Pemasangan Salib Menara Gereja Stasi St. Freinademetz-Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori |
Minggu, 03 Oktober 2024
Minggu Biasa XXXI/B
Mark 12:28b-34
Pertapa muda yang mengalami pencerahan, mengabadikannya dalam tulisan: “Meski angin badai menerpa dari 8 penjuru mata angin, hatiku tetap kukuh dalam keheningan.”
Dengan bangga Ia mengirim tulisan itu ke biara. Tidak menunggu lama, biara langsung membalas tulisan itu dengan 3 huruf “TUT”. Si pertapa tersinggung luar biasa!!! Ia merasa dilecehkan dengan tulisan itu. Namun sang pimpinan biara berkata: “Engkau katanya 8 penjuru angin menerpa tapi tetap hening, namun hanya tulisan “TUT” dari biara engkau sudah kehilangan keheningan …
“Dibutuhkan keseimbangan antara idealisme dan praktek”
Dalam Injil, Yesus berbicara tentang dua perintah terbesar: Kasih kepada Tuhan dan sesama. Kedua ungkapan kasih ini harus selalu bersama dan tidak boleh dipisahkan.
Perintah Yesus memiliki dua arah: vertikal (hubungan dgn Allah) dan horizontal (hubungan dgn sesama). Kiranya dalam mengasihi, seseorang harus melibatkan seluruh dirinya.
Saudara-saudari terkasih.
Apakah ini berarti bahwa selalu ada akhir yang bahagia ketika kita mengasihi Tuhan dan sesama? Tidak selalu. Ada juga akhir yang menyedihkan ketika kita mengungkapkan dan menghayati kasih kita kepada Tuhan dan sesama. Namun, akhir yang menyedihkan ini bersifat sementara dan pada akhirnya akan ada akhir yang bahagia. “Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama”.
Tuhan memberkati š
(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.