Konsisten Menyuarakan Kebenaran

Gambar diambil dari wikipedia.com


Saudara-saudari terkasih. Mengenang wafatnya St. Yohanes Pembaptis, saya teringat dengan komentar seorang umat (Bapak) terhadap khotbah kritis saya terhadap sikap politik umat yang menurutku terlalu gelap mata terhadap kebenaran dan terbelenggu oleh kepentingan pribadi sesaat yang sarat dengan kenyamanan semu dan politik uang.

Si umat berkata, “Lain kali tak usah berkhotbah demikian Pastor!” Saya jawab, “Kamu terganggu dengan khotbahku? Bagus itu! Dan saya akan tetap menyuarakan kebenaran sampai kamu sadar akan pentingnya nilai menyuarakan kebenaran!” Sang bapak akhirnya diam.

Tak lama berselang, beberapa umat berkata, “Khotbah Pastor tadi sangat bagus! Menggugah sampai ke ubun-ubun! Tapi, apa boleh buat, kami sudah terjerat oleh pelbagai kepentingan!” Begitulah umat sangat beragam menanggapi khotbah yang sama. Namun, kiranya jelas bahwa suara kenabian tentang kebenaran mesti terus dan konsisten dilambungkan, sekalipun terkadang harus mengalami penolakan.

St. Yohanes Pembaptis, perintis jalan Tuhan Yesus, wafat karena dia lantang menyuarakan kebenaran dengan mengkritisi perilaku Herodes yang memperistri Herodias istri saudaranya dengan cara yang kasar, yakni membunuh saudaranya. Yohanes tidak tahan untuk tidak bersuara atas perilaku bejat itu. Akhirnya, keberanian Yohanes yang lantang itu menghantarnya kepada kematian.

Sesungguhnya, Herodes sadar bahwa dia bersalah dan Yohanes benar. Namun, karena terbelenggu oleh harga diri semu dan janji untuk menyenangkan puteri Herodias, Herodes pun membunuh Yohanes, dan menyerahkan kepala Yohanes Pembaptis kepada puteri Herodias, sesuai dengan pesanan Herodias.

Tentu, sekalipun kematian Yohanes Pembaptis sangat ngeri dan menakutkan, suara kebenaran yang dikobarkannya tidak akan mati, bahkan terus mengumandang hingga kini. Suara kenabian nan lantang Yohanes Pembaptis menjadi referensi bagi banyak orang, khususnya bagi kita kaum Kristiani untuk tetap berpegang teguh dan berani mengumandangkan kebenaran.

Sikap seperti yang dimiliki Yohanes Pembaptis juga telah ada pada Nabi Yeremia, seperti terdapat dalam bacaan pertama. Nabi Yeremia berani bersuara lantang menyampaikan pesan dan kehendak Tuhan kepada pemimpin dan umat Israel yang menjauh dari Tuhan.

Sesungguhnya Nabi Yeremia sempat gentar, karena menghadapi ancaman kematian. Namun, berkat peneguhan dari Tuhan, Yeremia menjadi berani dan konsisten menyuarakan kebenaran dan pertobatan. Dia tidak takut mati dan ditolak oleh pemimpin Israel. Dia hanya takut dan percaya kepada Tuhan, serta hormat terhadap kebenaran.

Sikap seperti dimiliki oleh Nabi Yeremia dan Yohanes Pembaptis hendaknya dimiliki oleh setiap orang Kristen, yakni berani dan konsisten menyuarakan kebenaran, sekalipun menghadapi ancaman dan intimidasi. Tentang ini, saya masih teringat dengan Romo Magnis Suseno, di kala menyongsong PEMILU 2024. Api keberaniannya menyala, dan menjadi model bagi kita, agar kita juga terus berpegang pada kebenaran.

Tuhan memberkati! Pace e bene!

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda dalam kolom komentar.

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget