Gambar diambil dari Internet |
Rabu, 28 Agustus 2024,
PW St. Agustinus Uskup dan Pujangga Gereja
2 Tes 3:6-10.16-18
Mat 23:27-32
Saudara-saudari terkasih, perikop Injil hari ini merupakan lanjutan khotbah Yesus bernada celaan terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena kemunafikan mereka.
Kali ini Yesus mencela mereka karena di luar tampak bersih dan putih serta indah, sementara hati mereka penuh dengan kebusukan, seperti iri hati, dengki, tidak tulus dan tidak jujur. Mereka diibaratkan oleh Yesus seperti kuburan yang dipermak putih bersih serta rapi di luar, namun penuh dengan tulang-belulang dan bangkai yang busuk di dalam.
Celaan Yesus ini sangat tajam. Dan semua itu disampaikan oleh Yesus karena memang orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat sezaman-Nya kerap berlaku munafik, yakni di permukaan menyanjung Yesus atas segala wibawaNya dalam hal mengajar dan kuasaNya mengadakan mukjizat, tetapi berusaha untuk menjatuhkan Yesus karena iri hati dan kedengkian. Sesungguhnya mereka ingin melenyapkan Yesus, sebab menganggapNya sebagai saingan berat karena menjadi penafsir Taurat alternatif, sekaligus mengagumkan dan otoritatif.
Lewat celaan terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, Yesus mengajak kita untuk menghindari segala bentuk kemunafikan atau kepura-puraan, terutama dalam bentuk pujian palsu dan semu terhadap sesama. Sangat tidak baik bahwa kita memuji orang saat berhadapan muka, tetapi membicarakan kekurangannya saat berada di belakangnya. Apalagi kalau sempat mencari aneka cara untuk menjatuhkannya. Ini lebih ngeri.
Sangat indah dan baik kalau kita berbicara terus terang, dan saling mendukung dalam kebaikan, serta bersedia dalam memberi serta menerima koreksi. Perilaku jujur dan terbuka, bersih luar dalam, akan membuat kita berkembang, dan layak menikmati Kerajaan Allah.
Dalam bacaan pertama, sikap transparan ditunjukkan oleh Rasul Paulus lewat kesaksiannya perihal karya kerasulannya. Ia sangat aktif menjalankan tugas kerasulan pewartaan Injil kepada semua jemaat, seraya tetap bekerja untuk memperoleh rejekinya. Sekalipun sebenarnya Rasul Paulus berhak mendapat upah atau biaya hidup karena karya kerasulannya, namun tidak diambilnya dari jemaat.
Paulus tidak mau menjadi beban bagi jemaat. Dan karena itu, sambil bekerja demi kehidupan setiap hari, Rasul Paulus terus giat mewartakan Injil. Semoga pesan Yesus untuk memiliki hati bersih di luar dalam, dan semangat untuk mewartakan Injil selalu bertumbuh kembang dalam hidup kita, sehingga kita kelak menikmati Kerajaan Allah.
Semangat yang sama sudah tumbuh dan berkembang dalam diri St. Agustinus yang kita kenang hari ini, sehingga Gereja berkembang lewat kehadiran dan pelayanannya. Semoga kita semakin bertumbuh kembang lagi dalam semangat yang sama.
Tuhan memberkati!
Pace e bene!
(Ditulis oleh RP Joseph Sinaga OFMCAP)
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.