Pengantin menangis haru saat meminta restu orang tua dalam Upacara Pernikahan |
Senin, 9/12’24
Hari Raya SPM Tanpa Noda Dosa
Lukas 1:26-38
Sang ibu menangis saat membaca surat dari kepala sekolah anaknya. Sang anak turut sedih dan mendesak mamaknya memberitahu isi surat tersebut.
Si ibu berkata: “Kepala sekolah meminta saya mengajar anakku karena terlalu pintar sehingga sekolah tak sanggup lagi mengajarnya.” Sang ibu lalu menyimpan surat itu di laci kamarnya.
Berpuluh tahun kemudian, setelah sang ibu meninggal, si anak membaca surat yang lama disimpan mamanya. Ternyata isinya demikian: “Anak anda terlalu bodoh untuk sekolah kami, silahkan ajari sendiri di rumah.”
Anak itu adalah Albert Einstein, ia menangis membaca surat itu sambil berkata: “ibuku adalah wanita yang mulia, ia mengubah aku anak bodoh menjadi orang jenius.”
Tangis haru adalah adanya pengharapan dibalik ketidakpastian.
Hari ini Gereja merayakan St Perawan Maria dikandung tanpa noda dosa. Dalam Injil Malaikat menyapa Maria dengan “Kàire” yang artinya: bersukacita. Tuhan adalah sukacita. Namun sukacita ini tidak bersifat naluriah, spontan, melainkan sukacita mendalam.
Malaikat mengingatkan kita yang sedang sedih, namun sebenarnya kita sedih di permukaan saja, karena jauh di lubuk hati kita penuh dengan kegembiraan yang hanya perlu muncul dengan kesadaran baru.
Saudara-saudari terkasih. Iman membawa kesadaran baru. Seperti pandangan Yesus pada penjahat di sebelah salibnya, Ia mampu melihat titik-titik kebaikan dalam diri seorang penjahat.
Kiranya semakin religius seseorang semakin mudah melihat pengharapan dalam pribadi yang dicap kafir sekalipun. Apa tangisan kehidupan Anda saat ini? Bawalah itu dalam kesadaran iman yg baru. Jangan menyerah tetap berpengharapan.
Tuhan memberkati😇
(Ditulis oleh Rm Adytia Peranginangin OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.