Mengarak Patung Bunda Maria pada Upacara Penutupan Bulan Maria di Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori |
Selasa, 12 November 2024
PW St Yosafat Uskup & Martir
Lukas 17-7-10
Anthony de Melo menulis kisah seorang pemimpin spiritual di suatu desa.
Seorang perempuan tetangga dipukuli serta dipaksa mengaku karena melahirkan di luar nikah. Karena ketakutan, sang gadis berkata bahwa “ayah” bayinya adalah guru spiritual desa. Sang guru hanya berkata: “baiklah,” ia mengambil anak itu serta membuat perjanjian dengan keluarga si wanita. Sontak nama baiknya hancur dan para muridnya keluar dari perguruan, sang guru menjawab: “Baiklah.”
Setahun kemudian si gadis tak tahan berbohong, ternyata ia hamil karena pemuda sebelah! Keluarga meminta maaf serta meminta bayi itu dari sang guru, :”baiklah,” jawab sang guru.
“Baiklah” adalah sebuah sikap bathin yang tidak menuntut ataupun mengharapkan apapun sebab di balik semua peristiwa ada kebenaran yang lebih mulia.
Injil hari ini mengandung renungan tentang sikap seorang hamba, yaitu: tidak menuntut kesetaraan status, tidak mengharapkan imbalan tambahan, serta menyadari bahwa dirinya hanya pelayan yang melakukan apa yang diperintahkan. Sebab Apa yang Tuhan berikan kepada manusia bukan merupakan haknya, melainkan anugerah.
Saudara-saudari terkasih.
Betapapun besar komitmen atau perbuatan manusia, semua hasil yang diterimanya tidak sebanding dengan curahan kebaikan dan kemurahan Tuhan. Pelayanan kita merupakan kesempatan yang ditawarkan kepada kita untuk memberikan diri kita secara bebas, sehingga memudahkan saudara-saudara yang lain melakukan hal yang sama.
Tuhan memberkati😇
(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.