Berlomba untuk Saling Melayani

Gambar diambil dari Wikipedia 



Kamis, 25 Juli 2024

Pesta St. Yakobus Rasul

2 Kor 4:7-15

Mat 20:20-28

 

Saudara-saudara, sangat menarik merenungkan kedua bacaan pada Pesta St. Yakobus Rasul hari ini. Lewat Injil Yesus mengajak para muridNya untuk memiliki jiwa dan semangat pelayanan yang besar, bila mereka sungguh ingin menjadi murid Yesus sekaligus menjadi pelayan yang besar. Penegasan itu bertolak dari permintaan Yakobus dan Yohanes yang disampaikan lewat ibunya agar mendapat tempat Istimewa di samping Yesus.

Yakobus melihat bahwa dekat dengan orang yang popular dan besar ternyata sangat asyik. Bagaimana tidak? Dengan bersama Yesus, banyak orang mengikuti dan mencari mereka. Sekalipun kadang-kadang terasa capek, toh memiliki sukacita yang besar. 

Apalagi mereka akan masuk dalam lingkaran utama kelompok dua belas rasul. Di tengah situasi itu muncul pokok pembicaraan baru, bila Yesus sang Pemimpin “pergi”, siapa kelak menggantikanNya? Tentu hal yang paling mungkin adalah orang yang paling dekat. Ini disadari oleh Yakobus dan Yohanes. 

Maka, seperti sikap orang pada umumnya, Yakobus dan Yohanes ingin mendapat tempat istimewa di hati Yesus, dan juga dalam posisi kepemimpinan. Itu terungkap melalui ibu mereka, yang ingin agar mereka menempati posisi utama dalam kerajaan Yesus, satu duduk di sebelah kiri dan satu di kanan Yesus. Semua itu ungkapan kerinduan kehormatan. 

Sikap itu dikritisi Yesus dengan mengajukan pertanyaan kesediaan untuk meminum cawan/piala yg akan diminumNya. Memang mereka mengiyakan pertanyaan Yesus, tetapi toh masih dirasuki pikiran kehormatan, bukan pelayanan. Hal yg sama tampak dalam murid yang lain. 

Sekalipun mereka sepertinya mencela sikap Yakobus dan Yohanes, mereka juga ingin merebut tahta kepemimpinan. Sesungguhnya mereka cemburu, bahwa jika Yakobus dan Yohanes memiliki posisi sebagai lingkaran satu Yesus.

Di kala seperti itu Yesus menegaskan bahwa kualifikasi penting yg dimiliki oleh murid Yesus adalah sikap hamba yang melayani semua orang. “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”, kata Yesus. 

Menjadi pemimpin berarti harus bersedia melayani,  sampai turun ke bawah; bukan hanya dengan perkataan atau perintah, tetapi sungguh mau bekerja, sampai menyentuh hal yang paling rendah.

Sekarang ini, bagi banyak orang muatan kata pemimpin rasanya agak bebas dari unsur pelayanan. Kata pemimpin atau memimpin lebih dipahami sebagai jabatan kehormatan yg menghasilkan popularitas dan gengsi. 

Karena itu, banyak orang ketika melakukan kampanye pemilihan suatu jabatan atau kursi kepemimpinan memiliki jargon dan motto yg hebat, tetapi sesudah terpilih atau duduk di kursi kepemimpinan, unsur pelayanan sangat lemah. Banyak juga orang ingin memperebutkan kursi kepemimpinan dengan keinginan untuk menggapai popularitas dan kehormatan tersebut.

Dalam bacaan pertama, Rasul Paulus berbagi tentang pengalamannya dalam melayani. Pelayanan itu bagaikan bejana dalam tanah liat. Jiwa pelayanan itu rapuh. 

Di situ ditunjukkan bahwa jiwa pelayanan mesti berasal dari Allah.  Kalau dari manusia akan sangat rapuh. Orang yang mau melayani tanpa pamrih adalah hanya orang yang berasal dari Allah. 

Karena itu  memang harus sungguh melihat nilai pengorbanan. Teladannya ialah Yesus Kristus yang sengsara, wafat dan bangkit. Kini, semua orang Kristen juga harus memiliki semangat yang sama. 

Kita harus selalu hidup dalam semangat melayani kepada sesama, secara khusus bagi yang berkekurangan dan membutuhkan. Dan untuk itu perlu sikap pengorbanan tanpa pamrih. Yuk.. mari saling melayani! Selamat Pesta St. Yakobus Rasul! Tuhan memberkati! Pace e bene!

(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget