Generasi Stroberi

Gambar diambil dari Internet 


Selasa, 02 Oktober 2024

Pekan Biasa XXVI/B

Mat 18:1-8.10


Saat merayakan misa arwah di rumah umat, tampak seorang ibu dengan dua orang anaknya duduk bersama. Mereka menjadi pusat perhatian sebagian besar umat bukan karena rasa duka, tapi karena kedua anaknya sibuk menonton YouTube di HP dengan suara yang keras. Ketika saya menegur agar HP dimatikan, maka sang ibu berkata pada anak-anaknya: “Matikan suaranya Pastor marah!” Bayangkan sang ibu tak berani bersikap tegas pada sang anak sehingga memakai nama pastor untuk mendisiplinkan anaknya. 

Generasi Stroberi (草莓族; Cǎoméi zú) adalah sebuah neologisme bahasa Tionghoa untuk orang Taiwan yang lahir setelah 1990 yang "gampang mengkerut" seperti stroberi – artinya mereka tak dapat menghadapi tekanan sosial atau kerja keras seperti generasi orang tua mereka. Istilah tersebut merujuk kepada anak yang manja, penyendiri, arogan, dan malas kerja. Anak-anak ini mirip dengan buah stroberi yang lunak dan gampang melempem. 

Dalam Injil hari ini, Tuhan mengingatkan agar jangan menganggap rendah anak kecil karena malaikat mereka selalu memandang wajah Bapa di surga. Kiranya Tuhan menegaskan bahwasanya apapun yang kita perbuat bagi anak-anak ini wajib kita pertanggung-jawabkan pada Tuhan. Karena perlakuan terhadap anak kecil menjadi ukuran untuk masuk surga dan ini disaksikan oleh malaikat mereka yang selalu memandang Bapa di surga. 

Saudara-saudari terkasih. Gereja Kudus hari ini Memperingati Para Malaikat Pelindung. Katekismus Gereja Katolik No. 336 mengatakan: “sejak masa kecil sampai kematiannya malaikat mengelilingi kehidupan manusia dengan perlindungan dan doa permohonan.” 

Penegasan Kitab suci dan Katekismus menyadarkan kita agar bijaksana memperlakukan anak-anak khususnya dalam membina hidupnya. Karena Tuhan pada mulanya membuat segala sesuatu baik adanya (Kej 1:31). 

Memperlakukan anak dengan bijaksana adalah membina hidup anak, mungkin mereka merasa jengkel tapi jangan cemas malaikat mereka tahu tujuan perbuatan Anda dan mempertanggungjawabkan semua pada Allah yang mereka pandang. Bukan menjerumuskan hidup anak dengan memanjakan mereka agar kelihatan tenang dan tidak mengganggu, tapi kita tak bisa mempertanggung-jawabkan sikap kita ini di hadapan Tuhan.  

Tuhan memberkati 😇

(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget