Memaknai Perkawinan dalam Iman Harapan dan Kasih

Memaknai Perkawinan Dalam Iman Harapan dan Kasih

Oleh: RD. Wilfridus Vinsen Sarah 

Gambar diambil dari sesawi.net



1Kor.13:1-7, 13; Yoh. 15:9-17

Tuhan menghendaki Perkawinan sebagai persatuan antara suami dan istri, dan sebagai tanda perjanjian ilahi bahwa Allah menyertai umatNya. Jadi makna perkawinan Kristiani adalah persekutuan hidup pria dan wanita atas persetujuan pribadi dan bersifat tetap, tak dapat ditarik kembali. Maka menuntut kesetiaan seumur hidup. 

Mengapa harus kesetiaan? Karena hubungan kasih suami-isteri melambangkan hubungan kasih tak terpisahkan antara Kristus dan GerejaNya. Suami-isteri manusia rapuh diperkenankan menghadirkan hubungan Kristus dan Gereja.

Maka, supaya bisa setia, pria dan wanita perlu mendasarkan kesatuan mereka di atas tiga keutamaan dasar yaitu; Iman-Harapan-KASIH: Kasih adalah fondasi dan inti perkawinan Kristiani karena yang menikah adalah orang-orang beriman yang mempunyai harapan untuk membangun keluarga menjadi sempurna. Iman; memampukan orang mengharapkan sesuatu pun yang tak kelihatan. Harapan motivasi mencapai kesempurnaan hidup keluarga seumur hidup. Kasih adalah yang terbesar dari iman dan harapan, karena:

1). Kasih Mengarahkan keluarga kepada Tuhan. Maka iman tanpa kasih kepada Tuhan dan sesama, berakhir dengan iman yang mati. 2). Harapan tanpa kepada Tuhan, hasilnya akan kesal-kecewa-menggerutu. 3). Kasih abadi, sementara iman dan harapan akan lenyap.

Bagi Paulus, IMAN, HARAPAN DAN KASIH akan membuat kita bertumbuh dan berkembang dalam praktek hidup seperti; doa, menerima sakramen-sakramen, dan terlibat dalam kegiatan bersama baik dalam keluarga, masyarakat dan gereja. 

Agar sampai pada pengalaman ini, Paus Fransiskus menasihati keluarga-keluarga di dunia untuk memiliki 4 hal: 

1). Saling mengampuni: Tidak ada keluarga yang sempurna. Kita tidak punya orang tua yang sempurna. Kita tidak menikah dengan orang sempurna. Kita tidak memiliki anak yang sempurna. Maka semangat pengampunan penting. Tanpa pengampunan, keluarga menjadi panggung konflik, benteng keluhan, keluarga sakit, jiwa tidak steril untuk membersihkan pikiran dan memerdekakan hati. 

2).  Keluarga tempat kehidupan; orang yang tidak mengampuni, akan sakit secara fisik, emosional dan spiritual. Karena itu, keluarga harus menjadi tempat kehidupan bukan kematian. 

3) Suka cita keluarga; ini berasal dari keharmonisan antar pribadi, yang dirasakan dari hati yang mengalami indahnya kebersamaan dengan saling mendukung dalam hidup bersama. 

4). Sabar; adalah kebajikan yang diajarkan untuk menjadi santapan keluarga setiap hari, agar mereka penuh kasih satu sama lain. Maka semoga Tuhan menolong dan memberkati keluarga baru ini. Amin

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget