang hadir dalam upacara tersebut.
Dalam kotbahnya Mgr. Fransiskus menyinggung soal umat Allah sebagai Gereja yang hidup dan memohon partisipasi seluruh umat Paroki Pinangsori untuk bahu membahu mendukung pembangunan Gereja Paroki.
Dari sekilas gambar yang ada, bangunan gereja nantinya akan menjadi ikon di wilayah kabupaten Tapanuli Tengah dan dipersembahkan sebagai Gereja Tahun Jubelium 2025.
Proficiat umat paroki St. Yohanes Penginjil, Pinangsori. Semoga menjadi batu-batu yang hidup dan batu karang yang kokoh sebagai dasar membangun tempat kudus Tuhan. (Pst. Ignatius Purwo OSC)


Ket Foto: Para umat usia senior bersiap senam manula rutin di aula Paroki Pinangsori 

Suatu hari kakek dan nenek bertengkar. Mereka tidak cakap seharian. Maka sang kakek lalu membongkar semua lemari, laci, rak segalanya. Sehingga sang nenek jadi gusar dan memecah keheningan sambil bertanya dengan jengkel: “Apa sebenarnya yang kamu cari dari tadi!!” Langsung kakek menjawab dengan senyum: “Akhirnya kutemukan kembali suaramu yang hilang.”🤣 keluarga tanpa komunikasi sehati bukanlah keluarga. 

Injil hari ini mengisahkan  jawaban Yesus ketika orang-orang mempertanyakan ibu dan saudaraNya. Sambil memandang orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya, Ia berkata: "inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." 

Saudara-saudari terkasih, keluarga yang sejati adalah keluarga yang diikat oleh ikatan bathin yang tak bisa dibatasi oleh ruang maupun waktu. Ikatan iman kiranya mempererat keluarga lebih dari sekedar ikatan kartu KK ataupun berteduh seatap. Keluarga sejati abadi selamanya dan ini dimulai dengan seiman melakukan kehendak Tuhan. Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh RM. Adytia Petanginangin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil - Pinangsori)


 

Ket Foto: Komunitas pastoran dan susteran Pinangsori 

merayakan ekaristi harian rutin “datang kepada Tuhan”


Senin, 27 Januari 2025

PB III/C 

Markus 3: 22 - 30 

Seorang tukang pangkas berkeluh kesah pada pastor bahwa “Tuhan sudah tidak ada lagi!” Koruptor merajalela, orang tercinta menderita sakit, anak tak berdosa mati, seandainya Yesus ada pasti semua terselesaikan. Lalu pastor bertanya: “Tukang pangkas sudah tidak ada!”. Tukang pangkas tertawa: “loh ini aku ada .. pastorrr 🤣” lalu pastor berkata: “lantas kenapa banyak orang yang rambutnya gondrong dan gimbal ?”. Tukang Pangkas menjawab: “itu karena mereka yang tak mau datang ke tukang pangkas!”. Demikianlah Tuhan itu ada tapi manusia yang tak mau datang padaNya sehingga hidup dan jatuh dalam kepahitan dosa.

Dalam Injil hari ini, Markus menulis, Sabda Yesus: ”semua doa dan hujat anak-anak manusia diampuni, tetapi siapa pun yang menghujat Roh Kudus tidak akan diampuni selamanya. "Menghujat Roh Kudus adalah  tertutup terhadap pengampunan, tidak ingin diampuni, tidak membiarkan dirinya diampuni.” Kiranya hal di atas  mengingkari pengurapan imamat Kristus yang mempersembahkan diri-Nya bagi pengampunan dosa.

Saudara-saudari terkasih, manusia tidak terselamatkan  bukan karena Tuhan tidak ingin mengampuninya, tetapi karena manusia menutup diri, tak mau datang padaNya sehingga tidak dapat rahmat pengampunan tiada padanya. Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh RM. Adytia Petanginangin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil - Pinangsori)

Ket Foto: umat bergotong royong “tunggal” menggali lubang fondasi Gereja Paroki.

Minggu, 26 Januari 2025

Minggu PB III/C 

Luk Luk. 1:1-4; 4:14-21 .

Seorang pemuda yang baru bertobat mengalami pencerahan. Dia tulis sajak pencerahan “Meski Delapan penjuru mata angin kepahitan menerpa hamba, hati tetap kukuh pada kedamaian.”  Dan ia langsung mengirim puisi itu pada pimpinan spiritual. Tak menunggu lama ia langsung dapat jawaban sepucuk surat tertulis : “..TUT!!” Sang pemuda emosi langsung mendatangi pimpinan spiritual hendak menuntutnya!! Tapi sambil tersenyum ia berkata: “Anakku engkau mengatakan sudah mendapat pencerahan, bahkan delapan penjuru mata angin menerpa engkau kukuh.. tapi hanya sebuah tulisan “Tut” sudah membuat dirimu goncang dan lepas kendali.” -ada banyak pribadi lihai bicara tapi “lumpuh” berbuat-

Injil hari ini mengangkat kitab Nabi Yesaya  yg dibaca Yesus: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas..."

Saudara-saudari terkasih, Hanya orang yang merasakan kekuranganlah yang akan diselamatkan. Sebab orang jenis ini adalah jenis pribadi yang “tahu diri”, artinya hidupnya hanya mengandalkan Allah semata. Apa kekuranganku dalam hidup keluarga? Kebohongan dalam usaha? Keengganan berbagi pada yang berkekurangan?… Roh Tuhan ada Pada Anda.. untuk berbuat … cukup sudah berkata-kata.
Tuhan memberkati.
(Ditulis oleh RM. Adytia Petanginangin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil - Pinangsori)

 

Ket Foto: Bersama para misdinar “Bermisi lewat kegiatan rutin liturgi”



Sabtu, 25 Januari 2025

Pesta “Bertobatnya St. Paulus Rasul

Markus 16: 15 - 18


Setelah bom atom memorak porandakan Jepang, yang membuat mereka menyerah tanpa syarat pada sekutu. Kaisar Hirohito mengeluarkan perintah pertama untuk mengumpulkan para guru dan membangun kembali Jepang. “She no on way ama yori mo takai, umi yori ma fukai” yang artinya “Jasa guru lebih tinggi dari gunung yang tinggi, lebih dalam dari laut yang dalam”

Sementara di gerbang sebuah Universitas di Afrika Selatan tertulis:  "Untuk menghancurkan sebuah bangsa, tidak perlu dengan bom,  roket, dan senjata berat, tapi  dengan membiarkan para murid MENCONTEK  dan bermalas-malasan". “Membangun dan Merusak” sebenarnya suatu proses yang sama yakni kembali kepada pribadi masing-masing”

Hari ini Gereja merayakan Pesta “Bertobatnya St. Paulus Rasul” sang misionaris sejati. Kutipan Injil hari ini “Beritakan Injil kepada segala makhluk” (Mrk. 16: 15). Anda akan melakukan keajaiban (lihat ayat 17-18). Dan Tuhan akan menyertai kita sampai akhir dunia. Kiranya sesuai dengan hidup  rasul Paulus.

Saudara-saudari terkasih, Setiap pengikut Kristus dipanggil menjadi misionaris. Menjadi misionaris adalah keluar dari diri benteng egoisme. Karena Iman harus disebarkan: bukan pertama-tama dengan metode meyakinkan atau dengan menawarkan harta. Tetapi keluar dari kesaksian hidup keseharian kita sendiri yang membuat orang hormat dan meneladani kita. Kristus sudah pasti selalu menyertai Gereja, tapi proses “membangun dan merusak Gereja kembali kepada pribadi umat masing-masing”.

Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Ket foto: acara pembinaan Remaja Katolik di paroki Pinangsori 

Dalam sebuah acara aksi panggilan frater SUKSES besar ... semua peserta kaum muda mau ikut panggilan Tuhan!!! Akhirnya pimpinan biara bertanya pada frater: “Memang apa metode yg kamu lakukan sehingga semua kaum muda itu ikut panggilan Tuhan?” Frater menjawab: “saya suruh kaum muda memilih: Ikut panggilan Tuhan ? Atau Mau dipanggil Tuhan?!… 🤣🤪🤣

Setiap pribadi dipanggil oleh Tuhan dan membutuhkan jawaban yg tulus

Dalam Injil hari ini: Yesus membawa para murid naik ke gunung artinya, memisahkan diri dari orang banyak dan “memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya” (Mrk 3,13). Tuhan menghendaki SIAPAPUN ikut panggilanNya secara tahu mau bebas dan sadar. Keputusan Bathin ini membutuhkan usaha dari pihak manusia agar tidak menjadi Judas! 

Saudara-saudari terkasih, Panggilan Yesus hari ini menyambut kita di awal aktivitas hidup. Dibutuhkan sikap pribadi yang tulus, karena kita juga orang berdosa, punya kelemahan, punya bahaya Yudas. Berjagalah dalam doa agar mampu berakar dalam iman, bertumbuh dalam persekutuan dan berbuah dalam kesaksian. 

Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Suatu hari paduka Sultan marah besar pada Nasrudin.“Nah, katakan padaku, kalau kau masih menyayangi nyawamu,” Gertak sultan, “Bagaimana sebenarnya tampang setan itu?”

Ket Foto: memantau perjalanan team Pastoral ke stasi melalui Spion sepeda motor


“Baiklah, Paduka yang mulia,’ Jawab Nasrudin sambil tersenyum. Ia menyodorkan cermin kepada Sultan dan berkata, “Silahkan Paduka melihatnya sendiri.” 

Filosofi cermin dalam kehidupan adalah alat untuk introspeksi diri

Dalam Injil hari ini, Yesus mengajak kita untuk melihat ke dalam: bersyukur atas tanah kita yang baik dan mengerjakan tanah yang belum baik. Mari kita bertanya pada diri sendiri apakah hati kita terbuka untuk menyambut benih Firman Tuhan dengan iman.

Saudara-saudari terkasih, Marilah kita menemukan keberanian untuk melakukan pembersihan tanah dengan baik, pembersihan hati kita dengan baik , membawa batu dan semak duri kita kepada Tuhan dalam Pengakuan Dosa dan doa. Tuhan memberkati

(Ditulis oleh Rm. Adytia Peranginangin, OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori)

 

Ket Foto: Saat upacara Pembaptisan bayi di stasi. “Janji kebaikan digaungkan”


Rabu, 22 Januari 2025

Pekan Biasa II/C 

Mark. 3: 1 - 6 


Kompasiana.com tahun 2016 terbit dengan sebuah tulisan: "Ahok:Siap Mati Demi Kebaikan Jakarta" (penulis: Hotman J. Lumban Gaol), bahkan dia proklamirkan: “Hidup bagiku adalah Kristus, mati adalah keuntungan.” Sikap itu dia jalankan demi memperjuangkan kesejahteraan, kehidupan yang lebih baik masyarakat Jakarta. Dan kita menyaksikan konsekwensi inisiatifnya itu di kemudian hari. 

"Mari, berdirilah di tengah!" Sahut Yesus pada org lumpuh di sinagoga, dalam Injil

Hari ini. Meskipun  ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, siap menghakimi Yesus atas inisiatif kasihNya. Ia tetap berkata: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan si lumpuh mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Yesus memilih “mati demi kebaikan”. 

Saudara-saudari terkasih, ada banyak pribadi yg berinisiatif demi kebaikan dengan resiko “mati”. Setidaknya kita telah “mencecap” inisiatif itu dari org tua yg melahirkan kita. Tak jarang cinta mereka “bertepuk sebelah tangan” anak yang dicinta belum mengerti akan arti kasih org tua lewat larangan, hukuman bahkan tak jarang mereka harus berperan sebagai pribadi yang tidak disukai anak. Tapi mereka tetap memilih “mati demi kebaikan” ya memang kebaikan itu baru disadari -umumnya- setelah kematian menyambut mereka. 

Tuhan memberkati😇

Rm Adytia OCarm🙏

Ket Foto: bersama umat memberikan
pelayanan Sakramen Perminyakan bagi umat yang terhalang secara kanonis. 


Selasa, 21 Januari 2025

PW ST. Agnes 

Mark. 2: 23-28

Seorang hakim bertanya kepada terdakwa, "Mengapa kamu mencuri roti?" Terdakwa menjawab, "Yang Mulia, saya mencuri roti karena saya lapar dan tidak punya uang." Hakim kemudian berkata, "Baiklah, saya akan membebaskanmu. Namun, saya juga akan memberikanmu pekerjaan sosial agar kamu tidak perlu mencuri lagi." Fungsi utama hukum adalah untuk membuat manusia lebih bermartabat krn hukum dibuat untuk manusia. 

Injil hari ini mengingatkan kita bahwa, Hari Sabat adalah hari menghormati Tuhan yang beristirahat setelah mencipta dunia dan isinya. Hari sabat merupakan identitas bahwa kita adalah ciptaan-Nya, maka hidup manusia lebih penting daripada aturan yang dibuat. Bukan justru sebaliknya.

Saudara-saudari terkasih, Yesus mengajak kita melihat moralitas lebih dalam, melalui hati nurani guna mengikuti atau menolak aturan.  St. Agnes menolak aturan menyembah kaisar karena menduakan Tuhan yg bertentangan dengan hati nurani sehingga menjadi martir. Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh Rm. Adytia Peranginangin, OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori)

Ket Foto: memotivasi umat pedalaman untuk bersekolah dgn membagi sepatu 

Judul: Perubahan

20/1’25, Senin Pekan Biasa II/C Mark 2:18-22


Seorang Putri Indonesia tamatan “universities National Australia” Yang aktif merintis pendidikan alternatif dan tinggal bersama masyarakat terasing dan terpencil di Indonesia, Butet br Manurung mengatakan: “Pendidikan yang Terbaik adalah yang Membantu Mereka Siap Hadapi Perubahan”


Injil hari ini menceritakan para ahli hukum Yahudi mencela Yesus karena murid-murid-Nya tidak berpuasa. Yesus menanggapinya dengan prinsip hidup ini: “Tidak seorang pun menjahitkan secarik kain kasar pada baju yang sudah tua; karena tambalan baru akan merobek kain lama semakin parah.


Saudara-saudari terkasih, “Apakah Yesus bermaksud merubah undang-undang? TIDAK!". Sebaliknya, yang dimaksud adalah “manusia harus mempunyai hati yang terbuka”.  Sikap orang-orang yang mengatakan: “Dulu atau Selama ini selalu begitu…” sebenarnya muncul dari “hati yang tertutup”. Hati yg terbuka adalah pribadi yg mau bertobat, BERUBAH menjadi lebih baik. Perubahan sikap adalah buah dari hati yg terbuka. 

Tuhan memberkati 😇

Rm Adytia OCarm🙏


 Ibu yang Perhatian 

19/1’25, Minggu Pekan II/C. Yoh 2:1-11


Menarik menyimak Tulisan “Kenapa Emak-emak Sering Salah Kasih Lampu Sein, Sein Kanan Belok Kiri?(Kompas.com, 21 Januari 2021, 11:48 WIB) ada banyak teori mencoba menjelaskan hal itu dan semua bermuara pada kata “kurang fokus” padahal menurut saya hal itu terjadi karena mereka terlalu fokus pada banyak hal. Bayangkan peran ibu di rumah, mulai mata terbuka di pagi hari, siapkan sarapan, bangunkan anak2, mandi, pakaian sekolah… belum lagi suami… antar anak sekolah, mau bayar listrik token listrik, belanja dengan budget pas-pasan… dll.. 


Injil hari ini mengisahkan Mukjizat Perdana Yesus. Saat pesta perkawinan di Kana mencapai puncaknya, anggur sudah habis; Bunda Maria FOKUS hal ini dan berkata kepada Yesus: «Mereka tidak punya anggur» (ayat 3). Lalu, mari kita renungkan kata-kata yang diucapkan Maria kepada para pelayan di pernikahan Kana: "Lakukanlah apa saja yang diperintahkan kepadamu" (ayat 5). 


Saudara-saudari terkasih, Bahkan saat ini Bunda Maria berkata kepada kita semua: “Apapun yang Dia perintahkan kepadamu, lakukanlah”. Kata-kata ini adalah warisan berharga yang Ibunda tinggalkan untuk kita. Ketika kita berada dalam situasi sulit, timbul masalah yang tak terselesaikan, pergilah kepada Bunda Maria dan tetap berupaya & berdoa… karena “Tuhan telah membuat segalanya indah pada waktunya.”

Tuhan memberkati 😇

Rm Adytia OCarm🙏

(Ket Foto: Tim Pastoral dibantu menyeberangi sungai dalam perjalanan Tourne ke stasi)


Lubuk Larangan 

Kamis, 18 Januari 2025

Sabtu Pekan Biasa I/C 

Markus 2:13-17 

Bila kita melintas di wilayah paroki Pinangsori (antara TAPTENG-TAPSEL) kita akan menemui banyak sungai yang dijuluki “Lubuk Larangan “. Lubuk larangan adalah kearifan lokal yang menjaga agar ikan-ikan endemik di perairan sungai tetap lestari dan tidak punah di habitat aslinya. Masyarakat percaya, orang yang menangkap ikan, akan menderita sakit yang tidak bisa diobati hingga meninggal. 

Injil hari ini, kisah Panggilan Matius mengisahkan harta karun hati Yesus. Tuhan tidak mengecualikan siapa pun mengundang diriNya. Maka masuklah ia ke rumah Matius, pemungut cukai, dengan segala “kejahatannya”.

Saudara-saudari terkasih, Yesus tidak terhalang oleh “apa yang akan mereka katakan” atau oleh dosa siapa pun, karena Dia adalah Juruselamat manusia. Yesus mengasihimu dan itu sudah cukup. Kuasa Tuhan tidak bisa dibatasi oleh kedosaan atau teritori larangan buatan manusia. Sepekat apapun dosa Anda tidak menghalangi kuasa Cinta Tuhan memanggilmu. Betapa mengagumkan kasih Tuhan. Tuhan memberkati.
(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

 Persahabatan 

Kamis, 17 Januari 2025

PW. ST Antonius, Pertapa, 

Markus 2:1-12 


Sahabat sejati laksana  bintang di angkasa. kamu tidak selalu dapat melihat bintang, tetapi bintang selalu ada pada titik koordinatnya. Demikianlah sahabat sejati selalu ada dan tetap dipihakmu bahkan di saat jarak terentang dan waktu berat melandamu. 

Injil hari ini mengisahkan penyembuhan dramatis, tatkala Yesus berkhotbah di dalam rumah, teman orang lumpuh membuat lubang di atap dan menurunkannya di hadapan Yesus & kerumunan orang. “Yesus, melihat iman mereka” menyembuhkan, segalanya: mengampuni dosa, memperbaharui kehidupan orang lumpuh dan teman-temannya.

Saudara-saudari terkasih,  Yesus melakukan penyembuhan fisik dan spiritual, secara keseluruhan, melalui hasil pertemuan pribadi dan sosial. Sebagai murid-murid Tuhan Yesus, yang merupakan dokter jiwa dan raga, kita dipanggil untuk melanjutkan “pekerjaan penyembuhan dan keselamatan-Nya” melalui persahabatan & pergaulan sosial yang sehat dan wajar.

Tuhan memberkati 🙏

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

ket. foto: Menemani para sahabat bekerja
dok. P. Aditya O.Carm



Ket Foto: pagar di halaman dengan embun sejuk terperangkap dijaring laba-laba


Kamis, 16 Januari 2025 

Pekan I/C 

Markus 1:40-45 

Akhir-akhir ini bangsa Indonesia dihebohkan dengan pagar bambu sepanjang lebih 30KM di pesisir pantai Tangerang.  Bayangkan 270 juta manusia dan kabinet “gemuk” Indonesia Maju, serta 3 Matra TNI dan kepolisian serta semua aparat pemerintah mulai dari presiden sampai kepala lingkungan… “terkecoh.”“Dunia saat ini justru sedang membangun jembatan yang saling mendekatkan.” 

Injil hari ini mengisahkan Penderita kusta dianggap najis dan menurut ketentuan Undang-undang, harus tetap berada di luar kota. Yesus, melihat penderita kusta, merasa kasihan padanya. Mereka dikucilkan dari setiap hubungan kemanusiaan, sosial, dan keagamaan. Yesus menyuruhnya mendekat, menyentuhnya dan memulihkannya. 

Saudara-saudari terkasih, Tuhan telah datang dekat dengan kehidupan kita, berbelas kasihan terhadap nasib umat manusia yang terluka dan datang untuk meruntuhkan setiap penghalang yang menghalangi kita untuk menjalani hubungan dengan-Nya, dengan orang lain, dan dengan diri kita sendiri. Runtuhkan benteng egoisme dan rentangkan jembatan kasih dengan sesama. 

Tuhan memberkati.

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Pelayanan Pengobatan Gratis oleh Tim Pastoral Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori 


Rabu, 15 Januari 2025

Pekan Biasa I/C 

Mark 1:29-39


Seorang penderita sakit datang ke dokter, lalu dokter memeriksanya dan memberi obat. Lalu berkata: “bapak sakit batuk, saya beri bapak obat sirup minum 2 sendok sehabis makan” 

Si pasien menunjukkan raut wajah keberatan seakan menolak sambil berkata: “maaf dok saya tidak biasa makan pakai sendok, saya makan pakai tangan.” 🤢😱🤢🤣🤣🤣

Injil hari ini menyajikan kisah kesembuhan yang dilakukan Yesus terhadap ibu mertua Petrus dan kemudian banyak orang sakit dan menderita lainnya.  Sikap dan gerak tubuh Yesus merupakan simbol: "Ia mendekati perempuan itu, sambil memegang  tangannya Yesus membangunkan dia…" (ayat 31), kata Penginjil. 

Saudara-saudari terkasih. 

Kuasa penyembuhan Yesus tidak menemui penolakan; dan orang yang disembuhkan melanjutkan kehidupan normalnya. Segera memikirkan dan berbuat untuk orang lain ini adalah tanda "kesehatan" yang sebenarnya! 

Sehat adalah hidup yang seimbang. Ada banyak yang sehat secara fisik namun belum tentu secara spiritual sehat. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

P. Adytia Peranginangin OCarm bersama dengan Para Guru Agama Katolik Keuskupan Sibolga dan BIMMASKAT Prov. Sumut


Selasa, 14 Januari 2025

Pekan Biasa I/C. 

Markus 1:21b-28


Seorang bapak menasehati anaknya: “anakku jangan pernah sekali-kali kamu pergi ke tempat judi sabung ayam ya anakku!!” Si anak mengangguk… tetapi di dalam hati justru timbul rasa ingin tahu apa itu sabung ayam.. akhirnya diam-diam ia pergi ke tempat itu… dan ia melihat bapaknya sedang menyabung ayam 🤣🤢🤪

Orang bijak akan malu jika perkataannya lebih berharga dari tindakannya. (Confucius)

Dalam Injil hari ini dikisahkan bahwa orang-orang Yahudi takjub mendengar pengajaran Yesus, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Ajaran Yesus tercermin dalam hidup-Nya bahkan secara spontan orang kerasukan setan pun disembuhkan. 

Saudara-saudari terkasih.

Betapa besar kerugian yang ditimbulkan bagi Gereja oleh  karena anggota maupun pimpinannya  yang tidak memberikan kesaksian dari dirinya sendiri, sehingga menjauhkan diri mereka dari gaya Tuhan, dari “kuasa”-Nya yang otentik. Kita tidak diwajibkan mengusir setan dari diri orang lain, tapi wajib membebaskan diri dari godaan setan. Inilah langkah awal mengikuti gaya Yesus.

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Kaum berjubah dari Paroki St. Fransiskus Asisi Pangaribuan berfoto bersama seusai Perayaan Ekaristi 


Berjalan bersama Kaum Berjubah Paroki St. Fransiskus Asisi Pangaribuan merupakan perjalanan yang sungguh mendatangkan sukacita dalam panggilan. 

Dalam suratnya kepada para seminaris dan novis, Paus Fransiskus mengajak kaum berjubah untuk menyadari betapa indahnya panggilan Tuhan. “Kita orang yang terpanggil secara khusus, dengan cara hidup yang khusus, hendaknya mengikuti Yesus dengan bangga sembari membagikan kegembiraan, karena menerima anugerah panggilan khusus dalam tugas pengabdian, sambil mengajak orang lain mengikuti panggilan-Nya”. 

Kaum berjubah adalah orang-orang terberkati karena Allah mengaruniakan Roh-Nya kepada mereka, sehingga mereka disebut sebagai rohaniawan/ti. 

Sebagai seorang rohaniawan/ti, mereka hendaknya selalu sadar bahwa “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh karena Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin… (Luk 4:18). 

 
Foto bersama Kaum berjubah dari Paroki St Fransiskus Asisi di depan Aula St. Albertus Pangaribuan

Jubah sebagai busana Rohani adalah pakaian atau busana khas orang-orang yang Roh Tuhan ada pada mereka. Busana Rohani yang sekaligus menjadi simbol penghiburan Allah atas perjalanan dan perjuangan panjang hidup mereka. Kegembiraan ini adalah kekuatan yang membantu kaum berjubah untuk tetap setia dalam menapaki panggilan sesuai dengan semangat atau spiritualitasnya masing-masing.

Kegembiraan di sini adalah kegembiraan salib. Kaum berjubah dipanggil oleh Yesus untuk secara lebih dekat, tinggal bersama dengan Dia (manete in me) tinggallah pada-Ku. Tinggallah bersama Aku, berarti sebuah ajakan atau bahkan perintah untuk menjaga kesadaran sebagai anak Allah, selain mengacu pada situasi bahwa seseorang sudah menemukan tempat yang paling tepat baginya, yaitu bersama dengan Yesus. Dengan demikian Kaum Berjubah adalah orang-orang yang juga telah menemukan tempat yang permanen dalam hidupnya, telah selesai dalam masa pencarian identitas diri, yaitu tinggal bersama dengan Yesus. Asumsinya adalah mencintai Yesus sampai sehabis-habisnya, sebab kegembiraan yang ditawarkan oleh Yesus adalah kegembiraan salib, tinggal bersama dengan Yesus yang tersalib. Salib inilah yang akan mendampingi perjalanan kehidupan kaum berjubah dalam menyelesaikan segala tugas dan tanggungjawab serta menghadapi berbagi konflik yang mungkin terjadi. Kesadaran akan salib dan kerelaan untuk memikulnya adalah hakekat perjuangan seorang kaum berjubah. Kaum berjubah yang hidup tanpa perjuangan salib dengan demikian bukanlah rohaniawan/ti sejati.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada bulan September 2024 mengingatkan seluruh kaum berjubah dan umat beriman untuk hidup dalam sukacita iman, sukacita dalam persaudaraan dan berbelarasa (faith, fraternity, and compassion), semua itu digeluti dalam spiritualitas kesederhanaan. Kardinal Suharyo mengatakan bahwa inti iman yang sejati adalah persaudaraan dan makna bersaudara adalah bisa berbela rasa, yaitu sikap untuk mau berpihak dan merasakan penderitaan yang sama. Khusus untuk kaum berjubah, diingatkan untuk senantiasa memelihara nilai-nilai persaudaraan yang oleh karena perkembangan teknologi mulai memudar. Perlu disadari secara khusus dalam komunitas-komunitas kaum berjubah akan pentingnya persaudaraan yang nyata, bukan persaudaraan yang maya. Sebab dalam persaudaraan yang nyata, ada sukacita yang nyata pula. Oleh karena itu, hendaknya perjumpaan di dunia maya tidak mengalahkan perjumpaan kaum berjubah dalam dunia nyata. Adalah sangat baik apabila kaum berjubah mengambil waktu yang tampan untuk memberi diri dalam acara-acara kebersamaa, saling berbagi pengalaman iman, bercanda-gurau, sharing panggilan, saling menopang dan menguatkan satu sama lain, sehingga dinamika kehidupannya menjadi lebih indah.

Sinode III Keuskupan Sibolga, mengajak seluruh umat beriman termasuk kaum berjubah untuk “berakar dalam iman, bertumbuh dalam Persekutuan, dan berbuah dalam kesaksian.” Terlepas dari tujuan umum sinode III Keuskupan Sibolga tersebut, adalah baik jika secara khusus kaum berjubah mengambil makna tersendiri atas motto itu. Kaum berjubah perlu mengaktualisasikan cara hidup mereka dengan membuka diri terhadap perkembangan zaman (mengkontekstualisasikan cara hidup kaum berjubah), dengan tetap memperhatikan ciri khasnya yaitu persekutuan dalam persaudaraan. Merawat persaudaraan itu sebaik mungkin, sehingga berbuah melimpah dalam perbuatan baik. Kaum berjubah bertumbuh dan berbuah di tengah arus dan tantangan jaman, menghadirkan Kerajaan Allah di dunia.

Tidak dipungkiri bahwa ada banyak tantangan, cobaan dan godaan baik dari dalam maupun dari luar, yang mencoba merongrong dan mendiskreditkan kehidupan kaum berjubah, bahkan ada yang mengalami kegersangan hidup bagaikan di padang gurun dan kehilangan orientasi hingga memutuskan untuk memilih jalan lain. Merasa sepi sendirian dalam keramaian, dikucilkan, difitnah, dicemooh, sampai merasa tidak ada pegangan hidup, merasa dunia hampa dan kosong. Itulah adalah jalan salib, di mana setiap orang diajak untuk menikmati derita salib dalam panggilan dengan pasrah kepada Allah. Adalah keprihatinan bersama jika ada kaum berjubah yang mangalami pergulatan batin seperti ini sebagaimana diajarkan oleh cara hidup jemaat perdana di mana “mereka bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kis. 2:42). 

Kaum berjubah dari Paroki St Fransiskus Asisi Pangaribuan sedang mengadakan pengukuhan pengurus di Pantai Kapusin

Kaum berjubah Paroki St. Fransiskus Asisi Pangaribuan merupakan salah satu wadah di mana anugerah penggilan khusus dihadirkan dalam semangat persaudaraan antar putra/i paroki. Lewat wadah ini kaum berjubah merawat persaudaraan dalam sukacita Injil antar ordo dan atau kongregasi, saling mengenal dan menguatkan, solider, dan bersama-sama mensyukuri rahmat panggilan khusus sebagai kaum berjubah. Selain itu, dalam kasih persaudaraan kaum berjubah membagi sukacita bersama umat beriman dalam aksi panggilan, serta memberi apresiasi kepada orangtua dan keluarga. Berjalan bersama Kaum Berjubah Paroki St. Fransiskus Asisi Pangaribuan dalam Persaudaraan yang Nyata dan bukan Maya. 

(Ditulis oleh RD. Rohendi S.M. Marpaung)

Dengan memegang foto bangunan gereja paroki, Mgr Fransiskus Sinaga dan Pak Ignatius Sago berfoto bersama 


Keuskupan mendapat kebaikan Tuhan melalui Bapak Ignasius Sago, pemilik PT Kebun Sawit Sago berupa bangunan Gereja Pusat di Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori.

Pak Sago dan tim sedang mengukur luas tanah tempat gereja paroki akan dibangun 

Sabtu, 11 Januari 2025, Pak Sago berkunjung ke lokasi pembangunan gedung gereja tersebut. Kehadiran Pak Sago disambut hangat oleh Mgr. Fransiskus Tuaman Sasfo Sinaga, Uskup Sibolga, dan juga RP. Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori.

Foto bersama (dari kiri ke kanan): RP. Adytia Peranginangin OCarm, Pak Ignatius Sago, Mgr. Fransiskus Sinaga dan RD Agustinus Hutabarat 


Dalam kunjungan tersebut, ditemani oleh Bapa Uskup, Pastor Adytia, Pastor Agustinus Hutabarat, Pr dan juga beberapa anggota Dewan Pastoral Paroki Inti (DPPI) Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori, Pak Sago mencoba meninjau lokasi pembangunan dan mendiskusikan beberapa konsep pembangunan yang akan dibuat nantinya.


Foto bersama: Mgr Fransiskus Sinaga, RP. Adytia Peranginangin OCarm, RD Agustinus Hutabarat, Pak Ignatius Sago, Anggota DPPI Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori dan juga tim dari Pak Sago


Untuk diketahui bersama, bapak Sago akan membantu seluruh proses pembangunan gedung gereja paroki tersebut. Kita berharap agar Tuhan senantiasa membantu keberlangsungan rencana pembangunan tersebut.


Teruntuk Pak Sago dan juga keluarga yang telah bermurah hati untuk membantu, semoga senantiasa dalam perlindungan Tuhan.


(Laporan dari RD. Agustinus Hutabarat)

Umat Mempersiapkan beberapa ekor ayam untuk persembahan 


Sabtu, 11 Januari 2025

Pekan setelah Epifani

Yoh 3:22-30


Saat kecil, di hari libur, saya pernah dibawa bapak ke kantornya. Rupanya dia lembur dan bekerja sendirian. Saat ditanya temannya, mengapa membawa anak ke kantor? Ayah saya menjawab: “saya mempersiapkan anak saya mengetahui tanggungjawab dan kerja bapaknya.” 

Dalam Injil hari ini, saat Yohanes menjawab pertanyaan para muridnya: “Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya.”

Saudara-saudari terkasih.

Seorang Kristen tidak membanggakan dirinya sendiri, dia mendahulukan orang lain, mempersiapkan jalan bagi orang lain. Dan seorang Kristen haruslah menjadi pribadi yang tahu bagaimana merendahkan dirinya sehingga Tuhan tumbuh, di dalam hati dan jiwa orang lain.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Anggota Komunitas Pastoran Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori berfoto di depan kolam pastoran 


Jumat, 10 Januari 2025 

Sesudah Minggu Epifani

Luk 5:12-16


Suatu hari seorang umat datang ke pastoran. Lalu sambil berbicara santai dan guyon ia mengeluh kalau setiap akhir bulan selalu kambuh penyakitnya. “Kanker!” Pastor langsung membawanya ke kolam di halaman pastoran. Dan berkata: “Saya beri solusi penyembuh kantong kering.. silahkan isi kantong dengan air kolam.”🤣🤣 penyakit tidak selalu bersifat fisik semata. 

Injil hari ini mengisahkan dialog orang sakit kusta dengan Yesus. “Tuan, jika Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku!” (Luk 5:12): inilah permintaan yang kita dengar dari seorang penderita kusta kepada Yesus. Orang ini tidak hanya meminta untuk disembuhkan, tetapi juga untuk “dimurnikan,” yaitu disembuhkan secara menyeluruh, baik jasmani maupun rohani. Yesus pun menyentuh si kusta dan disembuhkan.

Saudara-saudari terkasih.

Yesus mengajarkan kita untuk tidak takut menyentuh kaum miskin dan kaum terpinggirkan, karena Dia ada di dalam mereka. Menyentuh kaum miskin dapat memurnikan kita dari kemunafikan diri dan kecemasan terhadap kondisi mereka. Kiranya proses penyembuhan ini berlaku bagi kita semua. Awali aktivitas dengan doa : “Tuhan, jika Engkau mau, Engkau dapat menyucikan aku!”

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Para Ketus Stasi Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori sedang mengikuti workshop tentang berkotbah 

Rabu, 9 Januari 2025

Sesudah Pekan Penampakan Tuhan

Luk 4:14-22a


Suatu hari seorang ibu kewalahan memanggil anaknya yang bermain sampai malam hari. Maka dikatakan bahwa kalau malam ada banyak hantu. Mulai hari itu sang anak tak berani keluar malah menjadi takut. Lalu sang ibu mengambil kayu yg berbulu dan mengatakan: “kantungi ini, jimat anti hantu.” 

Agama yang benar harusnya memberi pencerahan mana yang benar dan mana yang sekadar mitos.

Dalam Injil hari ini Yesus berkhotbah pertama kali di Sinagoga Nazaret, tempat ia dibesarkan. Dia membaca gulungan kitab nabi Yesaya, yang menyatakan pesan penghiburan dan pembebasan bagi orang miskin dan tertindas. Setelah pembacaan selesai, “mata semua orang tertuju padanya” Dan Yesus memulai dengan mengatakan: “Pada hari ini telah genaplah Kitab Suci ini”. 

Mari kita fokus pada kata “hari ini.” Firman Tuhan selalu "hari ini". 

Saudara-saudari terkasih. Khotbah kiranya adalah sebuah pencerahan yang aktual, sesuai situasi hari ini. Khotbah yang membius umat dalam fanatisme atau bahkan “candu” yang menjauhkan umat dari realita hidup bukanlah khotbah yang diajarkan Kristus hari ini. 

Mari menjadi sabda hidup Tuhan dengan tekun beraktivitas dan berinteraksi dengan penuh kasih dan tanggung jawab. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm. Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

 

Gelang emas bukan saja sebagai hiasan tetapi juga sebagai jaminan investasi dalam rumah tangga


Rabu, 8 Januari 2025

Sesudah Penampakan Tuhan

Mrk 6:45-52 


Almarhum Gus Dur pernah mengisahkan bahwa: 

“Tidak ada jaminan kalau orang sudah profesor doktor, lalu tidak korupsi. Tidak ada jaminan juga kalau orang yang kaya lalu tidak korup,” jelasnya panjang lebar.

Tiba-tiba muridnya bertanya:  “Masa tidak ada apa pun yang bisa jadi jaminan?” “Ya tentu ada,”: jawabnya santai. “BPKB, sertifikat tanah, SK PNS,”: sembari tersenyum. 🤣🤣 

Injil hari ini menceritakan para murid yang tercekam di perahu karena badai dahsyat. Namun akhirnya Yesus datang meredakan badai dan mereka pun selamat. 

Episode ini adalah gambaran indah realitas Gereja sepanjang masa: Gereja juga harus menghadapi angin sakal dan badai, yang mengancam menenggelamkannya.

Saudara-saudari terkasih. Apa yang menyelamatkan Gereja bukanlah keberanian dan kualitas orang-orang-Nya: melainkan iman kepada Kristus dan firman-Nya. Bagaimana dengan hidup Anda? Apakah kita sudah menjaminkan hidup pada iman Kristus?

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin, OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori)

Mareko Laia, Katekis Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori sedang memangku putrinya 


Selasa, 7 Januari 2025

Hari biasa sesudah Penampakan Tuhan

Markus 6:34-44


Seorang ibu seraya senyum membangunkan anaknya dari tidur. Seorang anak selalu tersenyum pada supir bus yang mengantarnya ke sekolah. Supir bus pun tersenyum pada setiap penumpangnya. Semua penumpang di dalam bus tersenyum, lantas membagikan senyum pada orang di seluruh kota yang mereka jumpai. Senyum seluruh penduduk kota berawal dari satu senyum di pagi hari. 

Injil hari ini mengisahkan: “Ketika Yesus turun dari perahu, Ia melihat sekumpulan besar orang dan kasihan terhadap Yesus mereka, karena mereka seperti domba yang tidak bergembala, dan Ia mulai mengajari mereka banyak hal. " (ayat 34). Dalam kalimat pendek ini, penginjil menekankan tiga kata kerja: melihat, mengasihani & mengajar yang membuahkan mukjizat.

Saudara-saudari terkasih, inilah roti pertama yang  dipersembahkan Mesias kepada orang banyak yang lapar dan hilang: roti Sabda. Kita semua membutuhkan Sabda kebenaran untuk membimbing kita dan menerangi jalan kita. Setiap pribadi yang menerima Sabda-Nya adalah bagian dari mukjizat penggandaan, mari menjadi bagian dari Mukjizat Tuhan dengan mengimani Sabda Tuhan. 

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Pohon di musim gugur 


Senin, 6/1’25

Hari Biasa sesudah Minggu Epifani

Mat. 4:12-17,23-25


"Saya menyadari ada sesuatu yang sangat jujur tentang pohon di musim dingin, bagaimana mereka ahli dalam melepaskan segala sesuatunya." - Jeffrey McDaniel.  Kutipan kata bijaksana di atas menyadarkan kita, bahwa tiada  yang bisa lepas dari siklus ruang dan waktu di dunia, namun akan tetap selalu ada yang abadi. 

Dalam Injil Matius, Yesus memulai pelayanan publik-Nya setelah penangkapan Yohanes. Dan ini sendiri sudah “aneh.” Bukankah setelah melihat nasib buruk yang dialami Yohanes Pembaptis: dipenjara,  hidup dalam ketidakpastian, kita pasti tidak akan meniru tindakannya? sebaliknya Yesus melakukan sebaliknya: "Mari sekarang kita memulai".

Saudara-saudari terkasih, Yesus “berkeliling”, “berjalan”. dengan tujuan mewartakan keselamatan, penyembuhan meretas teror ke putus-asaan yang ditebar penguasa dengan tindakan semena-mena terhadap Yohanes Pembaptis. Dunia bisa memenjara badan tapi tak bisa mencengkeram jiwa. Mari berjalan bersama Yesus membebaskan jiwa-jiwa dari belenggu manusia lama yg putus asa. Caranya? Jadilah jiwa yang membebaskan.

Tuhan memberkati😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Umat Allah sedang terlibat dalam ibadah KBG


Kamis, 02/01’25

PW St Basilius Agung & St Gregorius A Nazianze, Uskup & Pujangga Gereja.

Saat saya masih kecil dan bersama keluarga tinggal di asrama Polisi. Kerap diajak teman-teman ke rumah ibadah mereka masing-masing. Sampai suatu waktu saya bertanya pada bapak saya: “Agama apakah kita sebenarnya pak?” Pertanyaan ini mengguncang hatinya sehingga ini menjadi titik balik kehidupan iman keluarga kami. 

Injil hari ini mengemukakan Santo Yohanes Pembaptis melambangkan persiapan pertemuan dengan Yesus Pertemuan dengan orang yang mewartakan Tuhan, baik imam maupun awam, dapat menjadi titik awal BERIMAN. 

Saudara-saudari terkasih. Jika orang yang Anda temui mengguncang Anda dengan teladan hidupnya, atau dalam kesaksiannya ada “suara” yang menghadirkan Sabda Allah, bukan perjumpaan itu yang mengubah Anda! Tetapi perjumpaan dengan Yesus yang mengubah Anda. Pribadi manusia atau rasul adalah sarana, persiapan, dan kesempatan yang  dipakai olehNya.

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget