Persembahan

Gambar diambil dari Internet 


Senin, 12 Agustus 2024

Pekan Biasa XIX

Mat. 17:22-27.


Seorang pria tersesat di gurun pasir. Ia hampir mati kehausan. Di tengah perjalanan ia menemukan pompa air. Segera ia mulai memompa sekuat tenaga. Tapi, tidak ada air yang keluar. Lalu ia melihat ada kendi kecil di sebelah pompa itu dengan mulutnya tertutup gabus dan tertempel kertas dengan tulisan,”Sahabat, pompa ini harus dipancing dengan air dulu.. Setelah Anda mendapatkan airnya, mohon jangan lupa mengisi kendi ini lagi sebelum Anda pergi.” Pria itu mencabut gabusnya dan ternyata kendi itu berisi penuh air. “Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalau tidak berhasil? Tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman saya minum airnya dulu daripada nanti mati kehausan?

Di tengah  kebimbangan ia mengikuti suara hatinya yang mengatakan bahwa ia harus mencoba mengikuti nasihat yang tertera di kertas itu, sekali pun berisiko. Ia menuangkan seluruh isi kendi itu ke dalam pompa yang dan dengan sekuat tenaga memompanya.

Benar!! Air keluar dengan melimpah. Pria itu minum sepuasnya. Setelah istirahat, sebelum meninggalkan tempat itu, ia mengisi kendi itu sampai penuh, menutupkan kembali gabusnya dan menambahkan beberapa kata di bawah instruksi pesan itu: “Saya telah melakukannya dan berhasil.

Dalam Injil hari ini kepada kita diperdengarkan tentang pemungutan pajak bait Allah. Yesus menjawab hal ini dengan pertanyaan kepada Petrus, “Bagaimana pendapatmu, Simon? Dari siapa raja-raja di dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?” Jawab Petrus, “Dari orang asing!” Maka kata Yesus kepadanya, “Jadi bebaslah rakyatnya! Artinya Yesus sebagai Anak Allah tidak wajib membayar Pajak untuk rumah Bapa-Nya. Namun agar tidak menjadi batu sandungan  Ia tetap membayar dengan caraNya.

Saudara-saudari terkasih, 

Meskipun kita tidak diharuskan memberikan persentase tertentu dari pendapatan kita kepada gereja. Melihat ke belakang, Injil ini juga mengajak kita untuk menguji kemurahan hati kita terhadap gereja kita, seberapa murah hati kita dalam memberi kepada gereja kita? Misalnya, saat Misa Kudus, seberapa murah hati kita saat melakukan persembahan? Apakah kita memberikan jumlah yang merugikan kantong kita atau kita memberi dari kelimpahan hati, atau remah-remah kita? Kita semua ibarat peziarah di gurun pasir kehidupan ini. Persembahan yang kita berikan dengan cara kita pada Allah pasti berguna bagi yang membutuhkannya. 

Tuhan memberkati đŸ˜‡

(Ditulis oleh Rm Adytia OCarm, Pastor Paroki St Yohanes Penginjil Pinangsori)

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget