Gambar diambil dari Internet |
Rabu, 21 Agustus 2024
PW St Pius X PB XX/B
Mat. 20:1-16a
Suatu hari di kereta ekonomi NON-AC nan-panas, seorang eksekutif muda, dengan jas mahal berdiri, berdesak-desakan dengan penumpang lain. Sesaat kemudian, ia membuka HP Tablet Mac Serie terbaru. (Ia memang sedang ada komunikasi penting dengan calon investor di bisnisnya.)
Semua penumpang melirik dengan sinis pandangan padanya, sambil membathin: “anak muda sekarang, kaya sedikit langsung pamer; …Keren sih keren, tapi ga banget deh sama gayanya; …andai dia merasakan jerih pahit kehidupan, sudah tentu tidak akan pamer barang itu di kelas Ekonomi. Kenapa ga naik yang eksekutif berAC sih?…dll…dst…"
Ketika kereta sampai di stasiun, si pemuda tersebut langsung turun. Tampak seorang nenek sederhana turun dari gerbong Super Eksekutif mencari-cari sesuatu. Lalu para penumpang dari gerbong ekonomi tempat si pemuda tadi “yang peduli” mencoba membantu sang nenek dan bertanya: “apakah nenek kehilangan sesuatu? Nenek mencari siapa?? Kemudian sang nenek berkisah. Tadi sebelum naik kereta sempat tukaran karcis dengan seorang pemuda kaya. Si pemuda tidak tega si nenek naik kereta panas dan sesak. Kemudian si pemuda itu menukar tiketnya itu. Mudah-mudahan beliau sampai di tujuan dengan nyaman.
“Begitu berbahayanya penghakiman lewat persepsi pikiran.” Sebuah kebaikan, tindakan kasih, bisa berubah total menjadi kejahatan, kebencian dan sejenisnya hanya karena persepsi kita.
Dalam Injil hari ini, kita mendengar kisah, Pemilik tanah sangat murah hati dan adil karena dia membayar semua orang berdasarkan kesepakatan mereka. Tidak menjadi masalah bagi dia siapa yang bekerja pada pagi hari dan siapa yang bekerja pada sore hari. Yang penting baginya adalah dia membayar semua orang berdasarkan kesepakatan mereka. Inilah persepsi sejati dalam menilai perumpamaan Yesus dalam Injil hari ini.
Saudara-saudari terkasih.
Sebagai orang beriman, persepsi (proses pemberian makna atas suatu informasi yang dilihat) kita, tidak bisa membandingkan kemurahan hati Tuhan dengan kemurahan hati kita jika kita memang bermurah hati. Tuhan tidak melihat betapa berdosanya Anda. Tuhan tidak melihat seberapa cepat dan lambat Anda menanggapi panggilan pertobatan-Nya. Yang penting bagi Tuhan adalah Anda menanggapi panggilan pertobatan-Nya tidak peduli seberapa terlambatnya.
Tuhan memberkati 😇
(Ditulis oleh Rm Adytia Perangin-angin OCarm, Pastor Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori)
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.