Rosario dalam Hidupku: Menjadi Bejana Setia di Hadapan Tuhan

Dokumentasi Penulis 


Saya terlahir dari rahim seorang Ibu (mama), yang merawat, mendidik dan membesarkan aku,  hingga sekarang aku hidup di dunia ini. Doa (Salam Maria) adalah doa yang sangat sederhana, namun luar biasa dan banyak MUKJIZAT yang terjadi bila kita berdoa melalui perantara Bunda Maria. 

Bunda Maria mempunyai tempat tersendiri di hati saya sejak kecil.

Untuk berbicara dengan bunda, saya sering mendoakan rosario setiap hari. Namun, di beberapa kesempatan, aku mencoba memakai kedua tanganku sambil mengikuti doa. Tangan kiri untuk menghitung peristiwa, sedangkan tangan kanan untuk dasa Salam Maria. Selebihnya, sudah diingat-ingat dalam kepala.

Setelah mencoba kedua cara yang berbeda, aku menemukan sesuatu. Ada perbedaan menarik antara menggunakan tangan dengan menggunakan untaian Rosario. Mungkin, karena aku telah lama terbiasa dengan kalung, mendoakan Doa Rosario dengan tangan memberikan sensasi baru. Aku lebih terjaga dalam mengikuti setiap peristiwa dan Salam Maria karena selalu siaga mengingat doa dan bagian apa yang selanjutnya didoakan.

Akan tetapi, menggunakan tangan dalam doa ini juga mengajarkan padaku sesuatu yang lain. Aku tidak menggunakan sebuah kalung untuk berdoa, melainkan tubuhku sendiri. Tubuhku adalah alat untuk mendoakan Rosario. Dengan kata lain, akulah Rosario yang sedang aku doakan. 

Doa Rosario memang sering diidentikkan dengan kalung Rosario. Akan tetapi, aku memutuskan untuk membaktikan hidupku sebagai pendoa. Oleh sebab itu, setiap doa harus menyatu dengan hidupku, termasuk Doa Rosario. Aku harus menjadi Rosario yang hidup, dan doa Rosario harus menjadi hidup dalam diriku.

Keajaiban doa Rosario juga sangat saya rasakan ketika mama saya mengalami stroke,yang dimana mama divonis tidak bisa berjalan,namun dengan berdoa rosario setiap hari, mama bisa jalan,meskipun stroke nya harus tetap menjalani terapi .

Sampai hari ini saya masih terus terbangun dan berdoa Rosario. Kehidupan doa saya pun berkembang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, hingga detik ini saya tak pernah bosan atau jenuh berdoa Rosario, karena selalu ada hal baru yang Tuhan tambahkan kepada saya. Yang dulunya terbangun-berdoa Rosario-tidur lagi, kemudian bertambah menjadi sehabis doa Rosario lalu doa pagi. 

Lalu setelah itu bertambah dengan membaca bacaan Alkitab sesuai kalender liturgi gereja. Lalu bertambah lagi dengan meditasi. Setelah meditasi bertambah lagi berdoa Devosi kepada Santa Perawan Maria Pengurai Simpul Masalah. Lalu di akhir doa yang kurang lebih 1 jam yang saya lakukan saya tutup dengan lagu Ambilah Ya Tuhan (Doa Suscipe Santo Ignatius Loyola). 

Sampai detik ini saya menghidupi kehidupan doa pagi saya seperti Petrus, Yakobus dan Yohanes yang sedang diajak Tuhan Yesus naik ke gunung Tabor. Saya belum sampai puncaknya, masih terus berjalan bersama Yesus dan saya berharap kelak bisa sampai puncak dan Tuhan Yesus mendapati aku masih tetap setia.

Ku berjuang sampai akhirnya Kau dapati aku tetap setia.”

Setialah seperti pelayan-pelayan yang sudah mempersiapkan bejana-bejana kosong untuk siap diisi air kehidupan! Kelak saat Yesus mengisi bejanamu, kamu sudah siap.

Salve

(Ditulis oleh Vera Sylvia Nainggolan, OMK Paroki Santa Maria Bunda Padangsidimpuan)

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget